(Sumber : Nur Syam Centre)

Dibalik "Launching" Nur Syam Centre

Horizon

Saya teringat Katon Bagaskara ketika ditanya tentang nama KLA Project, maka dengan santai dia menjawab KLA adalah “singkatan Katon, Lilo dan Andrian”. Sebuah nama yang terasa asing, tetapi lama kelamaan dikenal publik karena melahirkan lagu-lagu pop yang sangat dikenal oleh masyarakat pendengar dan pemirsanya. Dia meneruskan bahwa “KLA dahulunya tidak ada dan kemudian ada”  lalu dikenal oleh publik sebagai grup musik yang berwibawa di Indonesia.

  

NSC saya kira juga memiliki kesamaan cerita dengan KLA Project tersebut. NSC semula tidak ada dan kemudian ada dan semoga dikenal publik karena konsistensinya di dalam mengemban amanat untuk memoderasikan kehidupan beragama di Indonesia. Tentu yang diharapkan adalah keterlibatan NSC di dalam project Moderasi Beragama yang sesungguhnya menjadi “lahan” basah bagi orang yang bersemangat untuk menumbuhkan pemahaman, sikap dan perilaku keagamaan yang mengedepankan beragama yang moderat, atau beragama yang mendepankan hidup yang rukun, harmoni dan selamet dalam kerangka menyongsong peradaban dunia yang lebih baik di masa depan.

  

NSC diresmikan atau di-launching pada hari Jum’at,  tanggal 14 Agustus 2020,  tiga hari menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 2020. Jika Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta, pada hari Jum’at, bulan puasa, maka NSC diresmikan pada hari Jumat, bulan Dzulhijjah atau bulan Haji 1441 Hijriyah. Tentu saja tidak direncanakan bahwa peresmian ini akan dilakukan pada hari Jumat, 14 Agustus 2020. Kiranya takdir Tuhan saja yang menentukan. Bertepatan acara launching NSC tersebut dibersamakan waktunya dengan acara Bedah Buku yang saya tulis berjudul “Perjalanan Etnografis Spiritual”. Prof. Irwan Abdullah dan Prof. Romo Eko Armada Riyanto sebagai narasumbernya menyepakati hari Jumat tersebut. Jadilah acara peresmian NSC dan Bedah Buku dilakukan pada hari itu. 

  

Saya tentu sangat berbahagia, sebab acara ini dipersiapkan hanya dalam waktu empat hari. Saya bersepakat dengan narasumber, Prof. Irwan dan Prof. Armada, hari Selasa, 11/08/2020, dan semenjak itu lalu dengan usaha yang sungguh-sungguh, maka saya hubungi para kolega  untuk memberikan testimoni tentang NSC. Untunglah kolega-kolega saya itu orang yang sangat baik, sehingga pada  saat saya hubungi untuk memberikan testimoni,  maka para kolega tersebut segera membuat video ucapan selamat atas berdirinya NSC. Saya sangat berbahagia ketika KH. Maman Imanul Haq, Pengasuh Ponpes Al Mizan Majalengka, mengirimkan videonya, lalu Dr. M. Ali Thaher Parasong, Anggota Komisi VIII DPR RI, lalu Dr. Idrus Al Hamid, Rektor IAIN Papua, kemudian Prof. Dr. Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Islam Kemenag, lalu Prof. Ahmad Muzakki, PhD., Dekan FISIP UINSA, dilanjutkan dengan pengiriman video oleh Dr. Ace Hasan Syadzili, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, selanjutnya Dr. Suko Widodo, Universitas Airlangga, lalu Pak Rudy Ramli, Direktur Utama SPS, kemudian Pak David Hermanjaya, Majelis Tridharma, selanjutnya malam harinya Dr. KH. Mohammad Zakki, pengasuh Ponpes Mukmin Mandiri, dan pagi harinya Thoriqul Haq, Bupati Lumajang. Dua video langsung dikirim ke Tim NSC, dari Pak Basith dan Pak Mujib. Komplitlah seluruh kolega memberikan testimoninya. 

