Densus 88 Anti Teror: Gerakan Intoleransi Bisa Merusak Harmoni Sosial
InformasiIkhwanul Muslimin dengan berbagai keturunannya sudah berkembang di Indonesia. Ikhwanul Muslimin (IM) yang didirikan oleh Syekh Hasan Al Banna di Mesir ternyata memang menyebar di kebanyakan negara-negara Islam atau negara berpenduduk Muslim. Di Indonesia, ikhwanul Muslimin itu terpecah menjadi lima, yaitu: IM Siyasi yang kemudian menjelma menjadi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang semula berkembang di Libanon oleh Taqiyuddin Nabhani, Gerakan Tarbiyah yang kemudian menjadi PKS, Gerakan ektrimisme yang bercorak salafi Jihadi, Jamaah Tabligh dan Salafi Wahabi yang berkembang pesat di Indonesia. Semua gerakan ini sudah ada di Indonesia dan memiliki pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat tertentu di Indonesia. Demikian yang disampaikan oleh Ust. Saifuddin Umar alias Abu Fida dalam ceramahnya pada Acara Silaturrahmi Dai dan Khatib untuk memperkuat Islam Wasathiyah, yang dilaksanakan di Balai Kota Malang, 20 September 2022.
Hadir pada acara ini Walikota Malang, KH. Sutiaji, Kapolres Kota Malang, dan Danrem Kota Malang, AKBP Moh. Dofir, SAg, SH, MH (Kanit I bidang Pencegahan pada Densus 88 Anti Teror), Kakankemenag Kota Malang, Muchtar Hazawawi, dan sebanyak 150 dai dan khatib dari kota Malang. Sebagai narasumber adalah KH. Marzuki Mustamar, Prof. Dr. Nur Syam, MSI dan Abu Fida, mantan teroris yang sekarang sudah menjadi bagian dari NKRI. Di antara para peserta adalah utusan NU, Muhammadiyah, Jamaah dan sejumlah ormas Islam yang selama ini mengusung program moderasi beragama.
Abu Fida mengutarakan bagaimana proses dirinya menjadi bagian dari kaum teroris, juga disampaikan bahwa yang menyebabkan dia terperosok di dalam gerakan teroris adalah karena membaca buku-buku yang secara bebas diperedarkan di tempat belajarnya. Pandangannya tentang Islam jihadis menjadi semakin menguat kala mengabdi di Pesantren Ngruki karena di sana juga banyak buku yang berasal dari Gerakan Ikhwanul Muslimin yang dibacanya. Tidak hanya dari buku tetapi juga dari internet. Dia memulai menjadi aktivis Islam garis keras dari bacaan dan mengakhirinya juga dengan bacaan. Ketika dipenjara itulah akhirnya dia membaca buku-buku yang anti tesis atas kekerasan beragama. Dari situ akhirnya disadari bahwa menjadi kaum jihadis itu tidak menguntungkan. Abu Fida menyatakan “Kala saya mulai sadar itu, lalu oleh kawan-kawan saya, saya dikafirkan. Dan tidak itu saja, lalu saya juga dikucilkan. Itulah yang menyebabkan semakin besar tekad saya untuk berubah dari kaum jihadis ke Islam Indonesia. Dan akhirnya saya diajak oleh kawan-kawan Densus 88 untuk mengembalikan kawan-kawan saya yang masih terpapar dengan gerakan Islam garis keras”.
Kiai Marzuki, Ketua PWNU Jawa Timur, menyatakan agar masyarakat Islam memahami bahwa di dalam beragama itu terdapat banyak tafsir beragama. Karena tafsir agama maka bisa beraneka ragam. Tidak ada tafsir tunggal. Apa yang dilakukan oleh kaum Nahdhiyin itu semua ada dalilnya. Tidak ada amalan yang dilakukan tanpa dalil. Apakah dari Hadits atau qaul ulama. Semua terdapat dasar-dasarnya di dalam Kitab-Kitab yang masyhur di kalangan ulama NU. Terkait amalan ziarah kubur, mengaji di makam, membaca tahlil, membaca dzikir ba’da shalat maktubah, membaca al Fatihah ba’da shalat itu semuanya ada dalilnya di dalam kitab-kitab masyhur di kalangan ulama NU dan Pesantren. Jadi janganlah semua dianggap bidh’ah, atau dikafirkan, dianggap tidak ada dasarnya, tidak ada dalilnya. Perkara tidak mau melakukan itu tidak apa-apa, tetapi jangan mencela yang melakukan dengan menyatakan di media social bahwa amalan-amalan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia itu bidh’ah atau mengada-ada, bahkan dikafirkan. Jika ini diteruskan-teruskan bukan tidak mungkin akan terjadi disharmoni social yang tidak kita harapkan.
Saya juga menyatakan bahwa mari kita belajar dari negara-negara yang hancur karena pertikaian yang terjadi. Laporan terakhir yang diungkapkan Majalah Gatra (16-21/09/2022) bahwa suasana di Irak semakin mencekam. Kota Baghdad menjadi kota yang sangat berbahaya. Antar faksi berada di dalam pertikaian yang bisa memicu pertempuran. Mari ingat kasus Afghanistan dan juga Uni Soviet yang hancur karena peperangan yang tidak pernah berhenti. Negara-negara seperti ini akan menjadi negara gagal. Kita bersyukur bahwa negara Indonesia ini sangat heterogen, plural dan multicultural tetapi memiliki Pancasila sebagai common platform yang menyatukan di antara keragaman bangsa.
AKBP Moh. Dofi, pelaksana kegiatan Silaturrahmi Dai dan Khatib untuk Indonesia damai menyatakan bahwa tujuan acara ini adalah untuk menyamakan visi dai dan khatib dalam kerangka membangun Indonesia yang damai, bermartabat, dan sejahtera. Para dai dan khatib adalah garda depan pemerintah untuk menyebarkan agama yang rahmatan lil alamin, agama yang mengajarkan keramahan bagi seluruh umat manusia. Jika para dai dan khatib memiliki visi Indonesia yang damai, maka dipastikan Indonesia akan semakin baik di masa depan. Marilah kita perangi gerakan intoleransi beragama.
Walikota Malang, KH. Sutiaji menyatakan bahwa para dai dan khatib agar menyampaikan pesan perdamaian. Para dai dan khatib memiliki peran sentral dalam menjaga Indonesia yang damai. Agama itu hadir untuk membimbing dan membina kerukunan dan toleransi atas satu dengan yang lain. Jika para dai dan khatib dapat memerankan penyampaian ajaran agama yang damai dan toleran maka gerakan intoleransi dan kekerasan agama akan dapat diminimalisir dan bahkan dihilangkan. Citra kota Malang sebagai kota paling toleran harus dijaga dan dipertahankan oleh semua elemen masyarakat. Dan yang memiliki peran strategis adalah para dai dan khatib.
Kegiatan Densus 88 Anti Teror yang melakukan upaya preventif di kalangan dai dan khatib tentu perlu diapresiasi, sebab mencegah tentu lebih baik dari melakukan tindakan penangkapan. Program cegah tangkal ini perlu diikuti oleh seganap masyarakat, sebab untuk memerangi gerakan intoleransi tidak hanya bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui Densus 88, BNPT, Pemerintah Daerah, Kemenag dan instansi lain terkait tetapi yang lebih penting adalah peran serta masyarakat. Semua berharap bahwa masyarakat ikut serta dalam menanggulangi gerakan yang mengarah kepada kekerasan agama.
Wallahu a’lam bi al shawab.