(Sumber : detik.com)

KH. Hasyim Asy’ari: Sang Pemersatu Umat Islam dan Pendiri Nahdlatul Ulama

Khazanah

Faizatul Mukarromah 

Mahasiswa S2 KPI UINSA

  

Muhammad Hasyim Asy’ari dengan gelar Hadratussyaikh (sang maha guru yang terhormat). Kiai Hasyim lahir pada Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287, bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M, di pesantren Gedang, Desa Tambakrejo , Kab Jombang. Pendidikan awalnya dimulai di pondok pesantren di sekitar daerahnya. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikan ke beberapa pesantren besar di Jawa, termasuk Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo dan Pesantren Tebuireng yang ia dirikan sendiri. Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy’ari berangkat ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama. Di sana, beliau belajar kepada beberapa ulama besar, termasuk Syaikh Mahfudz at-Tarmasi, seorang ulama asal Nusantara yang terkenal di Mekkah.

  

Hadratussyekh KH. Hasyim Asy\'ari adalah salah satu ulama terbesar dalam sejarah Islam Indonesia, yang dikenal sebagai pemersatu umat Islam di Indonesia. Dengan perannya sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU), kontribusinya dalam pendidikan Islam, dan keterlibatannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, KH. Hasyim Asy\'ari meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi bangsa dan umat Islam. KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dengan gelar Hadratussyaikh (sang maha guru yang terhormat). Kharisma keulamaan Kiai Hasyim dengan segala keilmuan dan kiprahnya menjadikannya tokoh yang sangat disegani berbagai kalangan. Kebesaran Kiai Hasyim juga diakui oleh berbagai organisasi islam di Indonesia. Sehingga banyak kalangan yang menilai bahwa beliau memiliki kapasitas untuk dapat menyatukan semua kelompok islam di Indonesia. Kiai Hasyim selain mumpuni dalam bidang agama beliau juga ahli dalam mengatur kurikulum pesantren, mengatur strategi pengajaran, memutuskan persoalan aktual kemasyarakatan dan mengarang kitab. 

  

Salah satu kontribusi terbesar KH. Hasyim Asy\'ari adalah pendirian Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926. NU didirikan sebagai respons terhadap perkembangan global dan lokal yang mempengaruhi umat Islam, termasuk penyebaran paham modernisme dan puritanisme yang dianggap kurang sesuai dengan budaya dan tradisi lokal Indonesia. Selain itu, NU di desain Kiai Hasyim dengan misi u ntuk menjaga dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama\'ah yang moderat dan inklusif. Kiai Hasyim juga mengharapkan Oragnisasi NU inidapat menjadi wadah pemersatu umat islam di kemudian hari. Dan dapat berkontribusi dalam menciptakan perdamaian di Indonesia. Kiai Hasyim mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara keteguhan dalam menjalankan ajaran agama dan keterbukaan terhadap keberagaman tradisi dan budaya lokal. Ia menekankan bahwa Islam harus dijalankan dengan mengedepankan kasih sayang, toleransi, dan menghormati perbedaan.

  

KH. Hasyim Asy’ari ini telah meninggalkan warisan yang amat berharga yakni karya karya beliau yang ditulis dengan tujuan untuk menyatukan umat islam, karya karya beliau ditulis sebagai symbol perjuangan untuk melawan kolonialisme Belanda yang telah menyempitkan ruang gerak syiar islam. Karya karya kiai hasyim yang merupakan jawaban atas problematika masyarakat misalnya, ketika umat islam yang tidak paham dengan persoaln tauhid atau akidah, kiai hasyim menyusun kitab tentang akidah diantaranya Al, Qalaid fi Bayan ma Yajib min al Aqaid, dan salah satu karya beliau yang terkenal adalah Risalah Ahl al sunnah wal al- jamaah dan masih yang menjadi landasan ideologis NU Dalam risalah ini, ia menegaskan pentingnya menjalankan ajaran Islam dengan mengikuti madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi\'i, dan Hanbali) dan menghargai perbedaan pandangan di antara umat Islam. 

  

Pemikirannya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, sosial, dan politik. Dalam bidang pendidikan, KH. Hasyim Asy\'ari menekankan pentingnya pengajaran agama yang mendalam dan menyeluruh. Ia mendorong pendirian pesantren-pesantren yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum yang berguna bagi kehidupan masyarakat. Dalam bidang sosial dan politik, KH. Hasyim Asy\'ari memiliki pandangan yang moderat dan inklusif. Ia percaya bahwa umat Islam harus berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sambil tetap menjaga nilai-nilai keislaman. Pandangan ini menjadi landasan bagi keterlibatan NU dalam berbagai kegiatan sosial, politik, dan kebangsaan di Indonesia.

  


Baca Juga : Dinamika Politik Islamophobia di Era Jokowi

KH. Hasyim Asy\'ari juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ulama yang dihormati, ia menggunakan pengaruhnya untuk menggalang dukungan umat Islam terhadap perjuangan melawan penjajah. Pada masa pendudukan Jepang, beliau bersama para ulama lain mengeluarkan \"Resolusi Jihad\" pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini menyerukan bahwa membela tanah air dari penjajah adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan menjadi salah satu faktor yang memicu pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

  

Selain itu, KH. Hasyim Asy\'ari juga mendukung pembentukan negara yang berdasarkan Pancasila. Ia berpendapat bahwa Pancasila sebagai dasar negara tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat menjadi landasan yang kokoh untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis di Indonesia yang majemuk.

  

Peran KH. Hasyim Asy\'ari sebagai pemersatu umat Islam di Indonesia sangatlah penting. Melalui NU, ia berhasil mengembangkan pendekatan Islam yang moderat dan inklusif, yang mampu menyatukan berbagai kelompok dalam masyarakat. Pendekatan ini berbeda dengan beberapa gerakan lain yang lebih puritan atau radikal, yang cenderung menolak tradisi dan budaya local. KH. Hasyim Asy\'ari mengajarkan bahwa perbedaan pandangan dalam Islam adalah sesuatu yang wajar dan harus dihormati. Sikap inklusif ini menjadikan NU sebagai wadah yang mampu menampung beragam pandangan dan praktik keislaman, dari yang sangat tradisional hingga yang lebih modern. Hal ini membantu menciptakan kohesi sosial dan menghindari konflik internal yang bisa melemahkan umat Islam di Indonesia.

  

Hadratussyekh KH. Hasyim Asy\'ari atau Kiai Hasyim adalah sosok ulama besar yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Dengan pemikiran dan perjuangannya, ia telah berhasil menyatukan umat Islam Indonesia dalam bingkai Islam yang moderat, inklusif, dan menghargai perbedaan. Warisan beliau terus menjadi panduan bagi generasi penerus dalam menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah-tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Sumber bacaan : 

Firdaus Anang, M., Ramadhan Syahrul, M., Haq Zidal Ilham, M. (2023). Hadratssyaikh KH. M Hasyim Asy’ari; Pemersatu Umat Islam Indonesia. Penerbit Pustaka Tebuireng. 

  

Dimas Setyawan, Inilah 21 Karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, di akses pada tanggal 16 September 2024, dari https://tebuireng.online/inilah-21-karya-hadratussyaikh-kh-hasyim-asyari/ 

  

Muhammad Rijal Fadli and Ajat Sudrajat, “Keislaman Dan Kebangsaan: Telaah Pemikiran Kh. Hasyim Asy’Ari,” Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora 18, no. 1 (2020): 109, https://doi.org/10.18592/khazanah.v18i1.3433.