Dampak Psikologi-Sosial Akibat Pandemi Covid-19
InformasiKasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat, memunculkan berbagai permasalahan psikologi dan sosial di tengah masyarakat. Saat pemerintah Indonesia mulai mengeluarkan berbagai kebijakan, seperti diam di rumah atau stay at home, belajar dari rumah atau learn from home, bekerja dari rumah atau work from home, pembatasan wilayah atau lockdown, dan himbauan psycal and social distancing untuk penanganan Covid-19. Tak terelakkan kasus Covid-19 berdampak hampir ke semua kalangan, mulai dari remaja, dewasa, hingga lansia mengalami tekanan dan emosional yang luar biasa. Beberapa masalah psikologi dan sosial akibat Covid-19 sebagai berikut.
Kekhawatiran yang Berlebihan
Sejak pandemi Covid-19, masyarakat diterpa banyak infomasi seputar Covid-19 dari berbagai media, seperti media cetak, media massa, hingga media sosial. Hari ke hari tak sedikit media yang menyajikan informasi terkait jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 dan pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Indonesia. Hingga dunia media seakan penuh hanya dengan informasi terkait jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 dan pasien yang meninggal dunia karena Covid-19. Sedang, media tak mengimbanginya dengan ragam informasi yang membangkitkan semangat dan energi positif. Akhirnya, mengakibatkan tak sedikit warga merasa khawatir karena informasi seputar Covid-19 tersebut.
Berdasarkan hasil survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 2020 Badan Pusat Statistik menyatakan, bahwa terdapat empat faktor yang memicu tingkat kekhawatiran warga terhadap kondisi Covid-19, yaitu 65.03% khawatir karena pemberitaan media, 48,35% khawatir dengan kesehatan diri, 57,27% khawatir dengan kesehatan keluarga, dan 69,43% khawatir saat keluar rumah.
Kekhawatiran warga juga disebabkan oleh banyaknya hoax yang beredar di media sosial. Adapun bentuk hoax sangat beragam, misalnya berbentuk tulisan, foto, dan video. Dikutip dari detiknews, Senin (04/05/20), menyatakan bahwa banyak hoax dan hate speech selama masa pandemi Covid-19. Saat ini pihak kepolisian tengah menyelidiki sebanyak 443 kasus. Sedangkan, ada 218 akun diduga menyebarkan hoax. Dengan rincian akun penyebar hoax, yaitu 179 akun Instagram, 27 akun Facebook, dan 10 akun twitter, dan 2 akun Whatsapp. Tak dapat dipungkiri membanjirnya hoax di media sosial kemudian mempengaruhi kondisi psikis warga.
Menurut para psikolog, hoax dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, seperti post traumatic stress syndrome (PTSS), cemas, hingga kekerasan. Hoax dihadirkan untuk memanipulasi banyak orang dengan memanfaatkan orang yang takut dan mengambil keuntungan dari ketakutan tersebut. Efeknya dapat berlangsung dalam jangka panjang, misalnya mengganggu situasi emosional dan suasana hati.
Menurut M Quraish Shihab sebagian dari penyebab kesalahpahaman antar manusia akibat informasi adalah terabaikannya adab tabayyun atau check and recheck. Hal ini juga semakin diperjelas dengan menyatakan bahwa adab sebelum ilmu dan bahkan adab adalah dua pertiga ilmu.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Baca Juga : Demokrasi di Ruang Publik Digital Indonesia
Selain masalah psikologis dan sosial, masalah lain yang timbul adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Akibat pandemi Covid-19 perekonomian di Indonesia melemah, tak dapat dipungkiri demikian berdampak pada menurunnya perekonomian warga. Kondisi ekonomi tersebut menjadi salah satu faktor utama banyaknya kasus KDRT di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data dari Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) tercatat dari tanggal 16 Maret hingga 12 April ada 75 pengaduan KDRT. KDRT sendiri terbagi menjadi empat kategori, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial, dan kekerasan seksual.
Dilansir dari Tempo.co, Rabu (15/04/20) LBH Apik menjelaskan bahwa korban KDRT terjadi pada mayoritas perempuan yang berasal dari kalangan menengah bawah. KDRT terjadi karena disebabkan sang suami yang tak lagi dapat bekerja di tengah pandemi Covid-19. Lalu, tak dapat menafkahi istri dan anak-anaknya, hingga situasi dan kondisi tersebut memicu emosional yang berlebihan."Akhirnya suami menyalahkan istri walau sebenarnya tak ada hubungannya. Lalu, merendahkan istri, yang hal itu mengarah pada kekerasan psikis," jelasnya.
