(Sumber : Dokumentasi Pribadi )

In Memoriam: Prof. Dr. Abdullah Khazin Afandi, MA

Khazanah

Saya mengenal Prof. Khozin, demikianlah banyak sahabat memanggilnya, tentu cukup lama. Beliau itu pada awalnya adalah staf akademik pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, sebelum kemudian menjadi dosen. Pada waktu masih menjadi tenaga kependidikan, Beliau tidur di Fakultas. Doktor atau mondok di kantor. 

  

Ada banyak  staf akademik dan dosen yang tidur di kantor waktu itu, termasuk saya. Ada Pak Imam Sayuti Farid, yang waktu itu menjadi Pembantu Dekan I pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, ada Pak Hamdun Sulhan, yang juga menjadi staf akademik pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Akhirnya, Pak Khozin, Pak Hamdun,  Pak Mushannif, Pak Suryadi, dan lainnya menjadi dosen pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Termasuk Bu Ninin atau Prof. Suhartini. Selain Pak Hamdun, maka tiga lainnya sudah kembali ke alam kubur.

  

Gedung Fakultas Dakwah masih gedung  lama, baru satu lantai, memanjang seperti SD Inpres. Maklum pada waktu itu belum tersentuh dengan bangunan-bangunan modern yang seperti sekarang. Saya tentu lupa semenjak kapan gedung-gedung yang relative baik itu dibangun. Kalau tidak salah pada zaman Pak Abd. Jabbar Adlan menjadi Dekan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. 

  

Pak Khozin mengambil program master dan doctor pada UIN  Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bersamaan dengan Pak Ridlwan, Pak Saidun dan Pak Achwan Mukarrom. Pak Akhwan, Pak Saidun, Pak Ridlwan   dan Pak Khozin belajar pada program studi Ilmu Keislaman. Hanya konsentrasinya yang berbeda. Pak Khazin mengambil Aqidah dan Filsafat, sedangkan Pak Ridlwan mengambil Pendidikan Islam. Keempatnya berhasil menyelesaikan program doctor dan keempatnya juga bisa menyabet jabatan Guru Besar pada UIN Sunan Ampel.

  

Prof. Khozin menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ushuluddin tahun 1985, lalu melanjutkan program magister pada UIN Sunan Kalijaga tahun 1988, dan program doctor pada UIN Sunan Kalijaga tahun 1998. Prof. Khozin seangkatan saya pada waktu wisuda sarjana. Pak Khozin diwisuda sabagai sarjana ilmu Ushuluddin, sedangkan saya  diwisuda sebagai sarjana pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Setelah selesai program sarjana lalu segera bisa melanjutkan program magister. Hanya selang tiga tahun saja. 

  

Prof. Khozin lahir pada tanggal 07/03/1953 di Nganjuk Jawa Timur. Kakaknya Prof. Dr. Bisri Afandi, MA adalah mantan Rektor IAIN Sunan Ampel, pernah menjadi anggota DPR dan terakhir menjadi Rektor UNSURI Surabaya. Seingat saya Prof. Khozin pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau menjabat pada waktu Prof. Ridlwan menjadi Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu juga pernah menjadi Asisten Direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel. 

  

Prof. Khozin merupakan dosen yang aktif dalam karya ilmiah. Ada karya ilmiah hasil terjemahan Metode Penelitian kualitatif, yang diterbitkan oleh Usaha Nasional Surabaya. Selain itu juga banyak karyanya antara lain adalah “Konsep Kekuasaan Michel Foucault” yang terbit di dalam Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam 2 (1)149, 2012. Buku “Langkah Praktis Merancang Proposal”, diterbitkan oleh Pustakamas, Surabaya, 2012. Buku “Hermeneutika” diterbitkan oleh Alfha, Surabaya 2007. Buku “Penunjang Berpikir  Teoretis Merancang Proposal”, PPs, IAIN Sunan Ampel 2006, Buku “Berpikir Teoretis merancang Proposal Penelitian”, PPs IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006. Karya tulisnya telah dicitasi oleh sebanyak 118 kali dengan Indeks-H sebanyak 5 citasi dan Hi sebanyak 4  citasi. 

  

Prof. Khozin menjadi menurun kesehatannya pasca jatuh di rumahnya. Membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan kesehatan fisiknya seperti semula. Bahkan juga nyaris tidak sembuh total. Setelah mulai sembuh, maka jika ke kantor atau mengajar harus ditemani Bu Khozin. Saya sering berpapasan dengan Prof. Khozin yang ditemani oleh istrinya. Jalan kaki dari Fakultas Ushuluddin ke Pascasarjana. 

  

Prof. Khozin merupakan lelaki humoris. Pak Ridlwan,  rekan satu kamar di Yogyakarta menceritakan kepada saya tentang kelucuan Prof. Khozin. Pernah dia cerita pulang ke Nganjuk. Pagi-pagi ada perempuan yang mengenakan baju istrinya. Maka tanpa basa-basi langsung ditepuk pantatnya. Ternyata yang sedang menyapu di depan rumah itu mertuanya. Waktu cerita, Pak Khozin menyatakan: “saya malu sekali Pak Ridlwan”. Kalau Pak Khozin sudah bertemu dengan Pak Saidun, maka  pembicaraan  menjadi ramai. Karena keduanya pasti tertawa-tawa sambil saling mengolok-olok  dalam gurauan. “Pak Khozin termasuk mahasiswa yang disayang oleh Prof. Mukti Ali dan Prof. Mukhtar Yahya. Hanya ada dua mahasiswa yang tidak pernah dimarahi, Pak Khozin dan saya. Kami bisa mengambil hatinya.” Tutur Prof. Ridlwan. 

  

Pak Khozin itu kalau belajar aneh. Sebab beliau itu belajar sambil main gitar. Katanya dengan sambil menyanyikan apa yang dipelajari maka itu lebih mudah mengingatnya. Beliau itu pembelajar otodidak. Bahasa Inggris dan Bahasa Arab itu dipelajari sendiri. Dan akhirnya bisa juga. Belajar sambil menterjemahkan itu yang dilakukan. Prof. Ridlwan juga menceritakan: “Cuma sekali waktu, Beliau pernah menangis waktu mengajar di UNSURI Surabaya.\" Lalu saya tanya, \"kenapa Pak Khozin?\" Lalu beliau menjawab: “naskah disertasi saya kena virus dan hilang semuanya.” “Pada saat begitulah saya menghiburnya untuk memulai lagi. Dan akhirnya, meskipun agak lambat disertasi bisa diselesaikan.”  

  

Lama sekali saya tidak mendengar kabarnya, saya juga tidak mendengar kalau Prof. Khozin sakit. Dan pada hari Sabtu, 29 April 2023, tiba-tiba WAG Senat UINSA mengabarkan kalau Beliau telah dipanggil oleh Allah SWT. Pak Khazin wafat dalam usia 70 tahun. Selamat jalan ke alam barzakh Prof. Khozin, kita semua meyakini bahwa panjenengan adalah orang yang baik, yang sangat pantas untuk menghuni surganya Allah SWT. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Lahu al Fatihah…

  

Wallahu a’lam bi al shawab.