(Sumber : Media ilmu)

Isu Patriarki dan Peran Orang Tua di Rumah

Informasi

Eva Putriya Hasanah 

  

Menjadi orang tua adalah pengalaman yang luar biasa, tetapi juga penuh tantangan. Baru-baru ini, survei nasional yang dilakukan oleh AVEENO Baby terhadap lebih dari 1.500 orang tua di Inggris mengungkapkan bahwa 31 persen responden menganggap merawat anak di rumah lebih sulit daripada bekerja. 

  

Survei ini bertujuan untuk memahami tantangan yang dihadapi orang tua baru, termasuk stres dan kekhawatiran dalam mengambil keputusan sehari-hari, seperti memilih makanan dan produk perawatan bayi. Amy Whipple-Myers, instruktur di Nest Center City, menekankan pentingnya mencari strategi untuk menghadapi tantangan ini, termasuk meluangkan waktu untuk diri sendiri agar tetap bertenaga. Hal ini menunjukkan bahwa peran orang tua, sering kali dibebani dengan tanggung jawab yang sangat besar.

  

Dalam survei tersebut, terungkap bahwa 22 persen responden mengaku tidak pernah bisa menyelesaikan secangkir teh, 33 persen harus makan dengan satu tangan, dan 42 persen merasakan cinta tanpa syarat untuk pertama kalinya. Meskipun 48 persen responden menganggap membangun keluarga sebagai pengalaman sempurna, 43 persen terkejut betapa sulitnya meninggalkan rumah begitu saja. Realitas ini mencerminkan tekanan yang dihadapi orang tua dalam menjalani peran ganda sebagai pengurus rumah tangga dan pekerja.

  

Patriarki dan Tugas Rumah Tangga

  

Dalam konteks patriarki, penting untuk mempertimbangkan bagaimana pandangan ini mempengaruhi cara kita melihat peran orang tua. Dalam banyak budaya, tugas merawat anak dan mengurus rumah tangga sering kali dianggap sebagai tanggung jawab perempuan. Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan dalam kesetaraan gender, masih banyak orang yang memandang pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak sebagai aktivitas yang kurang berharga dibandingkan dengan pekerjaan formal di luar rumah. Hal ini menciptakan stigma sosial yang menganggap peran perempuan di dalam rumah sebagai hal yang “wajar” dan tidak memerlukan pengakuan setara dengan kontribusi yang dilakukan laki-laki di dunia kerja.

  

Akibatnya, banyak perempuan merasa terjebak dalam peran tradisional yang membatasi, di mana mereka harus menghabiskan waktu, tenaga, dan bahkan aspirasi pribadi demi memenuhi harapan keluarga dan masyarakat. Tuntutan ini dapat menjadi beban emosional dan fisik yang berat, yang sering kali tidak disadari oleh orang-orang di sekitar mereka. Perempuan yang terjebak dalam peran ini sering kali mengalami stres dan kelelahan, yang pada pasangannya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka.

  

Dalam survei yang menunjukkan bahwa 71 persen responden merasa media sosial membuat orang tua lebih kompetitif, kita dapat melihat dampak harapan yang diciptakan oleh masyarakat dan media sebagai beban tambahan bagi orang tua, terutama perempuan. Sebanyak 22 persen responden merasa tertekan untuk menjadi orang tua yang sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa standar yang ditetapkan oleh media sosial dan norma-norma masyarakat modern dapat membantu tekanan yang dirasakan oleh perempuan dalam menjalankan peran mereka. Dengan mempertimbangkan pengaruh patriarki dan ekspektasi sosial ini, penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan adil bagi semua orang tua, di mana kontribusi mereka diakui dan dihargai dengan cara yang setara.


Baca Juga : Metode Dakwah Era Modern

  

Stres dan Kesehatan Mental

  

Tekanan untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh masyarakat dapat berdampak buruk pada kesehatan mental orang tua. Banyak perempuan yang merasa tidak cukup baik dalam menjalankan peran mereka, menciptakan siklus kecemasan dan stres. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk mengakui bahwa merawat anak adalah pekerjaan yang sangat menuntut, yang layak mendapatkan pengakuan dan dukungan.

  

Penting bagi orang tua, terutama para ibu, untuk menemukan strategi agar tetap sehat secara mental dan fisik. Amy Whipple-Myers menekankan pentingnya meluangkan waktu untuk diri sendiri—sesuatu yang sering diabaikan oleh banyak orang tua karena mereka terlalu sibuk mengurus keluarga. Menciptakan ruang untuk diri sendiri tidak hanya penting bagi kesehatan individu, tetapi juga untuk kesehatan keluarga secara keseluruhan.

  

Mendorong Kesetaraan Gender

  

Untuk mengatasi isu-isu yang dihadapi orang tua, terutama perempuan, penting bagi kita untuk mendorong kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Kebijakan yang mendukung orang tua, seperti cuti orang tua yang lebih fleksibel dan akses ke layanan dukungan, dapat membantu menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. 

  

Selain itu, pendidikan dan kesadaran tentang pembagian tugas rumah tangga juga perlu ditingkatkan. Mendorong laki-laki untuk terlibat aktif dalam mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga dapat membantu mengubah dinamika patriarkal yang ada, dan menciptakan lingkungan yang lebih setara bagi semua orang tua.

  

Menghargai Peran Orang Tua

  

Sebagai masyarakat, kita perlu mulai menghargai peran sebagai orang tua dan pengurus rumah tangga. Tugas ini bukanlah hal yang sepele atau remeh, tetapi merupakan pekerjaan yang penuh tantangan dan membutuhkan dedikasi. Dengan mengubah cara kita melihat peran ini, kita bisa memberikan penghargaan yang layak kepada orang tua dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.

   

Kita perlu menyadari bahwa tantangan yang dihadapi orang tua, terutama perempuan, adalah hasil dari struktur patriarkal yang ada dalam masyarakat. Dengan mengubah pandangan kita tentang pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan, kita dapat menciptakan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang menjalani peran ini.

  

Mari kita bersama-sama memberikan pengakuan dan dukungan kepada orang tua di sekitar kita. Dengan cara ini, kami tidak hanya membantu mereka merasa lebih baik, namun juga memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat. Menghadapi tantangan sebagai orang tua adalah perjalanan yang sulit, tetapi dengan dukungan dan pemahaman, kita bisa menjadi baik sebuah perjalanan ini lebih berarti.