(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Idul Fitri Sebagai Wisuda Spiritual

Horizon

Oleh Fathor Rahman Jm

(Mahasiswa Program Doktoral UIN KHAS Jember)

  

Ramadan dalam aspek pembinaan spiritual laik kita sebut universitas. Sebab itu, Idul Fitri merupakan prosesi wisuda spiritual. Sebagaimana lembaga pendidikan tinggi, jika kita ulik ke dalam relung aktivitas ibadah Ramadan, kita akan mendapatkan banyak sekali “fakultas” yang mencakup pelbagai bidang ilmu dan amal yang bisa kita pelajari, amalkan, dan manfaatkan dalam mengarungi kehidupan. 

  

Di sana kita dapat menemukan disiplin ilmu pendidikan, hukum, psikologi, humaniora, kesehatan, dan lain-lain. Terdapat tiga aspek pendidikan dan pelatihan yang paling menonjol selama Bulan Ramadan. Pertama adalah pendidikan untuk selalu taat perintah Tuhan. Ini sebagai bentuk pelatihan dan pembinaan kesalehan individual. Banyak perintah dan ajuran ibadah ritual dalam Bulan Ramadan, baik yang wajib maupun sunah, yang bisa dinalar (ta\'aqquliy) maupun yang tidak bisa dinalar (ta\'abbudiy) yang bisa kita kerjakan dengan riang gembira dan semangat, lantaran Allah menjanjikan pahala yang melimpah. Kegembiraan dan semangat menjalankan perintah ibadah ini merupakan sebentuk fasilitas dari Allah untuk pembangunan karakter ketaatan manusia muslim sebagai hamba Tuhan. 

  

Kedua, dalam puasa kita melakukan latihan kesabaran. Ada banyak ketentuan yang sebenarnya halal, kemudian haram dilakukan ketika berpuasa. Makan dan minum adalah perkara halal, namun haram jika dilakukan bukan pada waktunya. Berhubungan seksual suami-istri menjadi haram ketika dilakukan pada waktu berpuasa. Ada ancaman dosa dan denda (kafarat) jika ketentuan itu dilanggar. Di samping itu, terdapat janji kebahagiaan dan berita gembira bagi hamba yang istikamah melakukan ibadah, yakni kebahagiaan abadi dan pahala yang berlipat-lipat. Di sini kita melihat bahwa untuk melatih hamba-Nya dalam kerangka membangun karakter sabar, Allah menyediakan fasilitas berupa harapan dan ancaman. Keduanya berjalan secara simultan. 

  

Ketiga, kita ketika berpuasa diarahkan pada suatu kondisi yang menumbuhkan kecerdasan sosial. Yakni, kondisi mental yang memungkinkan mudah berempati dan bersimpati, sehingga menjadi peduli kepada siapapun yang kekurangan, kehausan dan kelaparan. Kebutuhan akan makanan dan minuman adalah aspek paling dasar manusia untuk eksis menapaki jalan kehidupan. Kita bisa melihat, pendidikan kepedulian dalam ibadah puasa menohok pada aspek yang paling elementer bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Pesan di balik puasa ini juga menyerukan etika ekologi bahwa makanan dan minuman harus terbagi untuk semua. Puasa menginformasikan bahwa lapar dan dahaga adalah kondisi yang tidak mengenakkan dan mengancam kehidupan, di mana kondisi itu dialami banyak manusia di sekitar kita.

  

Kesalehan Transformatif

Kompilasi antara ketaatan individual, kesabaran, dan kepedulian akan mewujudkan kesalehan transformatif. Yakni, konsistensi menjalankan perintah Tuhan untuk menyembah dan mengabdi kepada Tuhan dengan mewujudkan kemaslahatan untuk sekalian alam. Itulah yang disebut takwa, yaitu keseimbangan peran manusia antara menjadi hamba dan wakil Tuhan di muka bumi. Dalam Al-Qur\'an disebutkan secara eksplisit bahwa takwa adalah target utama puasa (la\'allakum tattaquun, agar kalian bertakwa) (Qs. Al-Baqarah: 183).

  

Dari situ kita dapat melihat bawah pendidikan dalam \"Universitas Ramadan” bukan hanya memberikan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman (to know, to understand), melainkan juga membentuk karakter yang sejalan dengan nilai-nilai profetik (to be), yakni pribadi yang memiliki kesalehan transformatif. Dalam lembaga pendidikan universitas, keberhasilan pendidikan tidak ditandai dengan wisuda, melainkan diindikasikan oleh peningkatan karakter lulusan yang taat norma dan menjadi pelopor bagi transformasi sosial untuk membangun peradaban luhur di tengah-tengah masyarakat.

  

Demikian juga Idul Fitri bukanlah penanda bahwa pendidikan puasa berhasil.  Sebagai prosesi \"wisuda spiritual” dalam pendidikan puasa, Idul Fitri adalah semacam pengukuhan dan tanda bahwa proses \"Pendidikan Ramadan\" sudah dilaksanakan. Idul Fitri dikatakan hari kemenangan lantaran menandakan bahwa proses pendidikan spiritual Ramadan secara formal telah komplit dilakukan.  Keberhasilan pendidikan puasa justru bisa dilihat pasca Idul Fitri. Indikatornya adalah peningkatan ketakwaan (karakter transformatif) seorang muslim. Namun demikian, Idul Fitri tetap laik dihayati dan dirayakan sebagai bagian dari rangkaian jalan mewujudkan kesalehan transformatif secara kolektif. Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1443 Hijriyah, mohon maaf lahir batin!