(Sumber : kupas tuntas)

Kisah Kyai Siroji, Pondok Pesantren Al-Murabbi Kota Pontianak

Horizon

Oleh Muhammad Subro

  

Kyai Siroji, nama lengkapnya Siroji Muslim Abqo. Beliau merupakan pendiri dan pengasuh pertama pondok pesantren Al-Murabbi, beralamat di Jalan Nipah Kuning Dalam, Kelurahan Pal V, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan wilayah subur kawasan pertanian dan perkebunan, dengan hasil produksi padi dan palawija, serta buah-buahan seperti, durian, langsat, cempedak, dan rambutan. Sebelumnya beliau mengasuh pondok pesantren Al-Hamidi, beralamat di Kelurahan Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. Dikarenakan lokasinya di tengah kota, di tengah permukiman masyarakat padat penduduk yang tak memungkinkan untuk pengembangan pesantren ke depannya, maka beliau beinisiatif mencari lokasi baru yang lebih luas di pinggiran kota, sedangkan lokasi awal kemudian diserahkan kepada saudaranya untuk melanjutkan mengelola pendidikan yang telah ada.

  

Kyai Siroji anak pertama dari sembilan bersaudara. Beliau pernah belajar ilmu agama di beberapa pondok pesantren terkenal di Jawa Timur, seperti Pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok pesantren Lirboyo Kediri, dan yang paling lama beliau belajar ilmu agama di Pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur di bawah asuhan KH. As’ad Syamsul Arifin. Kyai Siroji lahir di Pontianak pada tanggal 10 Januari 1969, dan wafat pada tanggal 10 Oktober 2020.

    

Beliau memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang bijaksana, lemah lembut, dan belas kasih kepada sesama. Sejak kecil kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang bijaksana itu sudah tertanam di dalam diri pribadi beliau. Sejak kecil jiwa kepemimpinan dan rasa belas kasih sudah beliau tunjukkan terhadap adik-adiknya bahkan terhadap orang lain dan menjadi ciri kharisma yang melekat pada diri dan kepribadian beliau.

  

Beliau dihormati dan disegani bukan hanya oleh saudaranya, bahkan masyarakat juga segan dan hormat kepada beliau. Kepribadian ini pula yang membuat beliau juga dihormati dan disegani oleh teman-teman seangkatan pada saat beliau belajar di pondok pesantren. Jiwa khasrismatik yang dimiliki oleh beliau menjadi gaya kepemimpinan yang diterapkan pada saat memimpin pondok pesantren Al-Murabbi, sehingga membuat para santri segan dan hormat terhadap beliau, termasuk wali santri, bahkan masyarakat yang pernah belajar ataupun hanya sekedar berjumpa dalam waktu singkat dengan beliau. Termasuk masyarakat yang tidak pernah berjumpa dengan beliau dan hanya mendengarkan kepribadian beliau melalui cerita dari orang lain.

  

Beliau memimpin dengan keteladanan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kyai Siroji berperan penting dalam meningkatkan spiritualitas para santri pondok pesantren Al-Murabbi. Misalnya saat memasuki bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan, Kyai Siroji membuat program bagi seluruh santriwan dan santriwati untuk melaksanakan sholat malam (qiyam al-lail) secara berjama’ah. Beliau tidak pernah memaksa santri agar mengikuti kegiatan tersebut. Hal pertama yang beliau lakukan yaitu menginformasikan kepada seluruh santri bahwasannya akan dilaksanakan program sholat malam secara berjama’ah. Kemudian beliau akan mendelegasikan tanggung jawab kepada setiap pengurus pondok pesantren Al-Murabbi untuk mengajak para santri melaksanakan program tersebut. Setelah itu beliau langsung yang akan memimpin kegiatan tersebut, biasanya beliau akan hadir terlebih dahulu di dalam masjid untuk memberikan contoh kepada seluruh santri bahwasannya sholat malam (qiyam al-lail) merupakan salah satu cara bagi santri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kharisma yang beliau miliki membuat santri merasa segan, dikarenakan pada saat para santri belum hadir semuanya di dalam masjid, tetapi beliau sendiri sudah hadir terlebih dahulu.

