(Sumber : Dokumentasi Penulis )

Dibalik Senyum Cerah Wisudawan UINSA 2023

Khazanah

Saya hadir dalam acara Wisuda ke 103 untuk Program Doktor, Magister dan Sarjana.  Acara ini dilaksanakan pada 27 Mei 2023 di Aula Sport Center UINSA. Ada sebanyak 814 wisudawan dan wisudawati dari Program Doktor dan Magister,  program sarjana pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Saintek, serta  Fakultas Psikhologi dan Kesehatan.

  

Acara semesteran, dulu acara tahunan, merupakan ritual liminal untuk mengakhiri fase pembelajaran bagi mahasiswa, baik pada program doctor, magister dan sarjana. Wisuda merupakan acara sacral dengan atribut-atribut sacral yang dikenakan oleh wisudawan dan wisudawati atapun anggota Senat. Di UINSA disebut sebagai Senat Akademik, sesuai dengan Statuta  yang menjadi pedomannya. 

  

Sesungguhnya upacara wisuda merupakan upacara pengukuhan dan pengakuan terhadap kelulusan dan prestasi mahasiswa yang selama beberapa tahun belajar di UINSA. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan ijazah dan Surat Keterangan Pendamping ijazah (SKPI). Ijazah tentu bagian dari pengakuan atas selesainya seorang mahasiswa untuk mengakhiri program pembelajarannya. Sedangkan SKP merupakan keahlian tambahan yang dimiliki oleh wisudawan.

  

Para wisudawan  dibekali dengan SKPI yang menunjukkan akan kemampuan terukur atas lulusan UINSA. Semenjak dahulu, waktu masih  IAIN Sunan Ampel, sudah menerapkan prinsip atas pengakuan selain ijazah. Pada tahun 1970-an sampai  sekarang, mahasiswa tidak bisa dinyatakan lulus jika belum menyelesaikan program Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Kemudian semenjak tahun 2010 sampai sekarang juga diharuskan mahasiswa memiliki literasi computer. Pada tahun 2010 mahasiswa IAIN Sunan Ampel sudah memiliki sertifikat yang diabsahkan oleh Microsoft Indonesia. Program SKPI ini kemudian menjadi program PTKI, sehingga semua PTKIN harus mengembangkannya.

  

Wisudawan harus memiliki kemampuan lain, misalnya sertifikat public speaking,  research and development,  education consultant, kepengacaraan, tahfidz Al Qur’an, penanggulangan kebencanaan, jurnalistik, community development, manajemen kinerja, pelatihan kewirausahaan , konselor dan sebagainya. Sertifikat bisa diperoleh dari UINSA dalam kerja sama dengan lembaga-lembaga terakreditasi di bidangnya atau dari lembaga lain yang otoritatif.

  

Ada wajah cerah dari wisudawan yang menggambarkan bahwa program pembelajarannya sudah selesai sehingga tidak lagi dikejar-kejar tugas dan segala hal yang terkait dengan pembelajaran. Bahkan juga sudah tidak lagi harus membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Satu tahap kehidupan sudah selesai. Upacara liminal sudah dipagelarkan. Tetapi juga ada wajah yang menerawang jauh ke luar kediriannya. Mereka berpikir apa yang harus dilakukan besuk. Jika selama ini mereka mengikuti rutinitas belajar seperti  mengerjakan tugas, ujian dan menulis karya-karya akademik, maka setelah ini akan berubah. Dari dunia mahasiswa ke dunia sarjana. Dari kehidupan dengan tanggung jawab kecil  ke tanggungjawab besar. Dari rutinitas kuliah ke menemukan pekerjaan atau menjadi pekerja. 

  

Tetapi inilah fase kehidupan. Sama dengan siklus kehidupan. Lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua kemudian  akhirnya harus kembali ke alam lain. Begitu pula performance dalam dunia pendidikan. Mula-mula Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah dasar (SD)/Madrasah Btidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA), lalu Perguruan Tinggi (PT), lalu bekerja dalam kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya. 

  

Bekerja merupakan kepastian. Baik bagi lelaki atau perempuan. Sebagai khalifah Allah SWT, maka manusia  memiliki kewajiban untuk bekerja dalam rangka menghidupi diri, keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya. Allah SWT menyatakan: “wabtaghi fi ma atakallahud daral akhirata wa la tansa nashibaka minad dunya.”  Yang artinya: “dan carilah  (pahala) negeri akhirat dengan apa yang teah dianugerahkan  kepadamu tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” (Al Qashshash, 77).  

  

Nabi Muhammad SAW juga bersabda sebagaimana Hadits Ibnu Umar: “I’mal lidunyaka kaannaka ta’isyu abadan wa’mal liakhiratika kaannaka tamutu ghadan”.  Yang artinya: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besuk”. Jadi, sarjana atau tidak,  manusia  tetap berkewajiban untuk bekerja. 

  

Makanya, Prof. Akh. Muzakki, MAg., Grad. Dip. SEA, M.Phil, PhD, Rektor UINSA menyatakan bahwa:

  

“Kebahagiaan ini harus dibayar lunas hari ini. You are what you think and  you are what you do. Jadi, artinya bahwa seseorang akan menjadi apa akan sangat tergantung pada apa yang dipikirkan dan apa yang dikerjakan. Tetapi prestasi menjadi syarat terpenting untuk menggapai keberhasilan. Ada mahasiswa yang bernama Chumairoh, mahasiswa berprestasi bidang akademik dan non akademik, padahal telah ditinggalkan kedua orang tuanya. Prestasi tersebut dapat  menjadi catatan  bahwa janganlah  kesedihan menjadi kendala untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, tetapi justru jadikan sebagai  awal dari keberhasilan. Chumairoh  juga sudah diterima pada  program strata dua di Jepang. Untuk memasuki dunia kerja agar dipikirkan untuk  menjadi  yang terbaik di manapun.  Jika tidak menjadi yang terbaik, agar diupayakan  memiliki distingsi atau sesuatu yang khas yang akan dapat dijadikan sebagai kelebihan di dalam  dunia kerja. Tetapi yang penting adalah komitmen pada pekerjaan dan sikap yang baik dalam bekerja.” 

  

Sebagai  penutup artikel ini saya ingin menyampaikan: “berbahagialah para wisudawan dan wisudawati  sebab jumlah sarjana hanya sebanyak 12.081.571 orang, Magister sebanyak 855.757 orang, dan Doktor 61.271 orang. Data ini juga memberikan gambaran bahwa penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi hanya sebanyak enam persen. (https://databoks.katadata,co.id  27/05/23). Jadi sudah sepantasnya para wisudawan dan wisudawati  merasa bangga karena  dapat menjadi bagian dari enam  persen orang Indonesia yang terpelajar.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.