(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Vaksin Covid-19 Sinovac : Masyarakat Lebih Percaya Bahan Alami

Informasi

Setelah dikeluarkannya Emergency Use Authorization (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) demikian menyusul diterbitkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 02 Tahun 2021, Senin (11/01/2021) yang menyatakan vaksin Covid-19 Sinovac  suci dan halal. Namun,  hingga kini tak sedikit masyarakat masih meragukan keaslian vaksin Sinovac terus bermunculan di media sosial. Bahkan, juga terdapat masyarakat yang merasa takut dan cemas untuk divaksin.

  

MUI telah menetapkan kesucian dan kehalalan vaksin Covid-19 Sinovac berdasar pada beberapa pendapat, seperti pendapat para ulama, fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Imunisasi, Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penggunaan Mikroba dan Produk Mikrobial dalam Produk Pangan, Fatwa MUI Nomor 45 Tahun 2018 tentang Penggunaan Plasma Darah untuk Bahan Obat, Laporan dan Penjelasan Hasil Audit Tim Auditor LPPOM MUI bersama Komisi Fatwa MUI ke Sinovac dan PT Bio Farma tentang Produksi dan Bahan yang Titik Kritis, pendapat Peserta Rapat Komisi Fatwa Pada 8 Januari 2021, dan keputusan BPOM yang memberikan persetujuan penggunaan darurat (EUA).

  

Sedang, Komisi Fatwa telah menetapkan kehalalan dan kesucian vaksin melalu sidang pleno pada Jumat (08/01/2021). Sementara, izin dari BPOM diberikan setelah mengkaji dari hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung, Turki, dan Brasil.

  

Membanjirnya Informasi di Media Sosial

  

Keraguan dan ketakutan masyarakat untuk divaksin Sinovac disebabkan karena beberapa hal, yaitu salah satunya membanjirnya informasi-informasi di media sosial yang memperlihatkan bahwa vaksin Sinovac beresiko buruk bahkan dapat mengakibatkan kematian. Demikian yang disampaikan Dewi Savitri Lulusan Pascasarjana Psikologi Islam Universitas Indonesia mengatakan, membanjirnya informasi yang menyatakan vaksin Sinovac beresiko buruk bahkan kematian beredar luas di media sosial dapat memicu pandangan masyarakat terkait vaksin Covid-19 Sinovac. Walau, informasi tersebut belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

  

"Bisa jadi berita itu benar adanya atau memang ada oknum yang merekayasa. Kalau mau ditilik secara detil, keresahan masyarakat ada pada isi kandungan vaksin yang diimpor dari luar negeri dan apakah vaksin sydah tersertifikasi halal," jelasnya.

  

Beredar luas SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes No. 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Covid-19 terdapat beberapa orang yang tak dapat divaksin Covid-19 Produksi Sinovac, yaitu pernah terkonfirmasi menderita Covid-19, ibu hamil dan menyusui, menjalani terapi jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah, penderita penyakit jantung.

  

Selain itu, tak diperbolehkan untuk orang yang menderita penyakit, seperti reumatik autoimun, saluran pencernaan kronis, hipertiroid, kanker, defisiensi imun, penerima tranfusi, gejalan ISPA (batuk, pilek, sesak napas) dalam tujuh hari terakhir sebelum vaksinasi, diabetes, HIV, dan paru (asma dan tuberculosis).


Baca Juga : Menziarahi Makam Suci: Pangeran Arya Dillah

  

Hal ini sebagaimana disampaikan Dewi, informasi tersebut kerap menjadi rujukan masyarakat bahwa vaksin Sinovac mempunyai efek buruk pada penderita beberapa penyakit bawaan. Hingga, hal ini juga yang dapat menjadi peluang masyarakat untuk menolak pemberian vaksin Covid-19 Sinovac. Dengan melampirkan surat keterangan sebagai penderita penyakit yang tertera dalam SK Dirjen Kemkes No. 02.02/4/1/2021.

  

"Dimana masyarakat Indonesia pada umumnya masuk dalam golongan 14 penyakit yang tertera dalam poster itu. Info terbaru yang beredar, vaksin tidak bisa diberikan kepada mereka yang memiliki tensi darah di atas 140/90. Nah, rata-rata orang Indonesia punya kadar tensi darah tinggi. Ini menambah alasan tidak  bisa menerima vaksin Sinovac," ujarnya.

  

Lebih Percaya Pada Obat Tradisional

  

Lebih lanjut, Dewi menyampaikan, dengan begitu strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk meyakinkan masyarakat dengan menjadikan Presiden Joko Widodo yaitu orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin Covid-19 Sinovac sudah tepat. Tapi, hal tersebut masih belum dapat meyakinkan masyarakat. Sebab, menurutnya, masyarakat Indonesia lebih percaya untuk menggunakan obat tradisional.

  

"Sebagian besar masyarakat Indonesia dengan ruang lingkup yang masih mempercayai keampuhan obat-obat tradisional, vaksin dianggap bukan hal utama untuk mencegah suatu penyakit. Bahan-bahan alami lebih bisa dipercaya untuk mencegah serta mengobati, sekaligus murah dan mudah didapat," terang Dewi.

  

Pemerintah Harus Libatkan Tokoh dan Ulama

  

Guna membangun kepercayaan dan keyakinan kuat pada masyarakat untuk divaksin Covid-19 produksi Sinovac, Kata Dewi, strategi pemerintah sudah tepat dengan menampilkan Raffi Ahmad sebagai influencer yang juga jadi perdana dalam menerima vaksin. Walau, ia telah menodai upaya yang dilakukan pemerintah dengan tak menaati protokol kesehatan setelah divaksin saat mengikuti party. Walau demikian, strategi pemerintah, juga dapat dimasifkan dengan mengajak beberapa dari unsur yang berpengaruh lainnya.

  

"Masyarakat menunggu tokoh-tokoh besar lainnya sebagai contoh penerima vaksin, misalnya dari unsur ulama, politik, kepolisian, artis yang sedang terkenal, dan tokoh-tokoh yang berpengaruh lainnya. Sehingga masyarakat bisa percaya bahwa vaksin Sinovac aman," pungkasnya.(Nin)