Menengok Kembali Kisah Perjuangan KH. Daroini Ali Lampung
HorizonM. Zainal Arifin
Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Multikultural
Universitas Islam Malang
KH. Daroini Ali menghembuskan nafas terahirnya pada Ahad 21 April 2019 atau bertepatan dengan 15 Sya`ban 1440 H. Hal itu memberikan duka mendalam bagi keluarga, muhibbin dan santri-santrinya. Beliau dikenal sebagai tokoh yang tegas dalam menegakkan amar ma`ruf nahi munkar namun tetap humoris dan menyenangkan dalam menyampaikan dakwahnya. Dengan karakter suaranya yang lantang dan berkharisma tidak mengherankan jika beliau dijuluki dengan “singa podium”.
KH. Daroini Ali dilahirkan dari pasangan suami istri, ayahnya bernama KH Ali Murtadho ibunya bernama Nyai HJ. Ma`rifatun binti KH Abdul Manan Banyuwangi. Saat muda beliau nyantri di Pondok milik kakeknya yakni Pondok Pesantren Mihhajuth Thulab Banyuwangi, selain itu beliau juga pernah nyantri di beberapa tempat antara lain; Pondok Pesantren Mamba`ul Ulum Banyuwangi, Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Pondok Pesantren Mahir Arriyadh Ringinagung Kediri.
Saat awal berpindah kelampung sekitar tahun 1980, beliau pernah menjadi guru di sekolah yang ada di Lampung Tengah, beliau juga pernah menjadi Radio Host disalah satu stasiun yang ada di Kota Metro Lampung. Berawal dari penyiar radio tersebut beliau ditawari untuk mengisi acara kajian Islami setiap hari Jum`at. Tanpa disangka, dari tausiyah beliau yang ada di radio tersebut banyak didengar dan diminati oleh masyarakat luas. Tidak sedikit masyarakat yang penasaran dan mencari tahu tentang alamat dan identitas beliau. Singkat cerita, banyak dari Masyarakat yang mengundang beliau secara pribadi di acara walimatul` Usry, acara-acara pengajian hingga tabligh akbar. Lambat laun beliau semakin masyhur dan tak pernah sepi dari undangan pengajian. Bahkan orang-orang datang dari berbagai daerah untuk belajar agama (mondok) ke rumah beliau.
Merasa di beri Amanah oleh Alloh SWT untuk mengasuh dan mendidik para santri. Beliau berinisiasi untuk menabung dan membeli sebidang tanah untuk menjadi tempat para santri yang telah berdatangan. Sekitar tahun 1992 beliau membulatkan tekadnya untuk membangun pondok pesantren dan telah diberi nama Yayasan Pondok Pesantren Sabilunnajah Rejo Asri, bertempat di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Beliau telah menafkahkan hartanya untuk membuat asrama, Madrasah Diniyyah dan masjid untuk para santri.
Seiring dengan berjalannya waktu, dalam menyikapi tuntutan zaman yang terus bergerak beliau mendirikan Lembaga Pendidikan Roudlatu Atthfal (RA) Khadijah, SMP Islam Plus Sabilunnajah dan SMA Islam Sabilunnajah. Salah satu bentuk kedermawanan dan keikhlasan beliau, dari sejak pembelian tanah dan seluruh pembangunan yang ada di pesantren beliau tidak pernah melibatkan pihak manapun dalam pengumpulan dana. Bahkan saat beliau menjabat menjadi anggota DPRD Lampung Tengah, pesantrennya tidak pernah diusulkan untuk mendapatkan bantuan pembangunan dari pemerintah. Pengakuan para kerabat dan masyarakat sekitar beliau adalah orang yang sangat gemar bershodaqoh dan tidak pernah mengeluhkan tentang masalah keuangan. Beberapa alumni juga mengatakan bahwa Abah selalu menolak untuk di gaji atau sekedar dibayarkan tagihan listriknya oleh para santri.
Semasa hidup, beliau menjadi sosok yang telah mengabdikan diri di Pondok Pesantren, berkat kegigihan perjuangan beliau dalam menegakkan agama Alloh SWT sampai saat ini pesantren yang beliau dirikan masih terus ramai diisi oleh santri dalam ber-tholabul ilmi. KH Daroini Ali telah wafat namun amal jariah beliau tidak terputus dan terus mengalir.
Sumber diambil dari para alumni, masyarakat sekitar dan dzuriyyah ndalem