(Sumber : penulis)

KH Muhammad Arif Usman : Dakwah Melalui Seni Zikir Hadrah

Horizon

Oleh : Ruslan

  

KH. Muhammad Arif Usman atau dikenal sebagai Bapak Penghulu adalah dari Usman bin Shaleh, seorang tokoh masyarakat di Kota Pontianak. KH. Muhammad Arif Usman lahir di Pontianak 20 April 1952, memiliki silsilah garis panjang sebagai pemuka agama. Ayahnya adalah seorang guru agama berasal dari desa Pesaguan, Mata Hilir Selatan, Kota Ketapang dan Ibunya berasal dari Kota Pontianak.

  

KH. Muhammad Arif mengenyam pendidikan sampai pada tingkat Madrasah Aliyah. Selain mengenyam pendidikan formal beliau juga berguru kepada seorang ulama terkenal di Kota Pontianak yakni Ustadz Abdullah Ismail, beliau belajar ilmu tauhid dan tasawuf dengan   gurunya.   Selain   Ustadz   Abdullah   Ismail,    beliau    juga    belajar    kepada Syekh Abdurrahman Falogah, KH. Abdurrani Machmud Al-Yamani, KH. Samman Thayyib dan ulama yang lainnya. Selama mengenyam Pendidikan tersebut beliau dikenal sebagai murid yang cerdas.

  

KH. Muhammad Arif menikah dengan Daeng Sello putri Daeng Siddik, Daeng Sello ini anak angkat dari Daeng H. Muhammad yang merupakan tokoh agama di Parit Pangeran Pontianak dan sekaligus sebagai ketua takmir masjid Ad Da’watul Islamiyah. Dari pernikahan beliau dengan Daeng Sello dikaruniai 7 orang anak, anak-anak beliau ini dididik dengan ilmu tauhid dan diajarkan ilmu seni zikir hadrah, sehingga anak-anak beliau juga membantu mengajarkan seni zikr hadrah kepada murid-muridnya. Karena dipandang telah menguasai ilmu agama yang mumpuni, maka masyarakat Parit Pangeran mengusulkan KH. Muhammad Arif sebagai Penghulu nikah pada Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Utara.

KH. Muhammad Arif memulai pengabdiannya sebagai penghulu nikah dan mendirikan majelis taklim dengan menitik beratkan pada ajaran tauhid. Di tengah aktivitasnya sebagai guru tauhid, yang jumlah muridnya sangat banyak, yang tersebar di Kota Pontianak, Kubu Raya dan daerah sekitarnya. Ia selalu berkonsultasi dengan mertua dan guru-gurunya. Ia yakin bahwa selain pembinaan kepada murid pengajiaanya, dakwah ditengah masyarakat awam membutuhkan banyak dialog. Untuk itu, ia kemudian juga aktif berkiprah sebagai pengurus Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah dialog untuk mengetahui kebutuhan umat. Selain itu, ia berkecimpung dalam kepengurusan partai politik yakni sebagai Ketua Komdes PPP Keluruhan Sintan Hulu sebagai upaya untuk memperkuat dakwah di masyarakat.

  

Dalam pengabdiannya, KH. Muhammad Arif selalu optimis bahwa masyarakat dapat menerima ajaran beliau karena beliau selalu menggunakan bahasa sederhana yang mudah dicerna   oleh   masyarakat.   Dalam   kesehariannya   beliau    mengajar    ilmu    tahuid kepada murid-muridnya yang dilaksanakan di masjid Ad Da’watul   Islamiyah. Kitab-kitab yang diajarkan berjenjang, dimulai dari kitab Miftahul Jannah yang merupakan kitab dasar, Selanjutnya dilanjutkan dengan kitab Ushul Tahqiq. Setelah murid memahami kitab Ushul Tahqiq dengan benar, maka dilanjutkan dengan mengajarkan kitab Al Hikam yang dikarang oleh Syekh Athoillah Al-Sakandari. Begitulah cara beliau mengajarkan ilmu tauhid pada murid-muridnya. Beliau senantiasa mengontrol muridnya, perkembangan pemahaman muridnya. murid yang belum faham terus diberikan penjelasan agar tidak keliru dalam memahami ilmu yang disampaikan.

