(Sumber : manggala-KPMJB)

Komunikasi Terapeutik Untuk Dakwah Damai

Horizon

Oleh Wahyu Agung Prasongko

Pascasarjana, Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel

  

Masyarakat umum tentunya telah mengetahui, bahwa dakwah merupakan bentuk penyampaian pesan-pesan agama oleh pendakwah (da’i) kepada jamaah, khalayak, atau publik sebagai (mad’u) dengan cara yang baik yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengajak kepada kebaikan serta meninggalkan keburukan. Dalam arti sederhana, dakwah adalah bentuk komunikasi untuk mempengaruhi dan mengajak manusia dalam mengenal serta memahami inti ajaran agama Islam yang tentu bersumber dari Al-Quran dan Hadis.

Sebagai da’i, tentunya dituntut tidak hanya berkompeten dalam hal ilmu-ilmu agama. Akan tetapi, mereka juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik dan efektif. Komunikasi yang baik sangat penting agar pesan yang disampaikan kepada mad’u dapat mudah dipahami dan diterima dengan baik. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, seorang da’i dapat menyampaikan pesan agama dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai dengan konteks kehidupan mad’u. Selain itu, komunikasi yang efektif juga membantu dalam membangun hubungan yang positif antara da’i dan mad’u, sehingga pesan-pesan agama dapat diinternalisasi dengan lebih baik.

  

Komunikasi yang baik dan efektif dalam penyampaian dakwah, sebagai da’i tentu harus menguasai ilmu-ilmu dalam komunikasi. Terdapat beberapa jenis komunikasi yang dapat digunakan da’i dalam menyampaikan dakwah, seperti komunikasi persuasif, komunikasi informatif, komunikasi argumentatif, komunikasi rekreatif, komunikasi terapeutik, dan lain-lain.

  

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu jenis komunikasi yang dapat digunakan da’i dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u. Komunikasi terapeutik secara umum dapat diketahui, sebagai bentuk komunikasi yang dirancang secara khusus untuk mendukung penyembuhan, kesejahteraan, dan kebaikan individu (Tampubolon, 2023). Komunikasi ini umumnya digunakan dalam konteks terapi oleh profesional kesehatan, seperti perawat, dokter, dan terapis, untuk membantu pasien atau klien dalam proses penyembuhan fisik, mental, dan emosional. Tujuan utama dari komunikasi terapeutik yaitu untuk menciptakan hubungan yang penuh kepercayaan, saling pengertian, dan dukungan antara komunikator dengan pasien atau klien.

  

Menurut saya komunikasi terapeutik yang sejatinya untuk pasien, dapat digunakan oleh para da’i dalam menyampaikan dakwahnya. Karena komunikasi terapeutik tidak hanya menyampaikan kata-kata yang motivasi dan menyembuhkan saja, melainkan kata-kata yang dapat menyenangkan hati, menyejukkan hati, dan memberikan ketenangan terhadap mad’u yang mendengarkan pesan dakwah. Artinya dalam konteks dakwah, komunikasi terapeutik adalah komunikasi atau penyampaian pesan dakwah yang sifatnya dapat menyembuhkan, menenangkan, menyejukkan, atau menenangkan bagi semua mad’u.

  

Selain itu, dalam konteks dakwah, komunikasi terapeutik dapat dikatakan sebagai dakwah qaulan layyinan. Dakwah qaulan layinan merujuk pada penyampaian pesan dakwah dengan cara yang lembut, penuh kasih sayang, dan penuh pengertian. Hal ini mirip dengan pendekatan yang digunakan dalam komunikasi terapeutik. Dalam dakwah qaulan layyinan, seorang da’i berusaha untuk menyentuh hati dan pikiran mad’u (audiens) dengan cara yang menenangkan dan menenteramkan. Pendekatan ini sangat penting dalam membangun hubungan yang kuat dan penuh kepercayaan antara da’i dan mad’u, sehingga pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan memberikan dampak positif yang lebih besar. Komunikasi yang lembut dan penuh empati ini membantu mad’u merasa dihargai, didengar, dan dimengerti, yang pada akhirnya mempermudah proses penerimaan pesan dakwah agama yang disampaikan. Dengan demikian, dakwah qaulan layyinan bukan hanya tentang menyampaikan pesan agama, tetapi juga tentang membangun hubungan yang penuh kehangatan, keikhlasan, dan kedamaian.

  

Kesimpulannya, dalam penyampaian dakwah konsep komunikasi terapeutik dan qaulan layyinan memiliki kemiripan. Komunikasi terapeutik artinya adalah penyampaian pesan dakwah dengan kata-kata yang memotivasi, menyembuhkan, menenangkan, atau memberikan kedamaian. Sementara, qaulan layyinan adalah penyampaian pesan dakwah dengan menggunakan perkataan yang lembut, baik, damai, dan penuh kasih sayang. Oleh karena itu, menurut saya komunikasi terapeutik yang dasarnya dilakukan untuk memotivasi pasien, tetapi dapat digunakan oleh para da’i untuk menyampaikan pesan dakwah yang baik, efektif, menenangkan, menyejukkan, serta dengan kedamaian. Dengan demikian, para mad’u dapat dengan tenang dan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh da’i.

  

Sumber:

  

Tampubolon, M. T. (2023). Integritas Pimpinan dalam Komunikasi Terapeutik pada Public Speaking. JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(4), 5242–5260. https://doi.org/10.24815/jimps.v8i4.27077