(Sumber : nursyamcentre.com)

Islamophobia : Anti Islam atau Anti Muslim?

Informasi

Istilah fobia sudah tak asing lagi di telinga, bahkan istilah tersebut tersemat pada orang-orang tertentu yang memiliki ketakutan berlebihan pada sesuatu hal tertentu pula, baik makanan, hewan, ataupun lainnya. Hingga seiring terus  berkembangnya zaman dari kolonial ke modern, maka tak heran ada yang namanya 'Islamophobia'. Sementara, dalam istilah bahasa inggris 'Phobia' juga terdapat kata yang secara harfiah memiliki makna yang serupa yaitu Fear, lalu apa perbedaan antara Fear dan Phobia, serta definisi Islamophobia itu sendiri?

 

Salah seorang Peneliti sekaligus UC Louvain, Belgia, Ima Sri Rahmani, MA menyampaikan bahwa antara Fear dan Phobia adalah dua hal yang berbeda. Fear merupakan suatu pengalaman emosional yang intens dari sesuatu yang berbahaya dan ancaman. Sementara, Phobia merupakan kecemasan spesifik dari objek yang tidak seberapa berbahaya.

 

"Dalam hal ini mengutip (Andre, 1999), terdapat beberapa indikator di dalam konteks istilah Fear, yaitu emosi, kecemasan yang intensitasnya terbatas namun sering kali dapat terkendalikan, sedikit cacat, tidak banyak mengantisipasi kecemasan, dan bersifat spontan. Sementara, indikator dari istilah Phobia, yaitu penyakit, kecemasan bisa saja timbul bahkan sering tak terkendalikan, cacat yang mencolok, dan mengutamakan untuk mengantisipasi kecemasan," jelasnya dalam sebuah forum Webinar Islamophobia dan Radikalisme Agama yang diselenggarakan oleh FUF UIN Sunan Ampel, (11/11).

 

Empat Periode dan Fase Islamophobia

 

Dalam Forum Webinar, Ima tidak memberikan definisi khusus terkait Islamophobia. Hanya saja berdasarkan hasil risetnya penggambaran istilah Islamophobia di dua media ternama Indonesia, yaitu Kompas.com dan Detik.com menyebutkan bahwa poin utama dari banyak informasi dari dua media, Islamophobia adalah kebencian pada Islam.

 

"Yang dimaksudkan disini Islamophobia lebih condong dalam perspektif korban. Dimana kata 'Fear' relasinya dengan korban yaitu masyarakat Muslim. Semantara, kata 'Kebencian' relasinya pada para pelaku.  Dengan demikian Islamophobia di dalam framing  media online Indonesia yaitu disebut sebagai kebencian pada Islam. Dalam konteks framing media online di Indonesia, Islamophobia dekat dengan arti 'Anti-Islam' daripada 'Anti-Muslim'. Sedangkan, retorika Islamophobia sebagian besar digunakan oleh mereka yang merupakan oposisi pemerintah pada pemilihan presiden," ungkapnya.

 

Merujuk pada sejarah, seperti yang disampaikan Ima, istilah Islamophobia dalam setiap periode dan fase memiliki problem dan target yang berbeda-beda. Pada periode era kolonial saat fase penemuan, Islamopobhia memiliki problem, yaitu dominasi agama dengan target yakni agama. Sementara, pada periode pasca kolonial saat fase struktural, Islamophobia memiliki problem, yaitu terjadi peningkatan yang subur pada ketenagakerjaan dan imigran dengan target yakni imigran itu sendiri.

 

Demikian pada periode pasca perang dingin, fase Islamophobia menjadi istilah yang spesifik dengan  problem Europcentrisme versus Diversifikasi. Sementara, pada periode 11 September, fase Islamophobia sudah menjadi instrument dengan problem yang terjadi yaitu Radicalism, Ekstrimism, dan Multikulturalisme dengan target identitas muslim global.

 

"Hal ini dapat diartikulasikan bahwa saat era kolonial, Islam itu dari luar lalu masuk ke dalam suatu negara atau wilayah lalu tertanam di dalamnya. Sementara, saat pasca perang dingin, barulah konteks Islamophobia yakni antara 'kita' versus 'mereka' atau Us Vs Them. Namun, setelah tanggal 9/11, konteks Islamophobia terjadi antara Muslim dan kelompok-kelompok Muslim lainnya atau disebut 'personal vs ideologi'," jelasnya.

 

Ketakutan dan Kebencian Terhadap Islam dan Muslim

 

Sementara disampaikan oleh Prof. Muhammad Ali, Ph.D Direktur Program Middle East And Islamic Studies University of California, ia menyampaikan bahwa Islamophobia merupakan suatu ketakutan, kebencian, dan permusuhan yang berlebihan terhadap Islam dan Muslim yang diabadikan oleh stereotip negatif yang mengakibatkan tindakan-tindakan bias.

 

"Seperti halnya tindakan diskriminasi, marjinalisasi, dan pengucilan umat Islam dari kehidupan sosial, politik, dan sipil. Demikian permusuhan irasional , ketakutan atau kebencian terhadap Islam, Muslim, dan budaya Islam, serta diskriminasi aktif," jelasnya dalam forum Webinar.

 

Dalam hal ini melawan Islamophobia dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu sebagai Muslim perlu memahami bahwa agama Islam cinta damai dan keberagaman, melakukan dialog antar peradaban, melakukan dialog antara agama, melakukan edukasi melalui media, lembaga pendidikan, khotbah, tantangan hukum, dan hubungan interpersonal. Sebagaimana disampaikan oleh Ali, ia mengatakan hal yang terpenting untuk melawan Islamophobia adalah bagaimana tetap menjalin hubungan interpersonal dengan baik antar sesama manusia.

 

"Yang terpenting lebih dulu yang dilakukan untuk melawan Islamophobia yaitu mencoba untuk dekat secara hubungan interpersonal. Sebab, salah satu yang mengakibatkan tumbuhnya radikalisme yaitu Islamophobia," pungkasnya.