Level-Level Sholat Tarawih Di Bulan Puasa
KhazanahAbdul Wasik
Mahasiswa Program Doktoral Prodi Studi Islam UIN KHAS Jember
Dan Dosen IAI At Taqwa Bondowoso
Dalam sepuluh hari pertama pelaksanaan puasa romadhon ini, yang senantiasa ummat islam berharap rahmat dari Allah SWT sehingga seyogyanya pelaksanaan segala bentuk ibadah seseorang dibulan penuh berkah ini senantiasa dikerjakan dengan seksama, khuyuk dan tumakninah bahkan penuh dengan penghayatan makna. Salah satu ciri khas bulan Puasa adalah pelaksanaan sholat sunnat tarawih. Sholat sunnah ini hanya bisa dikerjakan dibulan romadhon tidak pada bulan yang lain sehingga puasa dan tarawih merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, bahkan dalam sebuah hadits nabi menyebutkan bahwa salah satu tujuan ibadah sholat tarawih adalah sebagai penyempurna ibadah puasa yang dikerjakannya, sehingga tak khayal terkadang ada ummat Islam yang sholatnya musiman setahun sekali yaitu hanya melaksanakan sholat tarawih.
Dalam pelaksanaan sholat tarawih tidak jauh berbeda dengan tata cara melaksanakan ibadah sholat lainnya, ia harus dikerjakan dengan khusuk, tumakninah sesuai dengan syarat dan rukun sholat, hanya berbeda bilangan rokaatnya sampai batas 20 rokaat. Yang menjadi topik kami dalam pembahasan ini adalah praktek-praktek pelaksanaan sholat tarawih yang beraneka ragam bentuknya, penuh dengan aneka warna dan bervariasi sesuai dengan selera atau bahasa lainnya sesuai dengan levelnya.
Diakui atau tidak, Orang beragama itu punya level yang berbeda-beda dan biasanya akan cenderung bertahan di levelnya masing-masing ketika ada yang mengajaknya naik atau turun level. Dalam pelaksanaannya, masyarakat beraneka levelnya. Antara lain:
Pertama, Level 0: Ini level orang tak tarawih. Dia menyediakan segudang alasan untuk bertahan di level ini, mulai sibuk, capek, tak ada waktu, hanya sunnah, kerja shift malam dan sebagainya. Bahkan bukan hanya tidak melaksanakan sholat tarawih tapi juga mengajak orang lain untuk meninggalkannya dengan berbagai alasannya.
Kedua, Level 1: Ini level (tingkat) orang tarawih super cepat hingga 20 rakaat bisa selesai kurang dari 10 menit. Yang di level ini punya segudang alasan untuk bertahan di sini, misalnya: pindah mazhab ikut pendapat yang hanya mensunnahkan thuma\'ninah, shalat cukup rukunnya saja dan diambil pendapat yang paling ringan sejagat, sudah capek seharian, masih mending daripada tidak tarawih dan sebagainya.
Ketiga, Level 2: Ini level (tingkat) orang tarawih dengan kecepatan medium. Dia sudah thuma\'ninah tetapi masih tergolong cepat sebab semua yang agak panjang dipangkas. Tempo bacaan dipercepat, surat sependek mungkin, tasbih ruku\' dan sujud cukup sekali dan tahiyyat diambil batas minimalnya. Dia juga cenderung bertahan di level ini dengan berbagai alasan, misalnya: Ini sudah mencukupi batas minimal dalam mazhab Syafi'i, kalau tak dipercepat maka jamaahnya akan lari, terlalu capek bila kecepatannya standar, ini sudah mending daripada yang super cepat atau tidak tarawih, dan sebagainya.
Keempat, Level 3: Ini level (tingkat) orang tarawih dengan kecepatan shalat standar. Di level ini tempo bacaan normal, pilihan surat juga normal, dan semua sunnah shalat dilakukan seperti shalat sunnah pada umumnya. Kekhusyu\'an shalat mudah dicapai di level(tingkat) ini. Level ini sudah tergolong level tinggi yang jarang orang mampu. Bertahan di level ini alasannya bukan lagi capek, atau berapologi (membela, mempertahankan gagasan) bilang masih mending daripada level (tingkat)di bawahnya, tapi mengaku tak sanggup naik tingkat lagi. Mereka juga enggan turun level sebab standar shalat mereka sudah tinggi sehingga mereka tak masalah bila makmumnya sangat sedikit.
Kelima, Level 4: Ini level VIP di mana tarawih dilakukan lebih lama dan lebih khusyuk daripada shalat biasa. Semua gerakan rukun dan sunnah dilakukan sempurna, tapi pilihan suratnya lebih panjang dan sujud lebih lama. Biasanya diusahakan tarawih sekaligus khataman al-Qur’an dalam shalat. Alasan mereka mampu bertahan di level(tingkat) ini karena goal (tujuan) mereka bukan lagi asal shalat seperti biasa namun berusaha memaksimalkan (melakukan sebanyak-banyaknya/setinggi-tingginya) momen (kesempatan) Ramadhan untuk ibadah secara ekstra (luar biasa). Standar (ukuran) ibadah mereka sudah sangat ideal (sangat sesuai dengan yang dicita-citakan) sehingga tak peduli lagi apa kata orang awam.
Keenam, Level 5: Ini level VVIP di mana tarawih dilakukan super panjang mengikuti tradisi para sahabat Nabi. Waktu malam di bulan Ramadhan lebih banyak shalatnya daripada tidurnya, bahkan bisa habis untuk ibadah saja. Tak peduli kaki bengkak dan wajah pucat di pagi hari, yang penting bisa all-out (mati-matian, dengan seluruh tenaga) beribadah dengan khusyuk dan tetap memprioritaskan etika ibadah kepada yang maha kuasa.
Dalam kajian ini, kami sebagai ummat islam berupaya semaksimal mungkin menjadi yang terbaik dan pelaksanaan ibadah tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya. Kesuksesan dalam ibadah ini bukan dilihat dari tingkat strata sosialnya yang sudah mapan tapi ditinjau dari usaha serta kemauan untuk mendekatkan dirinya kepada sang Pencipta.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sebagai kata akhir dari coretan kami ini, agama islam itu adalah agama Rahmatan Lil Alamin, agama yang memudahkan bukan menyulitkan, agama yang memberikan kedamaian bukan kesengsaraan pada ummatnya dan lain sebagainya. Ibadah merupakan salah satu sarana dalam agama. Oleh karena itu dalam menjalankan ibadah-ibadah dalam agama termasuk ibadah sholat tarawih laksanakanlah dengan tetap memprioritaskan khusuk dan tumakninah tapi juga tidak memberatkan kepada jamaahnya, lakukanlah ibadah sesuai dengan kemampuan jamaahnya biar pahala berjamaah tercapai dengan sempurna walaupun rokaat yang dilakukannya tidak seperti yang dilakukan oleh sebagian pemeluk agama. Falyatafakkar ….