(Sumber : doc.)

Gus Miek: Ulama Eksentrik dan Unik

Horizon

Oleh : Siti Sumadiyah 

  

Gus Miek lahir di keluarga pesantren di Ploso, Kediri, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1940. Dia adalah anak dari KH Jazuli Usman dan Nyai Radliyah. Ayahnya adalah salah satu murid Hadratus Syekh KH Hasyim Asy\'ari, sementara ibunya memiliki garis keturunan yang dapat ditelusuri hingga Nabi Muhammad sebagai keturunan ke-32 dari Imam Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah. Gus Miek merupakan salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa. pendiri amalan dzikir Jama\'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan sema\'an (mendengarkan) al-Qur\'an Jantiko Mantab.

  

Sejarah pendidikan nya diawali dari Sekolah Rakyat (SR), tetapi tidak selesai karena sering bolos. Kemudian, ia mendalami ilmu agama, terutama membaca Al-Qur\'an, dengan bimbingan ibunya. Sedangkan, ia dan saudara-saudaranya belajar kitab dari ayah mereka, KH. Ahmad Djazuli Usman. Pada usia 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, namun hanya bertahan selama 16 hari. Kepulangannya yang tiba-tiba sempat membuat orang tuanya khawatir, tetapi Gus Miek mampu membuktikan penguasaan beberapa kitab dengan menggantikan ayahnya untuk mengisi pengajian dengan para santri, seperti Kitab Tahrir (kitab fiqh dasar), Fathul Mu\'in (kitab fiqh sekunder), Jamul Jawami (kitab fiqh ushr), Fathul Qarib (kitab fiqh sekunder), Sahih Bukhari (hadits) Sahih Muslim (Kitab Hadits). Saat itulah orang tuanya menyadari bahwa Gus Miek mempunyai karomah

  

Setelah menunjukkan kemahirannya dalam menguasai beberapa kitab, Gus Miek Kembali lagi ke Lirboyo. Meskipun dikenal rajin belajar, ia memiliki kebiasaan tidur saat santri lain sedang mengaji. Meskipun demikian, Gus Miek selalu mampu menjawab pertanyaan gurunya tentang materi yang sudah disampaikan dengan baik. Pada umur 14 tahun, ia pergi dan melanjutkan belajarnya ke sebuah Pondok Pesantren asuhan K.H. Dalhar di Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

  

Gus Miek menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar lingkungan pesantren untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya dan menyebarkan dakwah. Beliau memiliki keuinikan tersendiri dalam berdakwah, gus Miek berdakwah di berbagai kalangan, bukan hanya di kalangan orang alim atau dunia pesantren saja Gus Miek mahir berdakwah, namun Gus Miek berkelana ke tempat-tempat yang justru kerap tak dirambah oleh para pendakwah. Beliau bergaul tanpa sekat dan tidak memandang agama, strata sosial ataupun jabatan. Gus Miek berdakwah kepada pelaku maksiat dengan pendekatan personal, bertatap muka langsung untuk menyampaikan kebenaran. Kepada para wanita penghibur, pemabuk, penjudi dan sebagaianya. Dengan memasuki dunia kemaksiatan, Gus Miek mengetahui karakter dari berbagaoi sumber kemaksiatan. Untuk menghancurkan perjudian misalnya, beliau mengikuti permainan judi hingga menang taruhan sampai bandar judipun bangkrut, akhirnya perjudian bubar dan gulung tikar. 

  

Selain itu keberhasilan Gus Miek berdakwah kepada para wanita penghibur dengan mmemberikan banyak hadiah, mengajak mereka pergi ke makam hanya sekedar untuk duduk dan bincang-bincang, tanpa mengkritik dan menyuruh mereka untuk bertaubat. Setelah terjalin kedekatan personal, merka merasa bahwa Gus Miek aadalah sosok penasihat dan pelindung mereka, lambat laun mereka tersadar sendiri siapa sosok Gus Miek dan akhirnya mereka tersadar dan meninggalkan kemaksiatan. 

  

Di balik sosok Gus Miek yang kontradiktif dan mengundang polemik tersebut, beliau tetap berdakwah dan mampu melakukan pemurnian akhlak masyarakat yang merasa dipinggirkan atau sengaja dipinggirkan. Dia hanya ingin memanusiakan manusia. Slogan dakwah beliau adalah “mengentaskan Mutiara dari lumpur”. 

