(Sumber : NU ONLINE)

Boikot, Kolonialisme dan Sikap Perlawanan

Horizon

Eva Putriya Hasanah

  

Teman saya sangat ingin dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam aksi boikot produk milik maupun yang berafiliasi dengan Israel sebagai bentuk kecaman terhadap negara tersebut dan dukungan terhadap Palestina. Baginya, hal tersebut nampak sangat mudah dilakukan, karena ia hampir tidak pernah nongkrong di restoran cepat saji seperti Starbuck, KFC, atau McDonald\'s, ia berpikir bahwa ia telah berhasil menghindari produk-produk yang terkait dengan Israel. Namun, ia sadar bahwa apa yang ia pikir mudah itu tidak benar adanya. Ia menyadari bahwa lebih dari restoran cepat saji, produk-produk yang terafiliasi dengan Israel telah banyak ia gunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Mulai dari air galon, pasta gigi, sampo, sabun mandi, sabun cuci piring, bumbu dapur, hingga kecap, ia menyadari bahwa hampir semua produk yang ia gunakan terdeteksi memiliki afiliasi dengan negara tersebut. Hal ini membuatnya merasa bahwa aksi boikot yang ia inginkan sangat sulit untuk dilakukan. Meskipun sebagian produk berhasil ia ganti dengan merek lain, namun sebagian lainnya tetap sulit untuk diganti karena tidak mudah menghilangkan kebiasaan yang telah terbentuk bertahun-tahun dan menemukan alternatif yang cocok dengan kebutuhannya.

  

Telah Lama “Terjajah”

  

Aksi boikot terhadap produk-produk Israel telah menyadarkan banyak orang akan seberapa lama kita telah \"dijajah\" oleh produk-produk tersebut sebagaimana yang telah teman saya alami. Meskipun tidak terjadi dalam bentuk penjajahan fisik seperti pada masa lalu, ketergantungan kita pada produk-produk itu telah menciptakan pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

  

Kolonialisme yang dilakukan oleh negara-negara superpower memiliki kaitan erat dengan kapitalisme global. Melalui ekspansi imperialistik, negara-negara tersebut memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka untuk memperoleh sumber daya dan pasar baru. Dalam prosesnya, mereka memperkenalkan sistem ekonomi kapitalis yang mempengaruhi negara-negara yang mereka jajah. Kolonialisme juga menciptakan ketimpangan ekonomi yang melahirkan hubungan ketergantungan antara negara-negara koloni dengan negara-negara kolonial. Negara-negara koloni dihadapkan pada ketergantungan terhadap produk-produk dan pasar dari negara-negara kolonial. Hal ini menyebabkan negara-negara koloni tertinggal dalam perkembangan ekonomi dan teknologi.

  

Saat ini, kita memang terjebak dalam pola konsumsi produk-produk yang berasal dari negara-negara superpower. Ketergantungan ini terbentuk melalui pengaruh media, iklan, dan dominasi merek-merek global yang mempengaruhi preferensi konsumen. Kita terlanjur menjadi konsumen produk-produk tersebut tanpa menyadari konsekuensinya.

  

Kesadaran dan Sikap Perlawan

  

Proses menyadari adanya keterkaitan dengan produk-produk yang terafiliasi dengan Israel memang bisa menjadi suatu pengalaman yang mengejutkan dan membingungkan. Ketika kita mulai menyadari bahwa sebagian besar produk yang kita gunakan adalah hasil dari perusahaan yang memiliki afiliasi dengan negara tersebut, kita mungkin merasa dilematis. Kebiasaan dan ketergantungan terhadap produk-produk tersebut telah terbentuk selama bertahun-tahun, dan melepaskannya tidaklah mudah.

  

Namun, kesadaran adalah langkah pertama yang penting. Dengan menyadari keterkaitan kita dengan produk-produk tersebut, kita dapat mulai mengambil tindakan untuk mengurangi konsumsi atau mencari alternatif yang lebih sesuai dengan nilai-nilai yang ingin kita dukung. Proses ini memang tidak mudah dan membutuhkan waktu serta kesabaran.

  

Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk tetap melihat tujuan yang ingin kita capai. Apakah itu dalam mendukung Palestina, mengecam tindakan Israel, atau memilih produk yang lebih sesuai dengan nilai-nilai kita. Setiap langkah kecil yang kita ambil dapat menjadi kontribusi yang berarti dalam mencapai tujuan tersebut.

  

Penting juga untuk memahami bahwa aksi boikot hanyalah satu aspek dari dukungan yang dapat kita berikan pada Palestina. Selain membatasi konsumsi produk-produk tertentu, kita juga bisa ikut serta dalam kampanye kesadaran, mendukung organisasi atau gerakan yang bekerja untuk perdamaian dan keadilan di wilayah tersebut.

  

Selama perjalanan ini, kita juga perlu memberikan pengampunan pada diri sendiri. Kesadaran adalah proses yang berkelanjutan, dan tidak ada yang sempurna. Meskipun kita mungkin tidak dapat sepenuhnya lepas dari produk-produk tersebut, setiap langkah yang kita ambil untuk mengurangi konsumsi atau mencari alternatif yang lebih sesuai merupakan langkah yang berarti dalam mendukung perubahan yang kita inginkan.