  

Kyai Siroji dalam setiap keadaan, baik capek, keadaan mati lampu, ataupun keadaan yang tidak memungkinkan untuk beliau memimpin sholat malam (qiyam al-lail) secara berjama’ah, akan tetapi beliau selalu mengusahakan untuk selalu memimpinnya secara berjama’ah tersebut dan beliau akan selalu berusaha untuk hadir sebelum para santri hadir semuanya di dalam masjid. Jadi secara tidak langsung para santri akan tergerak hatinya untuk ikut serta dalam program sholat malam (qiyam al- lail) secara berjama’ah bahkan jika para santri tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut, maka para santri akan merasa bersalah dikarenakan tidak mentaati program yang sudah diterapkan oleh Kyai Siroji. Pengaruhnya terasa membantu dalam meningkatkan spiritualitas santri yang ada di pondok pesantren Al-Murabbi.

  

Berkat kegigihan dan keistiqomahan beliau saat ini pondok pesantren Al-Murabbi sudah mudah diakses, berbeda jauh dengan masa awal berdirinya dimana akses menuju ke sana masih sangat sulit, sepi, jalan setapak, kalau musim hujan jalanan becek dan berlumpur.


Baca Juga : Tentang Perempuan: Berkarir atau Ibu Rumah Tangga

  

Sejumlah tokoh penting Republik ini pernah hadir di pondok pesantren Al-Murabbi, seperti Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi, Ibu Khofifah Indar Parawansa (Ketua Muslimat NU, Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan), KH. Kholil As’ad (Pengasuh pondok pesantren Wali Songo Situbondo, KH. Azaim Ibrahimy (Pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, bahkan dalam setiap lawatan ke Kalimantan Barat, KH. Afifuddin Muhajir (Wakil Rais ‘Am PBNU/ Wakil pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo) selalu menyempatkan hadir ke pondok pesantren Al-Murabbi, baik saat beliau masih hidup maupun setelah beliau wafat.

  

Kyai Siroji dikaruniai 4 orang anak, 2 putri dan 2 putra, dengan urutan anak pertama putri, anak kedua putra, anak ketiga putri, dan anak keempat putra. Sepeninggal beliau kepemimpinan Pondok pesantren Al-Murabbi secara umum dipegang oleh anak laki-laki tertuanya, Huzeinil Aziz, MH. Sementara anak perempuan tertuanya bersama suaminya memegang kendali santri tahfizh al-qur’an. Semuanya berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Al-Murabbi. Kedua adiknya masih dalam masa pendidikan di pondok pesantren.

  

Pondok pesantren Al-Murabbi mengelola jenjang pendidikan, baik formal maupun nonformal. Pendidikan formal meliputi, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Buah Hati”, Sekolah Dasar Islam (SDI) Sirajun Jadid, Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Sirajun Jadid, dan Madrash Aliyah (MA) Sirajun Jadid. Semua unit pendidikan tersebut telah terakreditasi. Adapun pendidikan nonformal meliputi, Tahfizhul Qur’an, dan Kajian kitab kuning Metode Amtsilati.

  

Jumlah santri pondok pesantren Al-Murabbi saat ini sebanyak 976 orang, dengan rincian santri mukim sebanyak 795 orang (Laki-laki = 440, Perempuan = 355), santri tidak mukim sebanyak 181 orang (Laki-laki = 97, Perempuan = 84) berasal dari berbagai latar belakang etnik, Madura, Melayu, Bugis, Jawa, dan Cina, dari Kota Pontianak, Kubu Raya, Mempawah, Singkawang, Sambas, Landak, Sintang, termasuk dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

  

Adapun para dewan guru pendidikan nonformal berjumlah sebanyak 17 orang (10 ustadz dan 7 ustadzah) yang merupakan lulusan dari pondok pesantren di Jawa sesuai dengan keilmuannya. Mereka mayoritas etnik Madura. Sedangkan pada pendidikan formal sebanyak 32 orang dewan guru lulusan S-1 dan S-2 yang mengajar dari tingkat PAUD, SDI, SMPI dan MA. Para dewan guru pendidikan formal ini mayoritas etnik Melayu dari masyarakat sekitar Kota Pontianak dan Kubu Raya.

