(Sumber : Dok. Pribadi)

Meneliti Terapi Spiritual Kaum Tarekat: Abdul Basid Jadi Doktor

Kelas Metode Penelitian

Oleh: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

  

Akhirnya, Drs. Abd. Basyid, MM  bisa tersenyum lega setelah berhasil dengan baik untuk mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Konseling Spiritual Berbasis Humanistik: Studi Multisitus Pada Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Walisongo Jombang, Tarekat Syadziliyah di PETA Tulungagung dan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang”. Yang menjadi promotor dalam penulisan disertasi ini adalah Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si dan Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag.

  

Ujian disertasi ini diselenggarakan pada 31 Maret 2022, dengan penguji: Prof. Dr. Aswadi, M. Ag (ketua), Dr. Hammis Syafaq (sekretaris), Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag(Penguji Utama), Prof. Dr. Nur Syam, MSi, (Promotor/penguji), Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, MAg (Promotor/penguji), Dr. Siti Nur Asiyah (Penguji), dan Dr. Chabib Musthofa, M.Sos.I  (penguji). Ringkasan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

  

“Penelitian ini berusaha menjawab tiga persoalan, yakni (1) Bagaimana pola hubungan antara konselor (mursyid) dengan konseli (murid) pada konseling spiritual Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di Pondok Pesantren Walisongo, Syadziliyah di PETA Tulungagung dan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di Miftahul Huda Malang? (2) Apakah ketiga tarekat tersebut menerapkan konseling spiritual humanistik, tanpa meninggalkan kode etik hubungan ketarekatan? (3) Motif apa yang melatarbelakangi terwujudnya konseling spiritual pada ketiga tarekat tersebut? Penelitian ini menggunakan panduan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis Alfred Schutz. Perspektif teoretis utama penelitian ini adalah gabungan teori konseling spiritual humanistik Carl Rogers dan teknik konseling Geri Miller.

  

Terdapat tiga kesimpulan dalam penelitian ini. Pertama, pola hubungan antara murid dan mursyid adalah kongruensi yang sama tapi tidak sejajar,  dalam ketiga tarekat tersebut kesamaan itu terletak pada keinginan mencari kedekatan pada Allah dan kebersihan hati. Sedangkan ketidak-sejajarannya pada tugas, peran dan fungsi. Kedua, berdasarkan formula normatif dan filosofis, maka dapat diketahui bahwa konseling spiritual yang dilakukan oleh ketiga tarekat adalah konseling spiritual berbasis humanistik, teknik konseling yang digunakan adalah religious practice.

  

Adapun substansi dari konseling spiritual humanistik pada ketiga tarekat tersebut bersifat similarity difersive, spiritual sincerity, dan affluential ascetic. Ketiga, Motif pelaksanaan konseling spiritual secara garis besar adalah sama, yaitu in order to motive untuk memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan ketenteraman dalam hidup. Di sisi lain, because of motive adalah untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dialami. Akan tetapi, ada aspek yang tidak bisa dijelaskan dengan perspektif analisis motif tersebut, sehingga penelitian ini mengajukan sebuah proposisi baru yaitu spiritual motive yang berisi soul liberation motive, obedience motive, dan humanity motive.

  

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Abdul Basid memberikan gambaran tentang bagaimana program integrasi ilmu di dalam kajian ilmu dakwah integrative dapat dilakukan. Yang dijadikan sebagai subject matter dalam kajian ini adalah fenomena terapi spiritual di kalangan penganut tarekat sebagaimana yang dilakukan oleh para mursyid dengan latar tarekat dalam dunia pesantren, yaitu konseling spiritual Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di Pondok Pesantren Walisongo, Syadziliyah di PETA Tulungagung dan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di Miftahul Huda Malang. Sedangkan yang menjadi pendekatannya adalah konsep atau teori  fenomenologi Alfred Schutz  yang dipadukan dengan teori atau konsep gabungan teori konseling spiritual humanistik Carl Rogers dan teknik konseling Geri Miller.

  

Kajian seperti ini tentu menarik, sebab memadukan antara ilmu sosial dengan ilmu agama. Bahkan untuk kajian ilmu sosial menggunakan dua pendekatan sekaligus yaitu pendekatan sosiologi dan psikhologi. Teori fenomenologi Schutz adalah bagian dari sosiologi, sedangkan teori terapi humanistic Carl Rogers dan Geri Miller adalah teori psikhologi, sedangkan kajian bimbingan dan konseling Islam adalah bagian dari ilmu keislaman terapan. Melalui kajian seperti ini, maka menjadi jelas bahwa studi dengan topik seperti ini adalah kajian Islamic studies integrative yang memang sedang menjadi tema-tema penting di dalam kajian keislaman.

  

Di dalam kerangka untuk mengembangkan Ilmu Keislaman Integratif di masa yang akan datang, maka kajian dalam corak cross-disciplinary sebagaimana tertuang di dalam kajian ini sungguh sangat penting. Kajian ini menggabungkan antara ilmu keislaman dalam rumpun ilmu agama dan psikhologi dan sosiologi sebagai ilmu sosial. Sungguh kajian yang menarik untuk didiskusikan.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.