Halal Bihalal: Tradisi Lembaga Pendidikan Islam Khadijah Surabaya
KhazanahSebagai orang yang telah memiliki jam terbang di dalam kehidupan, baik sebagai tenaga pengajar atau dosen serta birokrasi kementerian, maka tidak ada salahnya jika kemudian diundang oleh Lembaga Pendidikan Islam, khususnya Lembaga Pendidikan Islam Khadijah 2 di Darmo Permai Surabaya. Saya diundang untuk memberikan taushiyah halal bihalal, sebuah tradisi Islam local yang tentu tidak terdapat di Arab Saudi. Apa yang dikenal di sana adalah silaturrahim, bahkan dalam banyak hal dikaitkan dengan upaya untuk menyambung persaudaraan dalam konteks kekeluargaan atau kekerabatan. Acara tersebut dilaksanakan pada Hari Kamis, 18/04/2024.
Sebagai penceramah tentu saya sampaikan tiga hal mendasar, yaitu: pertama, perlunya bersyukur kepada Allah karena kita telah dipertemukan dengan Bulan Ramadlan, yang baru saja berlalu. Kita sekarang berada di bulan Syawal 1445 H, yang hari raya Idul Fitri jatuh pada Hari Rabo, 09/04/2024 yang lalu. Itulah sebabnya banyak lembaga pendidikan, lembaga birokrasi, perkantoran pemerintah dan swasta yang menyelenggarakan acara halal bihalal. Konon secara historis, kata Halal Bihalal tersebut diungkapkan oleh KH. Wahid Hasyim. Sayangnya saya belum memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan kesahihannya.
Halal bihalal merupakan tradisi khas Islam Indonesia. Sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat Islam khususnya setelah menjalani puasa pada bulan Ramadlan. Secara simbolik dinyatakan bahwa setelah selama sebulan kita memohon ampunan pada Allah melalu puasa, qiyamul lail, tadarus Al-Qur’an, dzikir dan sebagainya, maka di antara momentum penting adalah memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan yang telah dilakukan oleh sesama umat manusia. Dosa kepada Allah adalah urusan Allah, sedangkan kekhilafan terhadap sesama manusia harus mendapatkan maaf dari sesama manusia.
Kedua, ayat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Qari tadi sangatlah bagus. Ayat ini banyak dikutip pada acara halal bihalal untuk menjadi pengingat atas apa yang sebaiknya dilakukan oleh umat Islam, khususnya yang baru saja menjalani ibadah puasa. Ayat tersebut adalah: “wa sari’u ila maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuha samawatu wal ardlu, u’iddat lil muttaqin”. Yang artinya: “bersegeralah untuk memohon ampunan kepada Tuhanmu dan memohon surganya, yang luasnya seperti luas Bumi dan langit, yang disediakan kepada orang-orang yang bertaqwa kepada Allah”. Bukan luas surga dan neraka yang setara dengan langit dan bumi yang penting, akan tetapi yang sangat penting adalah kita diminta untuk menyegerakan permohonan ampunan kepada Allah.
Orang yang dapat dilabel dengan orang yang mempercepat permohonan ampunan Allah tersebut ditandai dengan empat hal, yaitu: “alladzina yunfiquna fis sarrai wadh dharrai wal kadziminal ghaidho wal ‘afina nganin nas, wallahu yuhibbul muhsinin.” Indikator tersebut adalah: 1) orang yang menafkahkan hartanya di kala sempit dan sulit, 2) orang yang dapat menahan hawa nafsu kemarahannya, 3) orang yang suka memberi ampunan atas manusia lainnya dan 4) Allah menyukai orang yang muhsinin atau yang memahami siapa Allah itu.
Ada banyak orang yang bisa berbuat baik di kala hartanya banyak, kekuasaannya besar, pangkatnya tinggi, tetapi di kala tidak berada di dalam keadaan seperti itu, maka dia tidak suka untuk berderma. Disebut sebagai orang muhsinin, karena dia berbuat apa saja yang baik di kala dalam keadaan kesulitan maupun kesukaan. Ada banyak orang yang tidak sabar dalam menghadapi masalah di dalam kehidupan. Memang ada banyak masalah di dunia, misalnya masalah pribadi, masalah keluarga, masalah komunitas dan juga masalah masyarakat. Oleh karenanya kita semua harus sabar agar kita dapat hidup dengan bahagia. Kemarahan tidak dapat menjadi instrument untuk kebahagiaan, sebab yang bisa menjadikan kebahagiaan adalah kesabaran. Kesabaran adalah keindahan.
Di dalam hidup ini tentu dipastikan terdapat kekhilafan. Tidak ada manusia kecuali Rasulullah yang tanpa cela, tanpa kekhilafan, tanpa kesalahan dan tanpa dosa. Allah menjaminnya. Makanya, Rasulullah disebut sebagai manusia yang kamal dan sekaligus juga ma’shum. Nabi Muhammad adalah manusia yang karena pilihan Allah, maka semua tingkah laku dan ucapannya dipandu oleh wahyu. Dinyatakan di dalam Al-Qur’an, pada akhir Surat Al Kahfi, “Qul innama ana basyarun mitslukum yuha ilayya, annama ilahukum ilahu wahid.” \"Katakalnlah (Muhammad): sesungguhnya aku ini hanya manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa”.
Meminta maaf itu jauh lebih mudah dibandingkan dengan memberi maaf. Ada orang yang suka memberi maaf bahkan sebelum orang yang bersalah itu meminta maaf, tetapi juga ada orang yang sulit memberi maaf. Bahkan ada pernyataan, memaafkan sudah saya lakukan akan tetpi melupakannya tentu tidak. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah memberi maaf atas kesalahan orang lain. Tetapi juga ada baiknya jika kita suka meminta maaf dan juga memberi maaf. Hakikat dari relasi antar manusia adalah saling memaafkan tersebut.
Ketiga, yang disukai oleh Allah adalah orang yang dilabel dengan muhsinin. Orang yang ihsan. Artinya adalah orang yang beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat Allah dan jika tidak bisa melihatnya, maka dipastikan bahwa Allah pasti melihatnya. Dengan demikian, kita selalu merasa di dalam pengawasan Allah, sehingga kita selalu berbuat baik di dalam kehidupan.
Kita ini adalah orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, maka kita harus secara optimal bekerja sebagai bagian dari dunia pendidikan. Kita harus melakukan pekerjaan sebagai pendidik atau tenaga pendidik, atau pimpinan dan anggota Yayasan bahkan juga komite sekolah untuk terus berpikir dan bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kita tersebut. Makanya, melalui acara halal bihalal ini marilah kita merekonstruksi kembali mindset kita sebagaimana orang yang berada di dalam dunia pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia akan menjadi semakin baik, jika kita semua merasa memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Hanya dengan kepedulian yang tinggi saja, maka kualitas pendidikan di Indonesia akan menjadi semakin baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.