  

Kisah menarik Gus Miek yang membuat orang lain kagum terhadap jalan beliau diantaranya yaitu, kemampuannya berada di berbagai tempat dalam waktu besamaan, minuman yang diminumnya setiap malam adalah bir hitam dan menghisap rokok wismilak, namun bir hitam yang hamper satu krat tidak membuatnya mabuk, karena dirubah menjadi air normal. Ada hal lain yang menarik lagi ketika ada salah seorang kyai Jawa Timur yang tidak menyukai metode dakwah Gus Miek, suatu ketika bertemu dengan Gus Miek dan Gus Miek menyapa dahulu, belum menjawab sapaan tersebut Gus Miek menyuruh untuk melihat mulutnya, seketika kyai tersebut terkejut karena tidak melihat lidah dan mulut orang normal justru melihat semacam muara dan lautan tanpa batas. Ada hal menarik lagi yaitu Gus Farid pernah sakit akibat gangguan seorang temannya, dia sembuh setelah bersalaman dengan Gus Miek. 


Baca Juga : Otoritas Keagamaan Tradisional di Media Baru

  

Kisah lain ketika Gus Miek pergi ke diskotik dan bertemu dengan seseorang yang sedang minum alkohol. Ia mendekati orang tersebut dan mengambil minumannya, tetapi bukan untuk meminumnya. Sebaliknya, Gus Miek membuang minuman itu ke laut melalui mulutnya. Pada suatu ketika, Gus Miek berada di tepi Sungai Brantas dan melihat seseorang sedang memancing. Ketika banjir besar terjadi, Gus Miek tanpa sengaja tergelincir ke sungai dan terbawa oleh arus deras. Beberapa jam kemudian, santri yang ditugaskan oleh ayahnya mulai mencari di sepanjang tepi sungai, berharap Gus Miek telah tersangkut di tepi atau berenang ke pinggir, tetapi pencarian tidak membuahkan hasil. Namun, kejutan terjadi ketika Gus Miek muncul dari tengah sungai, berdiri di atas air yang hanya setinggi mata kakinya. Hal ini karena saat itu Gus Miek sedang berada di atas punggung ikan besar, yang menurutnya adalah ikan peliharaan dari gurunya, Nabi Khidir. 

  

Akhir hayat Gus Miek meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak orang, terutama karena kontribusinya dalam dunia keagamaan dan sosial di Indonesia. Banyak orang mengenang Gus Miek sebagai seorang tokoh yang memiliki pandangan keagamaan yang inklusif dan mendukung perdamaian serta kerukunan di antara berbagai kalangan dan strata sosial. Gus Miek menghembuskan nafas terakhir pada hari Sabtu, 3 Juni 1993 pukul 15,00 di rumah sakit Surabaya. Yang kemudian dimakamkan di Dusun Tambak Desa Ngadi Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Di area pemakaman tiga waliyullah, ketiga makam tersebut yaitu Syaikh Maulana Abdul Qodir Khoiri bin Ismail Al- Iskandariyah, Syaikh Maulana Abudllah Sholil Al- Istambuli dan Syaikh Maulana Muhammad Herman Arruman.

  

Cerita tentang karomah dan kisah-kisah unik dari Gus Miek memang tiada habisnya. Biografi dan beberapa kisah ini memberikan gambaran tentang siapa Gus Miek sebagai seorang kyai kharismatik di Jawa.

  

Daftar Bacaan

1. Abdurrahman, S. (2022, Februari 10). Kisah Cinta Gus Miek dan Bu Nyai Yat. Tebuireng Initiatives. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-16. Diakses tanggal 2023-02-20.

2. Abdurrahman, S. (2023, Februari 20). Tujuan Pernikahan Ning Jazil & Gus Kautsar. Tebuireng Initiatives. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-06. Diakses tanggal 2023-02-20.

3. Abdurrahman, S. (2022, Desember 19). Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar. Tebuireng Initiatives. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 2023-02-20.

4. Gus Miek, dari Khataman ke Tempat Perjudian. (n.d.). www.nu.or.id. Diarsipkan tanggal 2015-05-11. Diakses tanggal 2014-04-06.

5. Biografi Gus Miek (KH. Hamim Tohari Djazuli). (n.d.). www.tanbihun.com. Diarsipkan tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 2014-04-06.

KH. Hamim Djazuli. (n.d.). www.tokohtokoh.com. Diakses tanggal 2014-04-06.

6. Muhammad Nurul Ibad. (2001). Perjalanan dan Ajaran Gus Miek. Pustaka Pesantren. ISBN: 979-8452-32-1. Halaman 111-133.

7. Muhammad Nurul Ibad. (2010). Dhawuh Gus Miek. Pustaka Pesantren. ISBN: 979-8452-30-5. Halaman vii.

8. Muhammad Nurul Ibad. (2012). Suluk Jalan Terabas Gus Miek. Pustaka Pesantren. ISBN: 979-8452-31-3. Halaman vii.

9. Aditya Mahatma. (2022). Gus Miek Sang Pendakwah Eksentrik. Garasi. ISBN: 978-623-7219-77-4.vi+122 halaman.