  

Kendala pertama yang dihadapi adalah paket Zoom, yang belum disiapkan secara memadai. Pesan baru paket zoom untuk 300 partisipan hanya bisa dikeluarkan jam 20.00 WIB pada hari Kamis, menjelang acara digeber. Maka tidak mungkin menunggu jaringan tersebut untuk membuat flyer.  Sementara itu,  paket Zoom yang dimiliki NSC untuk Ngaji Bareng hanya berkapasitas 100 partisipan, tetapi akhirnya itu pula yang harus dilakukan sebab tidak mungkin saya  menyebarkan flyer tanpa jaringan yang sudah disiapkan. Itulah sebabnya acara ini maksimal hanya diikuti oleh 100 partisipan.  Hari Rabu siang flyer saya sebar ke seluruh WAG, misalnya WAG Gerai NKRI, WAG. PMII Nasional, WAG. Dosen PAI di PTU, WAG UINSA, WAG Humas FDK, WAG Tim Asesor Kopertais dan juga kepada individu yang saya kenal.   

  

Hal yang sangat rumit bagi saya adalah mendesain atau menyerasikan video-video tersebut  dalam satu paket tayangan untuk launching NSC. Untunglah TIM NSC ini terdiri dari anak-anak muda yang memiliki dedikasi dan kerja keras yang tidak diragukan. Cak Iyan, Cak Yusrol, Gus Khobir, Genduk Mevy dan Ning Ismi, dan Cak Erfan dibawah koordinasi Dr. Chabib Musthofa akhirnya bisa menyajikan acara launching dengan sangat memadai. Menurut Cak Yusrol, jam 03.00 dini hari  atau beberapa jam menjelang acara launching, di dalam proses rendering, file sempat hilang. Untunglah dengan kerja keras, selama 1 (satu) jam akhirnya file ditemukan. Seandainya saya terlibat di situ tentu  akan panik luar biasa, sebab khawatir acara launching yang serba IT berpotensi akan gagal. Saya tidak membayangkan video-video yang sudah dikirimkan oleh kolega tersebut tidak bisa ditayangkan. 

  

Akhirnya, jam 08.00 WIB hari Jumat, kita semua bertemu di jaringan Zoom untuk gladi resik, dan semua bersyukur bahwa paket acara launching bisa dilakukan sesuai dengan scenario yang sudah disiapkan sebelumnya. Saya merasa acara launching ini cukup berhasil, tidak hanya dari sajian acara yang fully berbasis IT, tetapi juga ucapan selamat dari partisipan yang mangayubagya atas kehadiran NSC dalam blantika media sosial di Indonesia. Harapan mereka agar NSC bisa mengemban peran sebagai media sosial yang selalu mengusung moderasi beragama di Indonesia.

  

hal yang tidak kalah menarik mengenai internet. Sehari sebelum acara digelar, paket internet Indihome mengalami trouble. Khawatir akan kerumitan yang sama, maka host acara ini kemudian mengalihkannya di Masjid Al Ihsan, sebab masjid ini berlangganan jaringan  My Republic, dan memang jaringan tersebut lancar. Hanya kendalanya adalah masjid ini digunakan sebagai tempat shalat Jumat, sehingga mestinya jam 11.00 WIb sudah memutar bacaan Al-Qur’an. Namun, karena berbagai hal akhirnya pemutaran Al-Qur’an, baru dimulai jam 11.15 WIB. Maka, acara masih berlangsung tetapi masjid sudah memutar qiraah Al-Qur’an. Acara ini harus berakhir pada saat adzan sudah dikumandangkan. 

  

Situasi tersebut menyebabkan acara tanya jawab ditiadakan dan diganti dengan pernyataan dari beberapa tokoh yang terlibat di dalam acara ini, yaitu Prof. Dr. Abdul A’la, Prof. Zumrotul Mukaffa, Prof. Philip Wijaya, Dr. Wahidah Siregar, dan Dr. Suko Susilo. Saya pun tidak sempat mengucapkan terima kasih sebelum acara ditutup sebab masjid sudah mengumandangkan adzan. Cukuplah acara ditutup oleh moderator.

  

Oleh karena itu, melalui tulisan ini, saya harus menyatakan “mohon maaf atas ketidaknyamanan ini”. Satu kalimat yang sering kita dengar di Bandara Udara ketika pesawat terlambat dengan alasan operasional.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.