  

Di samping mengajarkan ilmu tauhid pada muridnya, beliau juga berdakwah melalui seni zikir hadrah. Seni zikir hadrah ini beliau ajarkan kepada muridnya. Dalam seni zikir hadrah ada banyak terdapat syair-syair pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Melalui seni zikir hadrah ini dapat diambil nasehat-nasehat agama. Di dalamnya diajarkan tentang pujian kepada Allah SWT, sholawat kepada Rasulullah SAW yang berharap dapat memahami sifat Nabi dan syafaat Nabi. Untuk itu, ia menulis syair zikir hadrah dalam bahasa Indonesia, di antaranya ialah syair tentang maulid Nabi, peringatan tahun baru Islam, Isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, dan tentang puasa Ramadhan.

  

Syair-syair tersebut disosialisasikan dalam kegiatan pengajian masyarakat pada saat acara peringatan hari besar Islam. Metode dakwah ini lebih mudah diterima dibanding metode mau’izhah hasanah atau tausiyan yang terkesan dengan pemahaman represif dan menggurui. Irama, syair dan puji-pujian dalam syair memudahkan untuk dihafal. Permainan seni zikir hadrah dimainkan 3 orang penabuh tar yang terdiri dari pembawa syair berada posisi di tengah sedangkan 2 orang sebagai pengapit yang berada di kiri kanan pembawa syair.

  

Bagi masyarakat KH. Muhammad Arif adalah sosok panutan. Nyaris seluruh hidupnya didedikasikan untuk mengabdikan pada muridnya dan masyarakat. Tak hanya dalam hal keagamaan dan pendidikan seperti yang disebutkan di atas, tapi juga dalam hal kesejahteraan. Ada banyak kegiatan keagamaan yang dibuat, di antarnya mengkoordinir kegiatan kurban setiap tahun berkisar 50 ekor sapi yang disembelih untuk dibagikan kepada masyaarakat sekitar masjid Ad-Da’watul Islamiyah. Berkurban ini amalan yang sangat beliau utamakan kepada muridnya. Sehingga murid beliau banyak yang berkurban.

  

Kesederhanaan,    ketulusan    dan    kesungguhannya    dalam     berdakwah     menjadikan KH. Muhammad Arif sosok ulama berkharisma yang dicintai seluruh lapisan masyarakat. Tak heran, jika saat mengadakan kegiatan peringatan hari besar Islam berbagai kalangan mayarakat dan muridnya berbondong-bondong dan bergotong royong membantunya untuk mansukseskan kegiatan dimaksud. Setiap peringatan hari besar Islam selalu dipusatkan di masjid Ad Da’watul Islamiyah, jamaaah yang datang berlimpah ruah, Walaupun murid berlimpah ruah tetap saja tidak mengganggu ketertiban umum. Uniknya, beliau tetap melarang muridnya untuk menutup jalan umum dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Ini sebuah pelajaran penting bagi murid bahwa tidak boleh berbuat zalim terhadap sesama.

  

Nasehat beliau selalu disampaikan ke muridnya : “Sandarkan di dalam batin kita bahwa Tuhanlah satu-satunya tempat segala urusan dikembalikan.”

  

KH. Muhammah Arif adalah guru, orang tua, dan panutan yang mengayomi masyarakat awam. Ilmunya terdengar di mimbar-mimbar masjid, senantiasa menggelegar di batin muridnya hikmah nasehatnya menyatu dalam syair-syair yang dikumandangkan muridnya dan masyarakat anak-anak kampung.

Sumber : Wawancara langsung kepada KH. Muhammad Arif, Tanggal 24 Maret 2024 di Pontianak.