(Sumber : nursyamcentre.com)

Solusi Atasi Bias Gender di Dunia Profesional

Informasi

Seiring terus berkembangnya zaman, relasi sosial gender terus mengalami perubahan. Demikian pada generasi awal relasi sosial gender tumbuh hanya sebagai sebuah relasi kepemilikan antara satu dan lainnya, yakni antara perempuan dan laki-laki. 

 

Hal ini sebagaimana disampaikan Nur Rofiah Dosen UIN Syarif Hidayatullah yang juga sebagai pengajar di Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an Jakarta, dalam acara Webinar yang diselenggarakan oleh Kopri Rayon Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dengan mengusung tema 'Membedah Bias Gender di Dunia Profesional' bahwa seiring berkembangnya zaman, relasi sosial gender tumbuh menjadi relasi hak milik.

 

"Misal rumah itu pemiliknya si A dan rumah itu pemiliknya si B. Akhirnya bermula dari sanalah muncul bahwa hak milik wanita adalah milik laki-laki," ujarnya.

 

Melengkapi penjelasan terkait relasi sosial, Rofiah menyampaikan bahwa keteguhan tauhid seseorang juga memiliki dampak seberapa kuat relasi sosial.

 

Komitmen Tauhid

 

Ia menjelaskan bahwa status manusia hanya sebagai hamba Allah. Tak ada status lain selain status tersebut.

 

"Sebab dijelaskan dalam Islam status manusia adalah hanya hamba Allah. Manusia hanya menghamba pada Allah," imbuhnya.

 

"Status istri bukan hamba suami dan juga bukan istri dari suami. Begitu juga dengan suami. Suami tidak boleh mengganggap istri sebagai hamba," tambahnya.


Baca Juga : Dramaturgi Dakwah Millennial

 

Lebih lanjut, Rofiah menjelaskan bahwa itulah kenapa dalam Islam, suami dan istri disebut dengan istilah pasangan atau zawwaj.

 

"Bukan lagi pemilik ataupun dimiliki," ujar Rofi'ah.

 

Sementara untuk mengasah komitmen tauhid guna menguatkan relasi sosial, kata Rofi'ah, salah satunya dapat dilakukan dengan mewujudkan kemaslahatan antar sesama.

 

 Mengemban Amanah Kholifah Fil Ard

 

Bagi seorang perempuan ataupun laki-laki keduanya mengemban tanggung jawab, yaitu kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Tak hanya itu, keduanya juga bertanggung jawab di ruang domestik dan publik.

 

Demikian hal tersebut disampaikan Rofi'ah bahwa pada saat yang sama, selain status manusia sebagai hamba Allah, maka manusia juga sebagai Kholifah fil Ard atau pemimpin di muka bumi ini.

 

"Pada prinsipnya sama-sama bertanggung jawab demi kemaslahatan dirinya dan hal lain," pungkasnya. (Nin)