Gerakan Santri Kuliah (GSK): Suara dari UNU Blitar
KhazanahProf. Dr. Nur Syam, MSi
Salah satu di antara kebahagiaan saya adalah saat saya dipercaya untuk memberikan pencerahan bagi para kolega, sahabat dan terutama para mahasiswa yang sedang gandrung akan pengembangan ilmu pengetahuan. Itulah yang saya dapatkan kala diundang oleh Prof. Dr. Moh. Mukri, MAg selaku Rektor UNU Biltar dan juga Prof. Dr. Babun Suharto, MM dalam acara dengan tajuk Peringatan Hari Santri dan juga launching Program Gerakan Santri Kuliah (GSK) di UNU Blitar, 27/10/2024.
Acara yang sangat menarik sebab melalui acara ini, maka kumpul tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh dalam kapasitasnya masing-masing. Prof. Mukri adalah mantan Rektor UIN Raden Intan Lampung, yang secara fenomenal bisa melakukan transformasi dari IAIN Ke UIN dan yang juga fenomenal adalah mampu membangun masjid Safinatul Ulum dengan biaya mandiri dari warga kampus dan masyarakat dan sekarang menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua PBNU. Sementara Prof. Babun adalah tokoh yang tidak kalah fenomenal dengan menghadirkan transformasi dari STAIN ke IAIN dan ke UIN. Sekarang terdapat UIN Kiai Haji Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember dan sekarang menjadi Pengurus PWNU Jawa Timur dan juga Prof. Maskuri, mantan Rektor UNISMA Malang yang berhasil melambungkan UNISMA memasuki World Class University. Saya kira pertemuan yang fenomenal.
Diawali dengan pidato welcoming speech Prof. Mukri selalu Rektor UNU, dilanjutkan dengan key note Speak oleh Prof. Babun, pidato Ketua Tanfidziyah PCNU Blitar, Muqorrobin, dan kemudian dilanjutkan dengan seminar dengan narasumber Prof. Nur Syam dan Prof. Maskuri. Sebuah acara yang happy, saya kira, sebab ada banyak joke yang muncul di dalam acara ini. Tradisi NU adalah tradisi happy, makanya penceramah yang banyak joke-nya pasti yang disenangi. Psikologi sosial seperti ini yang saya pahami, sehingga ceramah saya juga banyak joke-nya. Ada beberapa hal yang saya sampaikan: pertama, warga NU dan warga pesantren, termasuk Lembaga Pendidikannya harus berterima kasih kepada Pak Jokowi. Pasalnya, Pak Jokowi sudah menghadiahi dua hal penting bagi pesantren, yaitu lahirnya Undang-Undang Pesantren, No. 18 tahun 2019 tentang pesantren. Melalui UU ini, maka ada tiga keuntungan bagi pesantren, yaitu: recognisi, fasilitasi dan afirmasi. Pesantren tidak hanya diakui peran sejarahnya bagi Indonesia tetapi juga peran keilmuannya. Pesantren diakui ilmunya, terutama ilmu keislaman. Ma’had Ali dapat menjadi institusi Pendidikan tinggi keislaman dan juga Pendidikan diniyah, dan lain-lain.
Secara kelakar saya sampaikan bahwa di saat kita akan memilih Bupati dan wakil Bupati atau Walikota dan wakil walikota, maka pilih orang yang secara tegas menyatakan akan memberikan fasilitasi Pendidikan pesantren. “Cocok” kata saya yang disambut riuh oleh peserta seminar: “cocok”. Memang harus dilakukan kompetisi untuk pendanaan pesantren, tetapi yang penting ada pembelaannya atau kepeduliannya.
Kedua, Selain itu yang penting para mahasiswa juga dibekali dengan kemampuan yang disebut sebagai For C atau empat kompetensi, yaitu kemampuan beripkir kritis dan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Generasi Z atau Gen z harus memiliki kapasitas di dalam berpikir kritis dan kreatif. Gen Z ditantang untuk berpikir kritis dengan mempertanyakan hal-hal di sekitarnya. Misalnya mempertanyakan keberpihakan Pemda dalam fasilitrasi Lembaga Pendidikan Islam dalam kerangka untuk memberikan solusi atas problem pengembangan kelembagaan dan pendidikannya. Tetapi harus dengan menggunakan berpikir kritis yang konstruktif. Bukan destruktif. Juga harus bisa komunikasi dan kolaborasi. Dewasa ini sesiapapun yang memiliki kemampuan kolaborasi, maka dialah yang akan leading.
Prof. Masykuri juga menyatakan bahwa sekarang adalah era kepemimpinan transformative. Kepemimpinan berbasis pada kekuatan untuk mencapai visi dan misi Lembaga Pendidikan. UNISMA sekarang sudah masuk dalam jajaran World Class University, sebab jumlah mahasiswa luar negerinya sudah terdiri dari 43 negara dengan jumlah lebih dari 500 mahasiswa. Jumlah mahasiswa juga meningkat drastic dan semua itu dilakukan dalam kerangka pengabdian kepada Lembaga Pendidikan NU. UNISMA memiliki segmen pasarnya sendiri, demikian pula UNU Blitar. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran untuk berkembang masing-masing melalui kerja kolektif atau kerja kolaboratif.
Dalam pidato sebelumnya, Prof. Babun menekankan atas spirit resolusi jihad bagi bangsa Indonesia khususnya NU. Kita harus menjaga spirit resolusi jihad untuk Indonesia ke depan. Sementara itu, Prof. Mukri menyatakan bahwa acara ini merupakan rangkaian dari acara menyambut Hari Santri bagi kalangan masyarakat NU. Semangat jihad di masa lalu memang berperang melawan penjajah, maka sekarang harus digeser menjadi semangat untuk membangun NU dalam berbagai aspek, khususnya Pendidikan untuk Indonesia.
Wallahu a’lam bi al shawab.