  

Para alumni pondok pesantren Al-Murabbi juga telah melanjutkan ke berbagai penguruan tinggi baik di Kalimantan Barat maupun di Pulau Jawa. Begitu pula alumni yang sudah menuntaskan pendidikannya sudah banyak yang telah berkiprah di tengah masyarakat. Para alumni tergabung dalam organisasi INSAN AHAMMU (Ikatan Santri Al-Hamidi Al- Murabbi) terus memberikan dukungan bagi perkembangan pondok pesantren Al-Murabbi.

  

Pondok pesantren Al-Murabbi memiliki unit usaha yang dikelola oleh Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) “Nurus Shobah” yang telah berbadan hukum, dengan mengelola kebutuhan sehari-hari santri dan usaha pertanian memanfaatkan lahan milik pesantren bersama masyarakat sekitar.

  

Kalau di awal berdirinya pondok pesantren Al-Murabbi merupakan lokasi yang sepi, sulit diakses karena infrastruktur yang belum mendukung, berbeda jauh dengan kondisi saat ini. Kini lokasi ini sudah mulai padat penduduk baik dari sisi Kota Pontianak maupun Kabupaten Kubu Raya, dan menjadi kawasan Agrowisata. Geliat ekonomi masyarakat pun mulai tumbuh dengan pesat. Masyarakat secara mudah dapat memasarkan produk pertaniannya baik ke pasar tadisional di Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak maupun di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Masyarakat petani bisa langsung terkoneksi ke pedagang di pasar, atau masyarakat bisa sebagai petani sekaligus pedagang. Pemerintah Kota Pontianak juga telah membangun fasilitasi umum baik pendidikan (SMPN dan SMAN) maupun kesehatan (Rumah Sakit) yang relatif dekat pondok pesantren.

  

Kegigihan dan kharisma Kyai Siroji juga telah mampu membangun kohesi sosial masyarakat. Sebagian masyarakat yang awalnya kontra bahkan menjauh kini perlahan mulai mendekat bahkan menjadi pendukung perkembangan pondok pesantren. Terlihat saat pondok pesantren mengadakan suatu kegiatan seperti pengajian umum, masyarakat antusias membantu pelaksanaannya. Beliau melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai kemampuannya. Yang memiliki pengetahuan ilmu agama beliau jadikan ustadz dan ustadzah untuk mengajar di unit pendidikan nonformal, dan yang memiliki ilmu pengetahuan umum beliau jadikan guru pada pendidikan formal. Pendekatan ini juga perlahan membuka mindset masyarakat sekitar dari berbagai latar belakang etnik dan budayanya untuk kemudian secara bertahap berbondong-bondong memasukkan anaknya ke pondok pesantren Al-Murabbi.

  

Untuk menjaga hubungan silaturahim dengan para alumninya, pada setiap malam Selasa dan Jumat pagi beliau membuka pengajian bagi para alumninya, dan untuk menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar beliau mengadakan pengajian khusus ibu-ibu pada setiap Kamis sore. Dan pada setiap hari Senin pengajian dilaksanakan berpindah-pindah dari rumah yang satu ke rumah lainnya di sekitar pondok pesantren.

  

Pondok pesantren Al-Murabbi terus menunjukkan perkembangan signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan prinsip hidup yang selalu beliau tekankan kepada para santri dan anak-anaknya; “Berjalan walaupun perlahan itu lebih baik daripada berlari kencang tapi kemudian berhenti karena kelelahan.”

  

Kyai Siroji telah menunjukkan keteladanan seorang santri dalam membangun pendidikan berbasis pondok pesantren di tengah pluralitas masyarakat Kota Pontianak. Beliau berpulang di saat pondok pesantren Al-Murabbi yang dirintisnya sedang menanjak perkembangannya. Dan kini putra-putrinya, para santri, alumni, dan masyarakatnya bahu- membahu untuk terus melanjutkan perjuangannya. Semoga manfaat yang terus dirasakan masyarakat menjadi amal jariyah yang selalu mengalir kepada beliau, guru dan orang-orang yang mendukung perjuangannya. (Subro)