(Sumber : nursyamcentre.com)

Mata Najwa 'Menanti Terawan' : Komunikasi Publik Jadi Tak Efektif Saat Pandemi

Informasi

Viral video program Mata Najwa berjudul 'Menanti Terawan' di Trans 7 dengan presenter Najwa Shihab yang terlihat tengah wawancara kursi kosong sebagai objek yang mewakili ketidakhadiran Menteri Kesehatan. Saat itu juga program Mata Najwa berjudul 'Menanti Terawan' itu ramai menjadi perbincangan warganet. Bahkan, tayangan yang juga disebarluaskan di kanal YouTube Najwa Shihab dan Narasi Tv sempat menjadi trending keempat dan keenam di youtube. Tak hanya itu, kata "Terawan" dan "Mba Nana" saat itu juga masuk trending topik pertama di media sosial, yaitu twitter dengan jumlah 111 ribu tweets pada Selasa (29/09).

 

Dilansir dari laman Kompas.com Selasa (29/09), Najwa telah berulang kali mengirim undangan kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto untuk hadir dalam acara yang ia pandu yaitu "Mata Najwa". Hanya saja Menteri Kesehatan Republik Indonesia itu belum pernah sekalipun memenuhi undangan tersebut.

 

Adapun tujuan dibuatnya edisi khusus "Menanti Terawan", yaitu bertujuan dengan penuh harapan mendapat informasi terkait kebijakan penanganan pandemi yang disampaikan langsung dari pemegang wewenang. Sebab, menurut Najwa selaku presenter "Mata Najwa", publik berhak tahu apa yang telah dan sedang terjadi dalam pandemi Covid-19 di Indonesia. Tak hanya itu, publik juga berhak tau terkait apa yang akan dilakukan dalam penanganan pandemi Covid-19 ke depannya. (Red : Kompas.com, (29/09).

 

Terputusnya Komunikasi Antara Pemerintah dan Publik

 

Ketidakhadiran Menteri Kesehatan Republik Indonesia di acara tanya-jawab terkait informasi penanganan Covid-19 yang dikemas dalam program "Mata Najwa" justru menimbulkan permasalahan dalam hal komunikasi publik, yaitu terputusnya komunikasi antara pemerintah dan publik. Seperti halnya disampaikan, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, Drs. Syarifuddin Zuhri, Msi, ia menyampaikan bahwa ketidakhadiran Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam program Mata Najwa tersebut dapat menimbulkan terputusnya komunikasi antara pemerintah dan publik. Hingga menurutnya, hal ini berakibat pada terjadinya ketidakjelasan akan suara pemerintah dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 di mata publik.

 

"Karena Kemenkes representasi suara pemerintah. Sehingga, sikap yang seharusnya, yaitu memberi kejelasan terkait penanganan Covid-19. Namun, sebab Terawan tidak hadir akhirnya menjadi tidak jelas  terutama terkait suara pemerintah dalam kaitannya dengan  upaya penanggulangan pandemi covid 19. Inilah yang saya katakan ada ambiguisitas. Menkes Terawan ini menjadi juru kunci dalam kaitan wabah, ini kalau misalnya kita bicara kebijakan," terangnya saat diwawancara oleh crew NSC Selasa (29/09).

 

Ia pun berpendapat bahwa semestinya Menteri Kesehatan Republik Indonesia hadir untuk memberi penjelasan kepada publik terkait penanganan wabah Covid-19 di Indonesia selama ini. Sebab, hal ini menjadi kewajiban Menteri Kesehatan Republik Indonesia selaku wakil pemerintah dalam penanganan Covid-19 untuk memberi pertanggungjawaban terkait kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan. Didin pun kembali menyampaikan bahwa ketidakhadiran Menteri Kesehatan akhirnya memicu munculnya berbagai pertanyaan di benak masyarakat terkait kinerja Menteri Kesehatan dan juga pemerintah.

 

"Seharusnya memberi keterangan, penjelasan, dan pencerahan terkait dengan penanggulangan pandemi. Namun, nyatanya Terawan malah justru sangat jarang muncul di publik. Bahkan, membatalkan undangan hadir beberapa kali di program Mata Najwa. Hingga menimbulkan tanda tanya, ada apa di balik ketidakmunculannya di acara tersebut?. Akhirnya, banyak juga masyarakat yang mengkaitkan ketidakhadirannya dengan sikapnya yang pro dan kontra akan pandemi selama ini," ucap Didin.

 

Komunikasi Tak Berjalan Efektif

 

Tidak hadirnya Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam program Mata Najwa menjadi hak personalnya. Namun, hal itu justru membuat publik akhirnya kecewa termasuk penyelenggara program Mata Najwa. Seperti halnya disampaikan Didin, ia mengatakan bahwa ketidakhadiran Menteri Kesehatan Republik Indonesia membuat publik dan penyelenggara program menjadi kecewa.

 

"Ketidakhadirannya itu hak dia. Hanya saja publik dibuat kecewa. Selain itu, penyelenggara acara juga kecewa dan menjadi penasaran. Sehingga, dalam hal ini pesan-pesan pemerintah akhirnya tidak berjalan efektif," tuturnya.

 

Substansi Masalah yang Penting di Masyarakat

 

Tak hanya kecewa, tayangnya program Mata Najwa berjudul 'Menanti Terawan' yang dipandu oleh presenter bernama Najwa Shihab lantas juga membuat kredibilitas program menjadi turun. Menurut Didin, program bertema 'Menanti Terawan' tak hanya membuat publik dan penyelenggara progam kecewa dengan ketidakhadiran Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam program Mata Najwa. Melainkan, pada saat yang sama juga membuat kredibilitas program Mata Najwa menjadi menurun.

 

"Penyelenggara kecewa, tapi bukan hanya kecewa. Namun, kredibilitas acara ini (Mata Najwa) juga bisa turun. Sebab, dianggap tidak mampu menghadirkan seorang tokoh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Padahal, substansi masalah yang akan dibahas adalah hal yang sangat penting, yang mana hal ini sedang dihadapi masyarakat," pungkasnya.