(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Ritual Keagamaan untuk Mengeliminasi Wabah Covid-19

Horizon

Oleh: Fathimatuz Zahroh 

  

Munculnya wabah Covid-19 membuat masyarakat Indonesia merasa resah dan gelisah setiap harinya. Meningkatnya resesi ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, ketidak efektifan dalam pembelajaran sekolah, penyakit tersebar luas, tingkat sosial semakin menurun akibat aktifitas dan komunikasi lebih disupport melalui media online dan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit semakin melejit, sehingga kesehatan dan kebahagiaan merupakan hal primer dalam kondisi seperti ini. 

  

Lagi lagi tentang Covid-19, peneliti menemukan keunikan di sebuah desa di Kabupaten Jombang yaitu sering terdengarnya kabar duka yang diumumkan melalui sound system masjid dan mushollah. Menurut salah satu tokoh masyarakat, Abdul Qodir mengatakan “Dalam waktu kurang dari satu bulan, mulai tanggal 15 Desember sampai saat ini 14 Januari jumlah warga yang meninggal dunia mencapai 12 orang dan itu karena berbagai macam penyakit”. penyakit tersebut adalah sebagian terdampak Covid-19 dan sebagian penyakit bawaan. masyarakat merasa bingung dan panik melalui hal ini sehingga muncul ide untuk mengadakan istighosah bersama yang bertujuan untuk kesejahteraan dan keselamatan desa tersebut. Ide ini di pelopori oleh sebagian masyarakat yang sangat hirau dengan keamanan, kesehatan dan keselamatan sesama manusia dibantu oleh pemerintah desa sehingga ide ini terwujud dan terlaksana. Kegiatan istighosah kubro membuat masyarakat lebih tenang dan nyaman. Warga berniat ingin mengeliminasi wabah Covid-19 dan penyakit lain dengan harapan masyarakat sehat, damai dan tentram seperti pada awalnya. 

  

Istighosah berasal dari kata tholabul ghouts bermakna  meminta pertolongan. Ritual ini dilakukan warga Nahdiyin dalam berbagai situasi, baik dalam keadaan bahagia, senang, atau ketika tertimpa musibah pun warga Nahdliyin istiqomah dalam melaksanakan istighosah. Kerap kali istighosah dilaksanakan berjamaah dengan harapan doa yang dipanjatkan dapat diijabah oleh sang maha kuasa, Allah Swt. Menurut KH. Mustain Amin (Ketua Yayasan Ponpes Yasalami) manfaat melaksanakan istighosah sama dengan manfaat dzikir dan do’a. Kiai Mustain mengatakan “Manfaat istighosah sama halnya dengan manfaat do’a dan dzikir, karena didalamnya ada do’a dan dzikir yang dibaca dan dilafadzkan bersama-sama”. dengan maksud manfaatnya dapat menghilangkan kesedihan, mendatangkan kebahagiaan dan kemurahan hati, mendatangkan ridho Allah dsb. Sehingga istighosah sangat cocok untuk mengeliminasi wabah Covid-19. 

  

Nyatanya, setelah muncul wabah Covid-19 rutinan-rutinan yang bersifat ritual keagamaan seperti rutinan tahlil, istighosah, diba’, manaqib dan ritual lain terhenti sekitar 5-6 bulan karena peraturan dari pemerintah untuk menghindari kerumunan di tempat umum. Sebagian masyarakat berinisiatif untuk melaksanakan rutinan secara online tetapi kontras dengan warga setempat yang sangat minim kemampuan tentang media bahkan sebagian dari mereka sangat keberatan dalam  memanfaatkan kuota/paket data untuk pelaksanaan aktifitas serba online. sehingga di desa tersebut mengalami kemacetan rutinan dalam kurun waktu sekitar 5 bulan. Karena macetnya rutinan tersebut, masyarakat memiliki tekad dan keyakinan yang utuh untuk memohon pertolongan dari sang Kholiq, warga memutuskan melakukan istighosah akbar offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, seluruh warga yang hadir wajib memakai masker dan jaga jarak. Kegiatan ini berjalan lancar karena mayoritas masyarakat mendukung dan mensukseskan acara tersebut.  