Di tengah pandemi Covid-19 secara tak langsung perempuan ditempatkan pada kondisi yang penuh tekanan dan traumatis. Oleh sebab itu, pemerintah perlu hadir dalam situasi ini dengan memastikan ketersediaan layanan kesehatan mental yang mudah diakses. Serta, mengantisipasi terjadinya lonjakan korban KDRT di kemudian hari.
Sementara berdasarkan hasil survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 2020 Badan Pusat Statistik menyatakan, ada 70,53% responden dalam kelompok berpendapatan rendah kurang lebih 1,8 juta mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Pekerja yang Dirumahkan & PHK
Akibat pandemi Covid-19, salah satu kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan dan usaha kecil ditutup. Akhirnya mengakibatkan tak sedikit pelaku usaha menutup usahanya sementara waktu. Bahkan, ada yang permanen karena disebabkan adanya psycal distancing untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Kondisi tersebut pun berdampak pada kehidupan pekerja, yaitu banyaknya pekerja yang di PHK dan dirumahkan. Berdasarkan hasil survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 2020 Badan Pusat Statistik menyatakan, ada 56,40% bekerja, 22,74% tidak bekerja, 18,34% bekerja tapi sementara dirumahkan, dan 2,52% terkena PHK. Dengan rincian 3,18% dari reposnden laki-laki terkena PHK dan 1,87% dari responden perempuan terkena PHK.
Sementara dilansir dari BBC News (09/04/20) terdapat 1,2 juta orang terkena PHK dan dirumahkan akibat pandemi Covid-19. Sedang, akan mencapai puncaknya pada bulan Juni. Adapun di antara yang terkena imbas PHK adalah pekerja di gerai retail Ramayana di City Plaza Depok, Jawa Barat. Saat pekerja mendengar pengumuman adanya PHK, sontak pekerja menangis. Namun, mereka saling menguatkan satu sama lain dan saling berpelukan. Keputusan tersebut diambil Karena perusahaan mengalami penurunan penjualan yang drastis di tengah pandemi Covid-19."Jumlah karyawan yang kita PHK ada 87 karyawan. Hal ini karena toko sudah tidak operasional lagi, mau bagaimana lagi?," jelas salah satu manajer toko di Ramayana City .
Menurut Ekonom dari Institute for Development, Economic and Finance Andry Satrio Nugroho menyatakan, jika hal ini tak segera ditangani oleh pemerintah, maka akan terjadi lonjakan gelombang PHK pada Juni mendatang. Seperti halnya pekerja di sektor pariwisata dan jasa yang paling terdampak. Berdasarkan hasil survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 2020 Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa terdapat tiga jenis lapangan usaha terdampak yang termasuk ke dalam sektor pariwisata yaitu sektor perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan soial dan larangan kunjungan wisatawan asing yang mengakibatkan menurunnya jumlah wisatawan domestik dan mancanegara.
Dikutip dari Madzkur Damiri Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember dalam ulasan yang berjudul Kolaborasi Sains dan Spiritualitas Islam Menyikapi Pandemi Covid-19, KH. Ma'ruf Amin menciptakan empat formula dalam menghadapi pandemi Covid-19, yang mana empat formula ini sangat relevan menjadi strategi untuk tetap berdaya di tengah kondisi dan situasi yang krisis seperti sekarang ini. Formula tersebut kolaboratif antara sains dan spiritualitas Islam. Formula yang dimaksud yaitu Iman, Imun, Aman, dan Amin. Dua formula yaitu imun dan aman mewakili dimensi sains. Sementara, dua formula lainnya yaitu iman dan amin merepresentasi dimensi spiritualitas Islam.
Implementasi empat formula di atas, yaitu Iman, yang mana hendaknya dapat ikhlas dan bersabar serta tak putus asa menghadapi musibah dari Allah. Sedang, imun, hendak berolahraga, berjemur, dan mengkonsumsi makanan sehat untuk mencegah dan mengatasi terinfeksi Covid-19. Aman yaitu mengikuti anjuran pemerintah untuk menjaga jarak dan menjaga kebersihan agar tak tertular dan menularkan. Terakhir, amin yaitu hendak berdo'a agar pandemi ini segera berlalu.
Untuk itu, selain pemerintah perlu turut hadir dalam penanganan masyarakat terdampak Covid-19 dalam masalah psikologi dan sosial. Misalnya, dengan mengantisipasi membanjirnya penyebaran hoax di tengah pandemi Covid-19 agar masyarakat dapat tenang dan aman. Sementara, sisi lain memberikan informasi yang dapat memberikan semangat dan energi positif bagi masyarakat. Sedang, untuk masyarakat perlu tetap ikhlas dan sabar menghadapi setiap musibah dari Allah. Selagi ikhtiar terus menyala dan do'a terus menggema pasti akan ada jalan keluarnya. (Nin)