Teknologi dan Munculnya Tren Wisuda Kekinian
InformasiOleh : Eva Putriya Hasanah
Beberapa waktu lalu saat menyaksikan wisuda teman-teman UINSA di media sosial, saya teringat akan sesuatu yang sudah lama ingin saya tulis. Fenomena wisuda ternyata tidak hanya membawa bahagia untuk para wisudawan dan keluarganya saja. Bagian yang menarik untuk di lihat adalah munculnya kreativitas para mahasiswa lain untuk ikut serta merasa bahagia melalui jasa yang mereka tawarkan.
Misalnya yang dilakukan oleh Mila Haibatu, mahasiwa PAI yang baru saja lulus dari UINSA ini menyediakan jasa make up atau di kenal dengan MUA (Make up Artist). Berawal dari sering menjadi objek make up oleh temannya, Mila mengatakan mulai tertarik untuk mengumpulkan alat-alat make up sendiri dan belajar secara otodidak melalui youtube hingga ia memberanikan diri untuk membuka jasa saat musim wisuda. Dalam sekali acara ia bisa menangani hingga dua orang klien. Tak jarang, gadis asli Madiun ini juga menolak klien karena banyaknya permintaan, estimasi waktu dan juga jarak tempat yang di harus tempuh. Meski begitu, ia mengaku merasa senang karena ketrampilannya dapat tersalurkan dan mendapatkan tambahan uang saku yang bisa ia dapatkan melalui ketrampilannya itu.
“Seneng sih mbak, tertantang juga, soalnya hobby jadi tidak terasa kerja atau beban gitu. Dampak positif nya ya skillnya tersalurkan, terus kalau orang lain seneng dengan hasil make up kita, kita juga seneng, selain itu alhamdulillah ada tambahan uang saku hehe. Iya, sekali make up saya bisa dapat 150 ribu.” Tuturnya.
MUA bukanlah satu-satunya jasa yang marak ditawarkan saat wisuda. Namun terdapat jasa lain yang juga tak kalah dibutuhkannya yakni fotografer. Alih-alih foto wisuda di studio foto, sekarang banyak yang telah beralih untuk memilih fotografer pribadi. Hal ini di pilih karena dirasa lebih fleksibel dan dapat menghasilkan foto yang sesuai dengan kemauan konsumen. Salah satu mahasiswa penyedia jasa foto pribadi, Veronika Widyanata menuturkan bahwa fotografi adalah hobby sekaligus keahliannya. Dengan melihat peluang yang ada, ia menyalurkan bakatnya melalui jasa fotografer saat wisuda. Harga yang di patok oleh mahasiswa Hubungan Internasional ini berkisar antara 150-200 ribu yang disesuaikan dengan durasi waktu yang dibutuhkan oleh konsumen tanpa unlimited foto. Sama halnya dengan Mila, Vero mengaku melalui jasa ini bisa memberinya pemasukan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya selama kuliah.
“Suka-suka aja, soalnya hobiku emang ngefoto. Nah berhubung ada tempatnya (acara wisuda) jadi lumayan. Bisa untuk nambah uang jajan dan print-print tugas kuliah,” tutur mahasiswa yang akrab dipanggil Vero tersebut.
Biasanya sebagai strategi pemasaran, para mahasiswa membuat promo yang menyediakan jasa MUA, foto, bahkan penyewaan kebaya dalam satu paket dengan harga yang lebih terjangkau.
Teknologi dan Munculnya Tren Kekinian
Kemunculan pekerjaan MUA dan fotografer saat wisuda tidak terlepas dari adanya peluang pasar yang besar pula. Alasan kemunculan fenomena ini setidaknya bisa dijelaskan dari salah satu aspek yakni kemajuan teknologi. Laporan We Are Social, hingga Januari 2023, tercatat jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 167 juta orang. Jumlah tersebut setara 78 persen dari pengguna internet negara yang mencapai 212,9 juta. Adapun, waktu yang dihabiskan bermain media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 18 menit setiap harinya. Durasi tersebut menempati peringkat kesepuluh di seluruh dunia. Maka, dengan ini bisa dilihat bagaimana masyarakat memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam penggunaan media sosial. Hal inilah yang memberikan kontribusi bagi terbentuknya tren kekinian seperti yang sedang di bahas dalam artikel ini.
Pertama, keberadaan influencer kecantikan telah menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Influencer kecantikan atau pegiat media sosial yang aktif di bidang kecantikan juga semakin marak. Diantaranya Tasya Farasya, Jharna Bhagwani, Nanda Arsyinta, Rachel Goddard Abel Cantika dan masih banyak lagi yang bahkan pengikutnya mencapai jutaan. Dalam konten mereka terdapat beragam topik seputar kecantikan seperti review produk, tips, hingga tutorial ber make up dalam segala jenis acara termasuk pada acara wisuda. Ini tentu saja ikut serta memberikan sumbangsi dalam mempromosikan produk-produk kosmetik serta mempengaruhi pandangan pengikutnya tentang dunia make up. Artinya ada dorongan atau pengaruh bagi yang menontonnya untuk membeli produk bagi yang terbiasa menggunakan make up atau bagi yang tidak terbisa bisa menggunakan jasa MUA yang ada.
Kedua, keinginan untuk tampil baik di media sosial. Hal ini bisa dijelaskan melalui psikologi. Ketenaran saat ini adalah nilai yang dianut mayoritas orang, menurut psikolog Vierra Adella, M.Psi, yang penulis kutip dari media Kompas. Media sosial memungkinkan setiap orang untuk menunjukkan “diri” karena orang lain melihatnya. Menurut Adella, untuk melakukannya, seseorang biasanya memerlukan atribut tertentu, seperti barang-barang berkualitas tinggi, tempat liburan, atau makanan di restoran yang sering dipamerkan di media sosial. Semua itu dianggap sebagai perlengkapan kepribadian.
Disamping itu, dalam kehidupan nyata, tiga puluh hingga empat puluh persen orang membicarakan tentang diri mereka sendiri dalam pembicaraannya; namun, di media sosial, persentase ini meningkat menjadi delapan puluh persen melalui unggahan mereka di sana. Dijelaskan bahwa ini terjadi karena dalam percakapan langsung, seseorang tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, ekspresi, mimik wajah, dan bahasa tubuh untuk membohongi lawan bicara. Dengan demikian, di media sosial, seseorang dapat mengatur apa yang ingin kita sampaikan, menonjolkan hal-hal yang baik, memulas kekurangan, dan sebagainya. Sehingga dalam konteks tulisan ini, penggunaan make up dan fotografer yang bagus menjadi hal yang sangat diperlukan sebagai atribut dalam menampilkan hal yang baik di media sosial.
Terlepas dari pemahaman penulis tentang kontribusi teknologi dalam fenomena melalui dua hal diatas, munculnya tren kekinian ini tentu saja bukan sebuah hal yang buruk. Sebabnya telah memberikan peluang baru bagi orang-orang khususnya mahasiswa untuk memperoleh pekerjaan sampingan serta mengembangkan kreativitas yang mereka miliki. Namun disamping itu, sebagai konsumen, kita semua perlu bijak dalam memilih kebutuhan yang kita mampu untuk melakukannya. Artinya tren itu tidak harus dilakukan, tetapi jika kita bisa menjangkaunya tentu tidak masalah.