  

Bukan hanya istighosah, dalam rangkaian kegiatan itu warga juga membaca sholawat burdah ciptaan Imam Al Bushiri dari mesir dipercayai sebagai doa untuk meminta keselamatan dan tolak balak, pembacaan sholawat burdah atau maula yasholli ini dipimpin langsung oleh tokoh agama didesa tersebut (Pak Mudin) dengan khusyu’ dibaca 7x dalam setiap baitnya. Sholawat burdah terdiri dari 160 bait tetapi yg dikenal di masyarakat umum hanya 3 bait Maula yasholli, huwal habiibul ladzi dan yarobbibil musthofa dan mereka membaca 3 bait tersebut yang dipercaya ampuh mengusir keresahan, mengusir penyakit dan mendatangkan kedamaian juga sebagai goals untuk mengeliminasi wabah Covid-19. Tentang burdah, mula nya burdah adalah mantel dari kain wol yang dihibahkan Nabi Muhammad untuk Imam Bushiri ketika beliau terkujur lumpuh, setelah mendapat hadiah mantel dari Nabi, Bushiri terkejut dan tiba-tiba meloncat dari tempat tidur sehingga sembuh dan pulih kondisinya. rasa terkejut itu menjadikan Bushiri kaya ide untuk menulis syair hingga membuahkan karya berjudul al kawakib ad-duriyah yang dikenal dengan sholawat burdah berisi tentang nasehat, peringatan, pujian kepada Nabi, kecintaan pada Al-Qur’an, munajat-munajat keselamatan serta sholawat kepada Nabi, para sahabat dan keluarga muslim. 

  

Uniknya, ritual keagamaan ini dilaksanakan didepan makam pembabah alas desa. warga bersekutu melakukan istighosah didepan makam dengan tujuan mendoakan para pejuang yang telah mendahului kita. Balance nya istighosah dan tahlil memiliki tujuan yang rangkap yaitu kirim do’a kepada ahli kubur, keselamatan umat islam dari marabahaya, ujian dan hiruk pikuk kehidupan. Warga Nahdliyin tak heran dengan hal tersebut karena berpendapat bahwa semua doa yang kita panjatkan pasti didengar oleh sang maha pencipta. Imam Nawawi dalam kitabnya Majmu’ mengatakan \"Tidak hanya tahlil dan do’a tetapi berziarah kubur lalu membaca ayat-ayat Al-Quran kemudian berdoa untuk mayyit” dengan maksud memberi kiriman doa untuk ahli kubur. 

  

Suksesnya istighosah kubro dihebohkan dengan 7 tumpeng yang beralaskan tempe pring. Berjumlahnya 7 (pitu) tumpeng ini bermaksud ingin mendapat pitulungan atau pertolongan.  Tumpeng yang berkhaskan nasi muncup dan dikelilingi varian lauk memiliki makna yang unik dalam setiap varianya. Mulanya tumpeng singkatan dari yen metu kudu mempeng bermakna ketika keluar kemanapun harus sungguh-sungguh dan semangat serta  syukur dan mohon ampun kepada sang Kholiq. Nasi muncup berarti harapan untuk mencapai hidup sejahtera, rukun dan tentram. Varian lauk seperti ayam ingkung berarti menyembah tuhan dengan khusu’ (menekung), lauk ikan simbol ketabahan dalam hiruk pikuk kehidupan, telur sebagai simbol setiap insan tercipta homogen dengan pembeda ketakwaan (kuning telur) dan tingkah laku (putih telur) dan urap sayur terdiri dari kangkung (jinangkung) berarti pelindung, bayam berarti ayem, taoge berarti tumbuh, kacang panjang berarti pemikiran yang panjang. Dalam keseluruhannya urap sayur memilki makna manusia dalam menjalani hiruk pikuk kehidupan pasti mendapatkan solusi untuk kedepan dan  mencapai bentangan kehidupan yang lebih aman. 

  

Layaknya terijabah, usaha dan do’a masyarakat untuk keselamatan desa sangat ampuh dengan dikawalnya doa oleh tokoh agama dan di aminkan oleh seluruh warga menjadikan doa tersebut terasa diijabah oleh sang pencipta. Balance antara terlaksananya ritual keagaman secara offline dan keyakinan yang utuh untuk kesehatan setiap insan di desa tersebut, masyarakat  merasa lebih aman karena jarak beberapa hari sudah tidak ada kabar orang meninggal lagi di desa tersebut dan wabah Covid-19 semakin tereliminasi. Berkat doa yang tulus, ikhlas dan yakin ritual keagamaan membuahkan hasil yang real dan bermanfaat bagi semuanya. Peneliti sempat mendengar perbincangan sebagian warga akan hal ini, mereka merasa lebih tenang, kepanikan dengan sendirinya menurun dan kebahagiaan step by step meningkat serta dalam perbincangannya mereka selingi untaian do’a untuk keselamatan desa kedepanya.