(Sumber : NU Online Jatim)

Mengkaji Pesantren Kulon Banon dan Pesantren Maslakul Huda Kajen: Ali Rif’an Peroleh Gelar Doktor

Kelas Sosiologi

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

  

Salah satu di antara kegembiraan seorang kandidat doctor adalah kala yang bersangkutan bisa mengikuti ujian promosi doktor yang diselenggarakan oleh Program Doktor di mana yang bersangkutan mengikuti program doctor. Pada hari Selasa, 26/09/2023, Ali Rif’an berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: Pendidikan Multikultural di Pesantren (Kajian Etnografi Pewarisan Nilai Kearifan Lokal Pesantren Kulon Banon dan Pesantren Maslakul Huda di Kajen - Pati – Jawa Tengah). 

  

Disertasi Program Doktor Pendidikan Agama Islam Multikultural Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Yang menjadi Promotor adalah  Prof. Dr. H. Masykuri, M.Si dan  Co-Promotor  Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony. Ujian dilaksanakan pada ruang ujian Program doctor pada UNISMA, dengan team penguji, yaitu: Promotor Prof. Dr. H. Masykuri, M.Si dan  Co-Promotor  Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Prof. Dr. Nur Syam, MSI, Prof. Dr. Imam Suprayogo, Prof. Dr. Mas’ud Said, MM., Prof. Drs. H. Junaidi, PhD., dan Dr. HM. Hanief, MPd.

  

Berdasarkan atas penelitian lapangannya, maka didapatkan ringkasan disertasi sebagai berikut: Syekh Ahmad al-Mutamakkin (1645-1740 M) adalah seorang tokoh lokal yang menjadi cikal bakal berdirinya pesantren di Kajen dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mencermati bagaimana pengembangan Pendidikan multicultural di pesantren yang berbasis kearifan lokal di Pondok Pesantren Kulon Banon dan Pesantren Maslakul Huda Desa Kajen - Pati - Jawa Tengah. Hal ini dilakukan karena pesantren di Kajen ini memiliki sumber yang sama dalam mengembangkan kearifan local yakni Syekh Ahmad Mutamakkin.  

  

Penelitian ini memfokuskan pada pertama, apa sumber dan nilai kearifan lokal di pesantren. Kedua, bagaimana proses pewarisan nilai kearifan lokal sebagai basis pendidikan multicultural di Pesantren. Dan ketiga, bagaimana model pengembangan pendidikan multicultural Pesantren Kulon Banon dan Pesantren Maslakul Huda Desa Kajen – Pati – Jawa Tengah.

  

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dengan rancangan studi kasus. Berbagai tahapan seperti pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi dilakukan secara siklus stimultan dan bisa diulang-ulang. Untuk menghasilkan suatu deskripsi etnografis yang orisinal, maka diperlukan alur penelitian maju bertahap. Pengambilan data dengan cara teknik sampling purposive dan snowball serta time sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan siklus reduksi, display data dan konklusi. Keabsahan data diuji melalui derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastian.

  

Hasil penelitian ini adalah: Pertama, terdapat 4 sumber nilai kearifan local yakni dalam bentuk artefak peninggalan Syekh Ahmad Mutamakkin, naskah ‘Arsy Muwahidin, ungkapan lisan serta tradisi dan budaya pesantren. Serta 9 nilai yang dikembangkan yaitu: 1). Barokah dan Karomah, 2). Tasamuh (toleran), 3). Ta’awun, 4). Khusnul Khotimah, 5). Ngusap Ing Mbun, 6). Hubbul Ilmi, 7), Nerimo Ing Pandum (Qana’ah), 8). Amal Sholeh, dan 9). Nilai Ta’dzim dan Ketaatan. Kedua, Pewarisan nilai kearifan local dengan rekonstruksi mekanisme hierarki sibernetis (cybernetic hierarchy) yang tahapannya meliputi: sosialisasi, institusionalisasi, internalisasi, dan kontrol dengan Kyai sebagai role modelnya yang disemangati dan dijiwai oleh nilai ketaatan dan keberkahan.  Ketiga, Model Pendidikan Multicultural Pesantren yang berbasis pada nilai kearifan local adalah model Pendidikan agama esensialis (Essentialist religious education model) yang tercermin dalam tujuan pendidikan, kurikulum yang dikembangkan, variasi metode yang digunakan, serta peran dan hubungan kyai, santri, dan masyarakat. 

  

Dr. Ali Rif’an berhasil mempertahankan disertasi dengan sangat baik. Dijawabnya dengan lugas berbagai pertayaan team Penguji, misalnya terkait dengan pertanyaan: “jika dibahas tentang Pendidikan multicultural berbasis kearifan local, lalu bagaimana genealogi keilmuannya. Siapa yang memulai dan siapa yang mengakhiri atau bagaimana dan di mana posisi promovendus, selain itu juga ternyata ada beberapa nilai yang belum dibahas, padahal  diyakini bahwa nilai-nilai tersebut eksis di dalam dunia pesantren, misalnya konsep ridla, lagi pula sebaiknya sembilan nilai tersebut dikategorikan agar menjadi lebih konseptual. 

  

Melalui pergulatan yang panjang, promovendus Ali Rif’an dapat memberikan jawaban yang memadai, misalnya konsep ridla memang ada di dalam pesantren dan memang menjadi bagian tidak terpisahkan di dalam kehidupan pesantren, sementara itu secara genealogis bahwa penelitian tentang Pendidikan Islam multicultural telah menjadi bagian tidak terpisahkan di dalam kehidupan pesantren. 

  

Dr. Ali Rif’an termasuk salah satu doctor yang prestasi akademiknya bagus dan tentu diharapkan bahwa menjadi doctor bukan akhir dari pencapaian prestas akademis, sebab setelah menjadi doctor justru akan dinilai orang apakah doktornya tersebut layak atau tidak. Setelah lulus doktor harus semakin banyak karya akademiknya sebagai bukti bahwa menjadi doctor identic dengan menjadi bagian dari penemuan-penemuan baru.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.