(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Bonus Demografi: Tantangan dan Rekomendasi

Horizon

Oleh: Galuh Dwi Septiantoro

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 

  

Terdapat dua tantangan besar yang harus disikapi dalam era disrupsi ini. Pertama adalah tantangan di era teknologi informasi sekarang, yang biasa disebut sebagai era Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan  kuatnya penggunaan media sosial dan munculnya berbagai aplikasi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satu contohnya adalah akhir-akhir ini media sosial banyak dikuasai oleh kaum konservatif sejak 10-15 tahun terakhir. Sedangkan, kita baru 5 tahun terakhir sadar dan bergerak melalui media sosial.

 

Semakin menguatnya media sosial menjadikannya sebagai arena pertarungan yang luar biasa mengenai paham keagamaan. Sudah saatnya kita berpikir untuk tidak lagi bergantung pada media offline untuk menang, sehingga kita harus bergerak dengan mengisi konten-konten di media sosial dengan hal-hal penting. Dari 10 Media sosial yang sangat dominan di Indonesia, nu.id 10,2% dan alif.id 1,7%. Generasi Muda di Indonesia sebesar 72,9% masih menjadikan ulama sebagai rujukan, 42,4 % masih mengikuti arahan orang tua, 35,5 % menjadikan guru agama sebagai rujukan, dan Youtube sebesar 24,1%.Hal yang tidak kalah  memprihatinkan adalah guru agama yang menjadi rujukan adalah guru agama di media sosial, yang mengajarkan ajaran salafi dengan berbagai variannya. Mulai dari menyalahakan keberagaman, mengkafirkan, sampai aksi ekstrimis.

  

Generasi muda kita cenderung mengeksplorasi, suka mempelajari hal-hal baru yang serba cepat dan mudah. Sehingga mereka tidak tertarik membaca informasi-informasi yang berisi banyak kata. Namun, hal yang perlu dibanggakan dari generasi muda saat ini adalah suka berkolaborasi, baik yang memiliki kemampuan yang sama ataupun berbeda. 

  

Kedua, Bank Dunia memprediksi kelas menengah di Indonesia akan meningkat dari 7% menjadi 20%, tepatnya sebanyak 52 juta. Namun, angka tersebut akan semakin meningkat hingga berjumlah 115 juta atau sekitar 45% dari populasi. Menurut Prof. Nur Syam, jumlah kelas menengah di Indonesia tidak kurang dari 80% tepatnya 115 juta adalah muslim. Artinya, umst Islam seharusnya memiliki peran yang lebih besar pada negara ini. 

  

Solusi dari kedua tantangan itu adalah mengembangkan pemikiran dan aksi bahwa kita harus mendukung penegakan dan pengembangan empat pilar kebangsaan dalam konteks keindonesiaan. Kita harus menjadi generasi muda yang memiliki kemampuan excellent sesuai dengan zamannya, kemampuan profesional atau kapasitas, memadai, inovatif, komunikasi dan kolaboratif. Sebagai Mahasiswa kita harus memiliki kemampuan belajar baik. Jika tidak memiliki persiapan yang baik, maka kita akan tertinggal. Untuk soal ekstrimis kita harus menguasai media sosial, jadi kita harus bergerak bukan menunggu. Hal yang menjadi kata kunci di era ini adalah “kualitas”, yaitu kualitas pendidikan, kualitas keberagaman, kualitas sumber daya manusia. Sebagai generasi muda, kita harus memasuki berbagai kegiatan dan pelatihan yang dapat mengembangkan kemampuan.

  

Di dalam bidang SDM kita harus memiliki peta SDM , sehingga kita bisa mengetahui kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Bangsa Indonesia banyak membutuhkan kita, namun kesulitan untuk mencari orang. Indonesia memiliki banyak SDM, namun kita sendiri tidak memiliki peta SDM yang dibutuhkan. Selain peta kekuatan ada peta kekurangan, banyak yang mengaku PMII dan NU tapi hanya sekadar pengakuan saja.  Sehingga diperlukan komitmen yang jelas, tidak hanya pengakuan saja. Kita gampang menyerah, gampang putus asa, kalau gagal kita akan berkata bahwa itu takdir sedangkan saat berhasil tidak. Kita tidak boleh egois yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, namun juga harus memikirkan kepentingan umum. Kita juga harus saling mendorong satu sama lain, untuk dapat mengembangkan karir. Perlunya peta kekuatan dan kekurangan adalah untuk mengetahui secara pasti siapa yang tepat.

  

Beberapa kunci untuk menghadapi tantangan lima tahun kedepan. Pertama adalah mengembangkan potensi yang kita miliki. Kedua adalah generasi muda belum memiliki komitmen kebersamaan yang baik, maka dari itu kita harus sama-sama mendukung pada sahabat yang mau berkembang. Ketiga senior harus memberikan trust untuk maju dan berkembang. Keempat kita harus tetap bersatu, karena "Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh".