Jamaah Tahlil: Medium Hablum Minallah wa Hablum Minannas
KhazanahKepulangan saya di Tuban, saya gunakan secara optimal untuk memberikan taushiyah keagamaan, baik ba’da shubuh dan juga untuk jamaah tahlil di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban. Saya mencoba untuk memanfaatkan waktu pulang ke desa untuk berinteraksi dengan para jamaah shalat di Mushallah Raudhatul Jannah dan para peserta tahlilan yang rutin diselenggarakan setiap kamis malam atau malam jum’at. Ketepatan juga pada malam jum’at ini, tahlilan diselenggarakan di Mushallah Raudhatul Jannah, 03/07/2025. Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu:
Pertama, apresiasi atas terus terselenggaranya jam’iyah tahlil oleh Ibu-ibu di dusun ini. Saya teringat bahwa jam’iyah tahlil dan Yasin ini berdiri pada tahun 1990. Saya lupa tanggal, hari dan bulannya. Jam’iyah tahlil ini berdiri karena keinginan untuk mengembangkan syiar Islam. Bahkan di masa lalu, sudah memiliki kegiatan ekonomi kreatif, hanya sayangnya kegiatan tersebut berhenti, akan tetapi jam’iyah tahlilnya terus berlangsung. Kalau dikalkulasi, maka jam’iyah tahlil ini sudah berlangsung selama 35 tahun. Bukan waktu yang pendek. Pada waktu itu saya masih berusia 42 tahun. Bahkan ada di antara anggota jam’iyah tahlil sekarang yang belum lahir, karena usianya baru 32 tahun. Luar biasa. Jarang ada jam’iyah tahlil yang terus bertahan seperti ini. Bahkan di masa Covid-19, jam’iyah tahlil ini juga terus berlangsung. Makanya, para anggota jam’iyah tahlil ini sudah hafal bacaan tahlil dan juga sebagian sudah hafal Surat Yasin. Masyaallah.
Kedua, jam’iyah tahlil ini perlu dipertahankan karena inilah medium atau cara untuk hablum minallah atau berhubungan dengan Allah SWT. Bacaan tahlil yang berbunyi La ilaha illallah merupakan kalimat yang sangat Istimewa. Disebut sebagai afdhalu dzikri atau seutama-utamanya dzikir kepada Allah SWT. Ada banyak kalimat thayyibah yang dapat dibaca, misalnya subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, la haula wala quwwata illa billah, hasbunallah wa ni’mal wakil wa ni’mal maula wa ni’man nashir dan sebagainya. Semuanya bisa dibaca kapan dan di mana saja. Yang penting jangan dibaca di kamar mandi. Di baca sendirian atau bersamaan. Semua adalah kebaikan yang akan diberikan pahalanya oleh Allah SWT.
La ilaha illallah disebut sebagai kalimat tauhid atau kalimat untuk mengesakan Allah SWT. Maka disebut sebagai miftahul Jannah atau kuncinya surga. Jadi orang yang membaca tahlil berarti telah memegang kuncinya surga. Oleh karena itu tidak salah jika Nabi Muhammad SAW menyatakan: “barang siapa yang diakhir perkataannya menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, maka akan masuk surga.” Subhanallah. Berbahagialah kita semua yang sudah selama tahunan membaca tahlil dan Surat Yasin, karena semua ini adalah tiket untuk masuk surganya Allah SWT.
Akan tetapi niatnya harus betul. Jangan sampai salah niat. Karena di dalam acara tahlilan ini ada kegiatan arisan, maka niatnya jangan akan arisan, tetapi akan tahlilan dan yasinan. Jadi bukan nawaitu arisan lillahi ta’ala, akan tetapi nawaitu yasinan dan tahilan lillahi ta’ala. Jika niatnya arisan, maka kita hanya akan mendapatkan pahala duniawi bagi yang dapat arisan, tetapi jika niatnya untuk tahililan dan yasinan, maka akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yaitu pahala beribadah kepada Allah dan mendapatkan kebaikan di dunia mengikuti acara arisan. Para ibu agar hati-hati jangan salah niat. Niat itu menentukan apakah kegiatan yang dilakukan itu bermakna ketuhanan atau bukan. Jika niatnya untuk kegiatan duniawi, maka dapatnya adalah duniawi, tetapi jika niatnya itu untuk Allah dan Rasulnya, maka akan mendapatkan kebaikan ukhrawi dan duniawi.
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena diberi kekuatan untuk melanggengkan tahlilan dan yasinan. Sebuah kegiatan yang luar biasa sebab tidak hanya bermakna hablum minan nas tetapi juga hablum minallah. Tahlilan bisa menjadi sarana untuk saling bertemu antar sesama keluarga di dusun ini dan juga secara bersama-sama dapat melakukan dzikir dan membaca Al-Qur’an. Kita harus yakin bahwa yang kita lakukan ini adalah kegiatan ibadah yang akan mendapatkan balasan berupa ridhanya Allah SWT.
Ketiga, kegiatan tahlilan ini akan memperkuat keyakinan kepada Allah SWT. Tuhan itu masalah kegaiban. Karena manusia dengan kemampuannya yang paling hebat tidak akan mampu untuk menjangkau dzat Tuhan. Keyakinan itu merupakan kepercayaan kepada kegaiban yang mutlak. Ada banyak kegaiban, misalnya surga atau neraka, jembatan shiratal mustaqim, siksa neraka, dan kenikmatan surga. Semua itu merupakan kegaiban yang perlu dibenarkan oleh pikiran dan hati kita.
Allah itu menuntut keyakinan mutlak akan keberadaannya. Kita tidak usah bertanya tentang dzat Allah. Yang perlu dipertanyakan adalah ciptaan Allah yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah atau tanda-tanda alam sebagai ciptaan Allah. Ada siang ada malam, ada pagi ada sore, ada hidup ada mati, dan semuanya berjalan dengan sempurna. Tidak mungkin sebuah keteraturan itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakannya. Dan yang menciptakan adalah Allah SWT. Cukup dengan percaya dan mendawamkan kepercayaan tersebut dan melaksanakan ajarannya. “Amantu billahi tsummastaqim.” Aku meyakini akan keberadaan Allah dan terus meyakini dan mengamalkan ajarannya.
Kita juga harus bersyukur karena dapat menyelenggarakan acara tahlilan ini dengan kesederhanaan. Apa adanya. Tidak dengan hura-hura makanan. Jangan sampai acara keagamaan itu diselenggarakan dengan berlebihan. Dalam bahasa Jawa disebut ubra-ubru atau mengada-ada. Lakukanlah apa adanya. Yang berlebihan itu selalu tidak baik. coba kalau ibu-ibu itu merias diri dengan berlebihan, mungkin ada orang yang menyatakan: “kapan mulai miring” tetapi jika dengan kesederhanaan, maka orang akan menghargainya.
Jika ada acara tahlilan mari datang tepat waktunya. Jika datangnya belakangan, berarti niatnya untuk arisan. Di kala ada yang membaca tahlil dan yasin juga jangan berbicara sendiri, apalagi ngrasani atau menggunjing tetangganya. Mari kita niatkan dengan benar, kita lakukan dengan benar, dan kita baca dengan benar lalu kita meyakini bahwa apa yang kita baca akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Allah itu sangat menghargai apa yang kita lakukan. Jika kita yakin bacaan kita diterima Allah, maka Allah akan menerimanya. Dengan catatan bahwa kita sungguh-sungguh melakukannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.