Menjelajahi Fenomena KPOP dan Kebangkitan Korea Selatan
InformasiEva Putriya Hasanah
Penggemar Kpop di Indonesia tidak berhenti membuat kejutan. Baru-baru ini, salah satu fanbase grup Kpop asal Korea Selatan yakni BTS atau kita kenal dengan army berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp 1 miliar untuk membantu Palestina. Fenomena ini tidak hanya terjadi satu kali saja, tetapi terdapat deretan fenomena yang menunjukkan besarnya penggemar dan popularitas grup-grup musik asal korea Selatan. Dari BTS hingga Blankpink berhasil menjadi pusat perhatian anak muda hampir di seluruh dunia, tak ketinggalan Indonesia.
Kpop sendiri bukanlah sembarang grup musik namun dia memiliki pengaruh besar bagi negara Korea Selatan. Data seperti yang ditunjukkan oleh Organisasi Pariwisata Korea menerangkan bahwa Kpop telah meningkatkan pariwisata Korea Selatan, dengan lebih dari 13 juta wisatawan pada tahun 2019. Sedangkan di sektor ekspor di tahun yang sama, Kpop menyumbang 80% dari pendapatan ekspor budaya Korea Selatan. (Sumber: Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata). BTS, salah satu grup Kpop populer, menghasilkan lebih dari $4,65 miliar untuk ekonomi negara tersebut. (Sumber: Hyundai Research Institute). Bahkan Pasar musik Kpop global diproyeksikan akan mencapai $20,7 miliar pada tahun 2027. (Sumber: Grand View Research)
Tidak hanya itu, Industri Kpop sering melakukan kolaborasi dengan artis internasional. Kolaborasi ini tidak hanya memperkenalkan musik Korea Selatan ke pasar global, tetapi juga memperluas jaringan dan hubungan budaya antara Korea Selatan dan negara lain. BTS pernah berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) pada tanggal 24 September 2018 untuk menggalang dukungan dan kesadaran tentang kampanye UNICEF untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak dan remaja di seluruh dunia. BTS juga pernah datang ke Gedung Putih di Amerika Serikat di tahun 2022, mereka diundang oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk berdiskusi di Gedung Putih. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya untuk membahas isu inklusi dan representasi Asia.
Pertanyaannya adalah bagaimana Kpop menjadi sangat popular seperti saat ini? Profesor Sekolah Bisnis dan Management Yonsei University Mooweon Rhee pernah menulis di Harvard Business Review bahwa kesuksesan Kpop bukan suatu kebetulan tapi terencana dan terstruktur.
Selain karena Penggemar Kpop yang mendukung mereka melalui streaming musik, pembelian album, dan partisipasi aktif dalam media sosial. Peran pemerintah Korea Selatan menjadi salah satu faktor besarnya. Pemerintah Korea Selatan telah memberikan perhatian khusus terhadap industri musik mereka. Menariknya, ini merupakan imbas dari upaya pemerintah Korea Selatan untuk menggapai \'soft power\' di dunia yang dicanangkan lebih dari 23 tahun lalu. Pada tahun 1998, pemerintah Korea Selatan aktif mempromosikan drama Korea, film, dan musik pop sebagai salah satu solusi krisis ekonomi.
Mereka lalu memperluas anggaran sektor budaya hingga mencapai 0,9 miliar dolar AS atau satu persen dari anggaran nasional yang dimiliki Korea Selatan pada 2000 untuk menunjang persebaran Hallyu lebih masif lagi. Pada 2014, Negeri Ginseng bahkan menganggarkan hampir 5,2 miliar dolar AS untuk bidang ini dan juga media, atau sekitar 1,4 persen dari total anggaran nasional. Tiga tahun berselang, angka itu kembali meningkat hingga 7,5 miliar dolar AS, sekitar dua persen total anggaran nasional.
Mereka telah membangun infrastruktur yang kuat, seperti auditorium konser dan teknologi hologram, untuk mendukung promosi dan pertunjukan Kpop. Korea Selatan membentuk sejumlah institusi/lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam kontinuitas persebaran Hallyu. Badan pemerintah yang langsung menaungi Hallyu (Kpop) adalah Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST) yang terdiri dari KOCCA, KOFICE, dan KTO.
Baca Juga : Perkuat Partnership untuk Pengembangan: STIT Raden Wijaya Mojokerto
KOCCA (Korea Creative Content Agency) adalah agensi yang memimpin promosi dan pengembangan industri konten Korea. KOCCA mendukung berbagai aspek industri konten, termasuk produksi, perencanaan, distribusi, ekspansi ke luar negeri, dan pertumbuhan bisnis. KOCCA bertujuan untuk menjadikan Korea sebagai pemain utama dalam industri konten global.
KOFICE (Korea Foundation for International Cultural Exchange) adalah organisasi yang berfokus pada pertukaran dan kerja sama budaya internasional. KOFICE berperan dalam mempromosikan budaya Korea dan memfasilitasi pertukaran budaya antara Korea dan negara lain. KOFICE mendukung berbagai acara budaya, pameran, dan program untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi budaya Korea secara global.
KTO (Korea Tourism Organization) bertanggung jawab untuk mempromosikan pariwisata di Korea Selatan. Meskipun tidak secara langsung terkait dengan Korean Wave, KTO berperan dalam mempromosikan budaya Korea dan menarik wisatawan untuk menikmati hiburan Korea, termasuk Kpop. KTO menyelenggarakan berbagai acara dan kampanye untuk memamerkan budaya Korea dan menarik pengunjung internasional.
Kpop adalah salah satu bentuk ekspor budaya Korea Selatan yang paling sukses. Lagu-lagu Kpop, tarian, dan gaya fashion telah menjadi tren global. Banyak penggemar KPOP di luar Korea Selatan yang tertarik untuk mempelajari bahasa Korea, memasak makanan Korea, dan mengenakan pakaian tradisional Korea. Hal ini memperluas pemahaman dan apresiasi terhadap budaya Korea Selatan di seluruh dunia.
BBC bahkan pernah menulis permintaan kursus bahasa Korea melonjak di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Thailand, demi bisa mengerti drama dan lagu Korea. Pemerintah Korea kini punya 130 lembaga bahasa yang tersebar di lebih dari 50 negara.