Pendidikan Tinggi Islam Berbasis Pesantren Berkeniscayaan Survive
InformasiSudah setahun yang lalu, saya diundang oleh Pimpinan STAI Jarinabi di Tanjungjabung Timur, tetapi karena nuansa Covid-19 sehingga saya belum bisa memenuhi undangan tersebut. Akhirnya saya bisa hadir tepat Dies Natalis STAI Jarinabi pada Hari Sabtu, 1 Oktober 2022. Saya memberikan orasi ilmiah bagi para mahasiswa dan dosen, serta pimpinan pesantren Jarinabi dan sekaligus Ketua STAI Jarinabi, KH. Dr. Syukron Ma’shum dan segenap jajarannya.
Saya sebenarnya sudah menyiapkan bahan paparan untuk acara ini, tetapi karena satu dan lain hal, maka saya menyampaikan orasi ilmiah sesuai dengan tema yang terdapat di dalam back drop acara ini, yaitu: “Pendidikan Tinggi Islam di Tengah Revolusi Industri berbasis Pesantren”. Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam acara ini, yaitu:
Pertama, saya menyampaikan apresiasi atas berdirinya Lembaga Pendidikan pada Yayasan Jarinabi, yaitu berdirinya STAI Jarinabi pada tahun 2013, dan berbagai lembaga pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan di pesantren tersebut. Selain itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua STAI Jarinabi, bahwa kampus ini akan menjadi center bagi penguatan talenta menulis. Melalui wadah Jarinabi Literasi Center, maka talenta menulis tersebut akan diasah. Apalagi Dr. Syukron Ma’shum adalah penulis hebat dan sudah menghasilkan 80 buku. Saya berkeyakinan bahwa pendidikan yang dikembangkan di pesantren akan terus membaik di masa depan, sebab kepercayaan masyarakat terhadap dunia pesantren masih sangat tinggi. Pesantren telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan dalam rangka pengembangan SDM. SDM unggul dipastikan berbasis pada pendidikannya, kesejahteraannya dan kesehatannya. Selama ini untuk mengukur kualitas SDM, maka ukurannya adalah pendidikan, kesejahteraan dan Kesehatan.
Pendidikan adalah instrumen terbaik bagi pengembangan SDM. Jika suatu negara pendidikannya berkualitas, maka dipastikan SDM negara tersebut juga akan meningkat. Hanya sayangnya bahwa kualitas Pendidikan Indonesia masih berada di bawah negara Asean lainnya. Singapura berada di urutan 21, Malaysia pada urutan 38, Thailand berada pada urutan 46 dan Indonesia berada pada urusan 54. Oleh karena itu, kita semua harus terlibat secara optimal untuk berpartisipasi di dalam peningkatan kualitas SDM. Apalagi kita sedang menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 dan sebentar lagi akan memasuki Era Revolusi Industri 5.0.
Kedua, lembaga pendidikan memiliki potensi strategis di dalam menyongsong Era Baru revolusi Industri dimaksud. Jika kita runut, maka Era Revolusi Industri 1.0 terjadi semenjak ditemukan mesin uap, sehingga terjadi arus perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain secara lebih cepat, kemudian Era Revolusi Industri 2.0 terjadi semenjak ditemukannya listrik, sehingga industri menjadi berkembang. Lalu Era Revolusi Industri 3.0 dengan ditemukannya computer, sehingga pekerjaan lebih efektif dan efisien. Dan akhirnya ditemukan Teknologi Informasi (TI) misalnya artifisial intelligent dan robot yang kemudian beranak pinak menjadi media social dan sejenisnya.
Kita hidup di Era TI. Suatu era yang disebut sebagai era disruptif atau era perubahan yang cepat dan tidak terduga. Dalam dunia pendidikan, tiba-tiba kita harus berurusan dengan sistem daring dalam pembelajaran, harus menggunakan internet dan sejenisnya secara cepat. Kita harus berubah dengan menyesuaikan perubahan yang terjadi. Kita mendadak IT. Jika sebelumnya kita hanya mengenal media social seperti SMS, tiba-tiba ada WA, Instagram, Twitter, Linkedin, dan sejenisnya yang mengajak kita untuk mengikuti perkembangannya. Jika kita tidak mengikuti, maka kita akan tertinggal. Era seperti ini yang kita hadapi dan akan datang.
Tugas pendidikan adalah mengembangkan SDM pada era disruptif dengan segenap penggunaan TI untuk menyelesaikannya. Makanya harus dipersiapkan secara memadai agar lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Jarinabi juga harus mengikuti perubahan tersebut. Apalagi kita menghadapi Era 100 tahun kemerdekaan, yang oleh para ahli disebut sebagai Tahun Emas Kemerdekaan Indonesia. Pada tahun Emas tersebut, satu hal yang sangat penting adalah “Bonus Demografi” di mana akan terjadi struktur masyarakat dengan usia muda sangat besar dan usia tua dan anak-anak sedikit. Dunia pendidikan harus mengantarkan generasi muda untuk memiliki masa depan pada Tahun Emas Kemerdekaan Indonesia, yang dimulai tahun 2030 sampai 2045.
Ketiga, saya sungguh tidak khawatir dengan STAI Jarinabi dalam hal input mahasiswa. Asumsi saya semenjak lama bahwa lembaga pendidikan tinggi yang berada di dalam kampus akan tetap eksis. Dan terbukti hingga sekarang bahwa PTAIS yang berbasis pesantren adalah lembaga pendidikan tinggi yang terus eksis. Pesantren memiliki dua kekuatan sekaligus, yaitu sebagai tempat pendidikan keagamaan dan umum sekaligus, sehingga pendidikan agama dan umum tersebut dapat menjadi modalitas yang andal bagi input mahasiswa pada pendidikan tinggi keagamaan di pesantren. Kemudian yang tidak kalah penting adalah modalitas kiai atau ulama yang menjadi penyangga pesantren. Kiai atau ulama hingga hari ini masih menjadi standar moral dan referensi tindakan bagi masyarakat. Ceramah-ceramah kiai atau ulama masih didengarkan oleh masyarakat Islam. Maka ketika Kiai atau ulama mendirikan lembaga pendidikan tinggi, maka dipastikan akan dapat menjadi tempat bagi penyemaian generasi muda yang berilmu, beramal dan berakhlakul karimah.
Tetapi yang penting bahwa era yang akan datang adalah era pendidikan berkualitas. Oleh karena itu, lembaga yang dikembangkan di dunai pesantren harus memiliki distingsi atau keberbedaan dengan institusi pendidikan lainnya, kemudian dari distingsi tersebut, lembaga pendidikan berbasis pesantren akan memiliki ekselensi atau keunggulan dan jika memiliki ekselensi maka berikutnya akan menjadi destinasi bagi masyarakat.
Saya yakin dengan bimbingan kiai dan tenaga pendidik yang baik, maka akan lahir kualitas pendidikan yang baik pula. Dan kinilah saatnya untuk menjadikan institusi pendidikan berbasis pesantren setapak lebih maju atau one step ahead dibandingkan institusi pendidikan lainnya. Dan keunggulan tersebut adalah menjadikan moral atau etika berbasis Islam sebagai pijakan bagi perilaku semua yang terlibat di dalam pendidikan.
Wallahu a‘lam bi al shawab.