(Sumber : Media Indonesia)

Baliho Kampanye dan Komitmen Pemerintah pada Lingkungan

Informasi

Eva Putriya Hasanah

  

Dalam setiap periode pemilihan umum, kita sering kali disuguhi pemandangan baliho-baliho besar yang dipasang di berbagai sudut wilayah baik di perkotaan maupun di pedesaan. Baliho menjadi salah satu media promosi yang digunakan oleh kandidat dan partai politik untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada masyarakat. Baliho seringkali dipasang di berbagai lokasi untuk menjangkau masyarakat luas. 

  

Namun, sisi lain dari keberadaan baliho-baliho ini adalah dampak-dampak buruk yang sering kali luput dari perhatian. Dari segi visual, banyaknya baliho pemilu juga dapat dianggap sebagai bentuk polusi visual. Pemandangan kota yang semestinya indah dan teratur menjadi dipenuhi oleh baliho-baliho berukuran besar yang seringkali menciptakan kekacauan visual. Hal ini juga dapat memengaruhi citra lingkungan kota, terutama bagi kota-kota pariwisata.

  

Tidak hanya itu, pemasangan baliho-baliho pemilu dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan hingga masalah sampah akibat pasca-pemilu. Pertama-tama, mari kita bahas tentang bahan baku yang digunakan untuk membuat baliho. Mayoritas baliho pemilu dibuat dari bahan PVC atau vinyl, yang merupakan bahan plastik. Proses produksi bahan plastik ini sendiri memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan. Dengan banyaknya baliho yang dipasang setiap pemilu, permintaan akan bahan baku plastik semakin meningkat, yang pada gilirannya dapat memperparah masalah lingkungan terkait produksi plastik. 

  

Setelah pemilu usai, baliho-baliho ini seringkali dibuang begitu saja tanpa proses daur ulang yang tepat. Hal ini menyebabkan akumulasi sampah plastik yang sulit terurai di alam dan menciptakan beban tambahan bagi sistem pengelolaan sampah di masyarakat.

  

Komitmen Pemerintah terhadap Lingkungan yang Dipertanyakan

  

Banyaknya sampah baliho akibat pemilu menimbulkan pertentangan dengan komitmen pemerintah dalam hal lingkungan. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menjaga lingkungan dan mengedukasi masyarakat akan pengelolaan sampah, namun banyaknya sampah baliho justru menunjukkan adanya contoh negatif terhadap masyarakat. 

  

Dampak lingkungan dari banyaknya sampah baliho akibat pemilu menunjukkan perlunya komitmen pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Sejauh ini, komitmen pemerintah dalam mengatasi dampak lingkungan dari banyaknya sampah baliho akibat pemilu masih perlu diperkuat. Memilih pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat terhadap persoalan lingkungan dan isu keberlanjutan lainnya merupakan hal yang krusial di tengah ancaman kerusakan lingkungan dan dampak krisis iklim yang lebih parah di masa mendatang. Dengan demikian, penting bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi dampak lingkungan dari banyaknya sampah baliho saat pemilu, serta meningkatkan komitmen terhadap perlindungan lingkungan demi keberlanjutan bumi kita.

  

Kampanye Lebih Ramah Lingkungan : Sebuah Harapan di Pemilu Mendatang

  

Harapan untuk Indonesia di pemilu mendatang seharusnya mencakup komitmen pemerintah untuk menjaga lingkungan dan meminimalkan dampak visual dari kampanye politik dengan mengatur kebijakan pengelolaan baliho pemilu yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan dampak lingkungan. Sebagai solusi, menyediakan ruang khusus untuk baliho seperti halnya di Jepang dapat menjadi langkah yang efektif. Pemerintah Jepang juga mengatur ukuran dan desain baliho pemilu agar sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dengan demikian, pemasangan baliho pemilu di Jepang tidak hanya diatur dari segi lokasi dan durasi, tetapi juga dari segi estetika dan ketertiban.

  

Langkah ini sejalan dengan upaya untuk mengurangi dampak visual dan lingkungan dari baliho-baliho kampanye. Dengan ruang khusus yang ditentukan, pemasangan baliho dapat diatur secara lebih teratur dan terkontrol, sehingga tidak mengganggu pemandangan kota dan lingkungan sekitarnya.

  

Dari segi material, komitmen pemerintah terhadap lingkungan melalui baliho pemilu adalah dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dalam produksi baliho. Penggunaan bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau mudah terurai akan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, pemerintah juga dapat menggalakkan kampanye penggunaan baliho digital yang lebih ramah lingkungan daripada baliho konvensional yang menggunakan bahan-bahan non-ramah lingkungan. Jikapun penggunaan baliho seperti biasanya tetap diperlukan, kita harus memastikan bahwa baliho-baliho tersebut didaur ulang setelah pemilu usai.

  

Sebagai kesimpulan, baliho pemilu dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan politik kepada masyarakat, namun pemerintah perlu menunjukkan komitmen dalam menjaga lingkungan melalui penggunaan baliho yang ramah lingkungan. Dengan langkah-langkah nyata dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan, pemerintah dapat memberikan contoh positif dalam upaya menjaga lingkungan demi kesejahteraan bersama.