(Sumber : suarapesantren)

Mengenal Sosok K.H. Hasan Abdullah Sahal

Horizon

Oleh: Aprilita Hajar

Mahasiswa Doktoral Pendidikan Agama Islam Multikultural UNISMA

  

K.H. Hasan Abdullah Sahal lahir pada 24 Mei 1947. Beliau adalah putra dari salah satu Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor yaitu K.H. Ahmad Sahal. Saat ini beliau merupakan pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. K.H. Hasan Abdullah Sahal memulai pendidikannya pada tahun 1959 yaitu pada sekolah dasar di Gontor, lalu beliau melanjutkan untuk bersekolah di Pondok Modern Darussalam Gontor hingga naik jenjang perkuliahan di Institut Pendidikan Darussalam, di mana beliau terdaftar di Fakultas Ushuluddin. Lalu kembali melanjutkan di Universitas Islam Madinah, Fakultas Dakwah, dan juga Universitas Al-Azhar Mesir.

  

Latar belakang pendidikannya begitu mengesankan, hingga beliau dapat memiliki banyak sekali pengalaman, baik dalam segi organisasi, pengalaman ke luar negeri hingga memiliki banyak karya tulis. Dalam segi organisasi K.H. Hasan Abdullah Sahal merupakan pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor yang disebut dengan sistem KMI (Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyyah), yang bermakna “persemaian guru-guru Islam”, dengan konsep SMP dan SMA yang disatukan, dan menggabungkan antara dua konsep pendidikan Islam, yaitu madrasah modern dan juga pesantren, menerapkan system kurikulum dengan mengintegrasikan antara ilmu Agama dan umum, menerapkan bahasa asing dalam pola pendidikannya, menggunakan pakaian rapi berdasi. Seiring dengan keterlibatannya di Gontor, beliau memiliki banyak kesibukan di bidang lain. Misalnya, beliau adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Qur\'an Al-Muqaddasah di Mlarak Ponorogo, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Mawaddah Putri di Jetis Ponorogo. Beliau juga aktif dalam melakukan beberapa kunjungan ke luar negeri seperti ke Singapura, Yordania, Suriah, Turki, Jerman, Prancis, Belgia, Australia, Arab Saudi, Mesir, Thailand, India, dan Pakistan. Dari Brunei Darussalam, beliau pernah mengikuti seminar dakwah di Malaysia, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara lain.

  

Selain itu, K.H. Hasan Abdullah Sahal juga memiliki banyak karya tulis, diantaranya adalah, Membina Keluarga Muslim, Pegangan Para Qori’, Obsesi Hasan Abdullah Sahal, Ceramah-ceramah Kontemporer, Allamatni Al-Hayah (Kehidupan Mengajariku jilid I,II dan III). Buku beliau mengandung isi yang memiliki gaya bahasa yang khas, seperti adanya kutipan (“Di atas hanya Allah, dibawah hanya tanah. Jasad melekat di bumi, tetapi jiwa berhubungan langsung dengan yang di langit”). Dan beliau juga aktif dalam berdakwah, baik di dalam lingkungan Pondok, seperti mengisi taujihat wa irsyadaat untuk santri, maupun pada alumni, masyarakat bahkan dunia. Beliau memiliki ciri khas dengan gaya bahasanya, candaanya dan juga biasanya diawali dengan menuntun para santri untuk melanjutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan membedah maknanya yang kemudian direlevansikan dengan materi dan pesan yang akan disampaikan.

  

K.H. Hasan Abdullah Sahal juga memiliki banyak video dakwah yang terekam dan dipublikasikan di Youtube Gontor.TV, sehingga bisa didengar dan dipelajari oleh masyarakat luas, yang di dalamnya tentunya banyak mengandung ilmu dan pesan akhlak. Bahkan beliau pernah membuat lagu dengan genre religi berjudul “Kembalilah” yang memiliki pesan untuk mengajak umat manusia bertaubat, dengan merujuk pada Surah Adz-Zariyat ayat 50 “Fa Firru Ilallah inni lakum min-hu nadzirum mubin”. Yang sempat dinyanyikan kembali oleh Ifan Seventeen, Ifan Govinda, Natta Reza, Takaeda dan Rizal Ahmada.

  

Pimpininan Pondok Modern Darussalam Gontor ini juga menyatakan dalam salah satu dakwahnya bahwa toleransi merupakan komponen Islam dan sebaiknya \"datang saja ke pesantren\" jika ingin melihat adanya toleransi, karena pesantren merupakan tempat yang sangat multikultural. Selanjutnya, dia mengirim pesan. “Hindari perasaan merasa lebih, merasa paling, merasa besar, merasa paling tinggi, merasa paling kuat, merasa paling maju, merasa paling bisa, merasa paling mampu, merasa paling berjasa, merasa paling berhak, dan lain sebagainya”

  

Beliau adalah panutan yang kuat bagi murid-muridnya dan mencontohkan filosofi hidup \"bondo bahu pikir, Lek perlu sak nyawane pisan\", yang bermakna bahwa dalam setiap perjuangan itu harus siap berkorban, mulai dari harta, tenaga, pikiran bahkan nyawa. Dan prinsip itu hingga sekarang selalu diterapkan oleh para pendidik dan penerusnya, sehingga selalu tertanam adanya ciri khas perjuangan yang dilakukan di Gontor, hal inilah yang membuat para santri, ustadz, selalu kuat dan ikhlas dalam berjuang dalam hal dan kondisi apapun, hal ini pun selalu dirasakan oleh para alumni, hingga mereka dapat eksis di tempat mereka masing-masing, hingga sukses di berbagai bidang dan profesi, dari mulai guru, menteri, ketua ormas Islam dan lain sebagainya. Semoga segala perjuangan beliau dapat menjadi amal jariyah dan menjadi suri tauladan bagi kita semua.


Baca Juga : Mengembalikan Tradisi “Abhekalan” (Tunangan) dalam Tradisi Islam