Angka Pernikahan Turun Drastis, Imbas Peran Media Sosial?
InformasiEva Putriya Hasanah
Data Statistik Indonesia mencatat, angka pernikahan di Indonesia anjlok pada 2023. Tercatat pada itu hanya ada 1,58 juta pernikahan, angka ini turun 7,51% dibandingkan pada 2022. Angka pernikahan tersebut juga mencetak rekor terendah selama satu dekade terakhir. Padahal, dalam 10 tahun belakangan angka pernikahan nasional sempat mencapai rekor tertinggi, yakni pada 2013 sebanyak 2,21 juta pernikahan. Lalu, sejak tahun 2019 angkanya terus menurun. Adapun provinsi dengan angka pernikahan tertinggi pada 2023 terjadi di Jawa Barat sebanyak 317.715 pernikahan.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengaitkan fenomena angka penurunan pernikahan dengan toxic people. Selain karena banyak yang menunda pernikahan, tingkat egoisme di sejumlah masyarakat untuk tidak memiliki dan mengerti pasangan, juga meningkat. Hasto menjelaskan toxic people berkaitan dengan gangguan kejiwaan pada seseorang. Otomatis, saat seseorang dihadapkan dengan perilaku tersebut, sulit untuk akhirnya membentuk suatu komitmen yang sehat untuk membangun sebuah keluarga.
\"Toxic people itu kan banyak mental emotional disorder, orang toxic ini orang yang membosankan, orang toxic kalau ketemu orang waras ya jadi toxic semua, kalau mau nikah kan juga susah, jadi toxic friendship, toxic relationship, ketika banyak toxic friendship kan nikah juga jadi tidak terjadi,\" tuturnya.
Realitas Pernikahan dalam Era Media Sosial: Membuka Mata dan Pikiran
Pernikahan, sebuah hal yang telah lama dihormati dalam budaya global, seringkali diromantisasi dalam media, film, dan cerita-cerita romantis. Namun, di era media sosial, kita mulai melihat gambaran yang lebih realistis tentang pernikahan. Konten-konten di media sosial dengan narasi tentang pengalaman pernikahan yang tidak selalu bahagia telah membuka mata dan pikiran banyak orang, menggugah pandangan yang lebih terbuka tentang kompleksitas pernikahan.
Penggunaan media sosial telah memberikan platform bagi individu untuk berbagi pengalaman pernikahan mereka, baik yang penuh sukacita maupun tantangan. Konten-konten yang menceritakan tentang persoalan finansial, perselingkuhan, hubungan dengan mertua, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), telah menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi pernikahan yang terpapar di media sosial. Sebagai hasilnya, pandangan orang terhadap pernikahan pun menjadi lebih realistis dan terbuka.
Salah satu fenomena yang muncul adalah peningkatan kesadaran akan beragam masalah yang dapat muncul dalam pernikahan. Sebelumnya, banyak orang mungkin hanya terpapar pada gambaran idealis tentang pernikahan. Namun, melalui media sosial, mereka sekarang dapat melihat bahwa pernikahan bukanlah selalu tentang romansa yang tak terbatas, tetapi juga menghadapi konflik, kompromi, dan perjuangan finansial. Hal ini telah mengubah pandangan masyarakat terhadap realitas pernikahan, menyadarkan bahwa setiap hubungan memiliki tantangan tersendiri.
Selain itu, konten-konten pernikahan di media sosial juga telah membuka ruang diskusi yang lebih terbuka tentang topik-tabu dalam pernikahan. Misalnya, banyak konten yang mengupas tentang persoalan perselingkuhan atau hubungan yang rumit dengan mertua, yang sebelumnya mungkin dianggap sebagai hal yang tidak pantas untuk dibicarakan secara terbuka. Namun, melalui media sosial, orang-orang sekarang memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka dan mendengar cerita orang lain, yang pada akhirnya membantu mengurangi stigma dan membuat orang lebih nyaman untuk membicarakan masalah-masalah yang sebenarnya ada dalam pernikahan.
Lebih dari itu, pengaruh media sosial juga telah memicu pergeseran dalam ekspektasi terhadap pernikahan. Banyak individu mulai menyadari bahwa pernikahan tidak selalu harus mengikuti skenario tradisional yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Mereka lebih terbuka terhadap berbagai model pernikahan, termasuk pola hubungan yang tidak konvensional atau pilihan untuk tidak menikah sama sekali. Hal ini mencerminkan evolusi pikiran yang lebih inklusif dan menerima perbedaan dalam konsep pernikahan.
Dalam kesimpulannya, konten-konten pernikahan di media sosial telah memainkan peran penting dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap pernikahan. Mereka telah membantu menghadirkan realitas yang lebih jujur dan terbuka tentang kompleksitas pernikahan, serta memungkinkan orang untuk lebih memahami dan merangkul berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam hubungan tersebut. Dengan demikian, media sosial telah membantu membentuk narasi pernikahan yang lebih realistis dan mendukung kesadaran akan keragaman pengalaman pernikahan di masyarakat.