(Sumber : Bola.com)

Nilai Religius dan Pluralistik dalam Perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar

Horizon

Oleh: Miftachul Taubah

Mahasiswi Doktoral Prodi Studi Islam, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

  

Piala Dunia 2022 di Qatar yang dijadwalkan berlangsung dari 20 November hingga 18 Desember mendatang, resmi dimulai setelah digelarnya upacara pembukaan yang berlangsung megah di Stadion Al Bayt pada Ahad (21/11/2022) dengan diawali pemutaran video resmi Piala Dunia 2022. 

  

Ada yang menarik dan berbeda dengan nuansa Piala Dunia FIFA kali ini yang merupakan putaran final ke-22 dengan nuansa piala dunia sebelumnya. Terlepas dari berita kontroversi dan polemiknya, Qatar sebagai tuan rumah dalam perhelatan turnamen sepak bola dunia empat tahunan yang diikuti oleh tim nasional pria senior anggota FIFA dan sekaligus menjadi Negara Jazirah Arab pertama yang mengadakan Piala Dunia FIFA, menyambut para pecinta dan fans sepak bola dengan banyak ornamen mural bertuliskan hadits Nabi Muhammad ﷺ di sepanjang jalanan kota Qatar. Serta uniknya lagi, penyelenggara menyelipkan bacaan ayat suci Al Quran dalam upacara pembukaannya.

  

Disini penulis mengamati bahwa ada nilai religius dan pluralistik dalam nuansa perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar kali ini. Dari sisi nilai religius (adalah bersifat religi dan bersifat keagamaan), Qatar sebagai negara mayoritas Muslim, memanfaatkan momen tuan rumah sebagai kesempatan ajang memperkenalkan budaya dan ajaran atau syari’at Islam kepada pegunjung yang datang dari berbagai penjuru dunia, setidaknya akan ada 32 negara yang mengikuti dan enam di antaranya adalah negara-negara mayoritas Muslim, mulai tuan rumah Qatar, Tunisia, Senegal, Maroko, Iran, hingga Arab Saudi. Dilansir dari akun Twitter Doha News, selain membuka kembali Museum Seni Islam, Qatar juga membuat mural hadits Nabi Muhammad dalam rangka penyambutan para turis asing, hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ ditampilkan pada sejumlah ornamen mural pada dinding besar dan banner yang bisa dijumpai di berbagai lokasi dan sudut kota Qatar. Hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ itu ditulis menggunakan bahasa Arab disertai dengan terjemahan berbahasa Inggris di bawahnya, sehingga mudah dipahami oleh para turis asing.

  

Akun instagram muslimsportsdaily juga membuat sebuah video reels yang menunjukkan beberapa mural hadits Nabi tersebut. Diantara mural hadits Nabi yang ditulis adalah yang berkaitan dengan perintah berbuat baik, yakni \"Every good deed is charity\" yang artinya “semua perbuatan baik merupakan sedekah.” Ada pula mural hadits Nabi lain yang berbunyi, “\"Guard yourself from the Hellfire, even with half of a date in charity. If one cannot find it, then with a kind word,\" yang berarti \"Jagalah dirimu dari api Neraka meskipun dengan sedekah setengah buah kurma. Jika seseorang tidak dapat menemukannya, maka dengan perkataan yang baik.\" Ada juga hadits Nabi tentang perilaku menyayangi sesama, yakni berbunyi \"He who is not merciful to other, will not be treated mercifully\" dengan arti \"Dia yang tidak berbelas kasih kepada orang lain, tidak akan diperlakukan dengan belas kasihan.\"

  

Selain menyebarkan hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ, Qatar juga menerapkan aturan yang ketat berlandaskan ajaran islam untuk Piala Dunia 2022. Beberapa larangan itu diantaranya adalah larangan membawa alkohol di muka umum, larangan mengibarkan bendera LGBT, larangan seks bebas, berpakaian terbuka, larangan kumpul kebo hingga larangan bermesraan di muka umum. Abdullah Al Nasari, Kepala Keamanan Piala dunia 2022 di Qatar, yang dikutip dari Sportsration menyatakan bahwa \"Jika anda ingin mengekspresikan pandangan Anda tentang LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat (kami). Kami tidak akan pindah agama (hanya karena Piala Dunia) selama 28 hari.\" 

  

Sebagaimana diketahui, Qatar merupakan salah satu negara di dunia yang menentang LGBT. Al Nasari juga mengharamkan simbol maupun bentuk kampanye lain dari kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Qatar. Al Nasari menyatakan tidak akan bertoleransi mengenai apapun yang berkaitan dengan LGBT selama Piala Dunia 2022 berlangsung. Pernyataan Abdullah Al Nasari tersebut tentu saja mengundang perhatian publik yang pro terhadap kaum pelangi (sebagai informasi, kaum pelangi begitulah masyarakat menyebut bagi LGBT).

  

Adapun nilai pluralistik (adalah sifat untuk menghargai perbedaan, hal ini bukan berarti bahwa perbedaan tersebut untuk dibesar-besarkan) yang penulis temukan dalam perhelatan piala dunia kali ini adalah pada momen pembukaan Piala Dunia 2022 yakni ketika Morgan Freeman (aktor Amerika) membacakan pidato pembukaan, Ghanim al Muftah (Brand Ambassador Piala Dunia 2022) meminta Freeman untuk mendekatinya. Freeman menjawab, “Saya tidak yakin, apakah saya diterima?”, Ghanim berkata: “Kami mengirimkan panggilan karena semua orang diterima. Ini adalah undangan ke seluruh dunia.” Freeman menjawab, “Saya ingat, bahkan setelah mendengar panggilan itu, alih-alih melihat cara lain, kami mengabaikannya dan menuntut cara kami sendiri. Dan kini dunia terasa semakin jauh dan terbagi. Bagaimana bisa begitu banyak negara, bahasa, dan budaya bersatu, jika hanya satu cara yang diterima?.”

  

Pertanyaan Freeman lalu dijawab Ghanim, yang mengidap Caudal Regression Syndrome, dengan bacaan ayat suci Al Quran, tepatnya ayat 13 surat Al Hujurat yang artinya: “Wahai Manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” Freeman menyahutinya: “Saya bisa melihatnya. Apa yang mempersatukan kita di sini pada sekarang ini jauh lebih besar daripada apa yang memisahkan kita.”

  

Hal ini menunjukkan bahwa Qatar bersikap tegas antara pembatasan antara syari’at Islam dan penghormatan atas kebebasan hak asasi manusia, yakni Qatar mentoleransi dan menerima atas hal-hal yang tidak diharamkan secara nyata (sharih) oleh syari’at agama Islam. Meskipun Qatar terus menerus diserang dan dikecam oleh pihak Negara Barat, Qatar tetap konsisten tidak ingin menjadi negara liberal absolute yang melewati batas aturan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakatnya, meskipun hanya untuk 28 hari saja.*