(Sumber : Dokumentasi Penulis )

Mengunjungi Masjid MBZ Solo: Rihlah Bahagia Komunitas Ngaji Bahagia

Khazanah

Kepergian Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) ke Solo itu sebenarnya sudah dirancang semenjak lama. Tujuannya memang mengunjungi Masjid Muhammad Bin Zayed (MBZ) di Kota Solo. Makanya sudah lama saya mengontak sahabat saya, Munajad, MA, PhD, Ketua Takmir Masjid MBZ untuk kepentingan ini. Acara ini dirancang bahkan sebelum pemilu 2024 yang lalu. Akan tetapi karena selalu ada aral, sebagai alasan klasik, maka kepergiaan itu hanya menjadi tanda tanya. 

  

Rihlah ke Solo itu kemudian direncanakan pada hari Sabtu, 25/05/2024, bahkan saya sudah mengontak sahabat saya, Ketua Takmir Masjid MBZ. Rencana semula mau mengajak anak dan cucu saya sekaligus rekreasi di Solo. Melihat bangunan Kraton Solo, dan tempat rekreasi lainnya. Sudah direncanakan berangkat Jum’at malam, istirahat di Hotel dan paginya jalan-jalan. Ternyata rencana tersebut gagal karena cucu-cucu saya akan menghadapi ujian sekolah. Makanya saya masih ragu-ragu apakah jadi berangkat atau tidak. Tetapi untungnya Cak Munajad belum saya batalkan. 

  

Tetapi ibu-ibu yang semangat berangkat. Mereka  kompak secara berjamaah berangkat ke Solo dengan naik kendaraan yang dipinjami oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenang) Jawa Timur. Saya bersama istri, Pak Hardi dengan istri dan anaknya, Pak Budi dengan istri, Bu Ina, Bu Suyuti, Bu Nuning, Bu Yudi dengan istri, Sdr. Alif Fiefqi, Pak Amri dan Pak Mulyanta (Ketua RW). Hanya Pak Rusmin dan istri yang tidak ikut karena sedang ada acara di Kediri. Meriah juga pergi bareng-bareng, sebab bisa bercanda ria dengan tanpa membedakan satu dengan lainnya.

  

Perjalanan dari Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang ke Solo ternyata tidak lama. Bersyukur dengan kehadiran jalan tol Surabaya ke Jakarta lewat Solo dapat memperpendek waktu perjalanan. Biasanya lima jam menjadi 2,5 jam saja. Karena perjalanan yang penuh canda tawa, maka perjalanan itu sungguh tidak terasa. Singkat saja. Sarapan ketan dan kopi juga disiapkan, termasuk buah-buahan. Pokoknya nyaman dan mengenakkan. Jam 06.45 WIB kita berangkat dan sampai di Masjid MBZ Solo tepat jam 09.00 WIB. 

  

Mobil diminta parkir di dalam area parkir Masjid MBZ. Maklum kita dianggap sebagai tamu dari Takmir Masjid. Saya memang akrab dengan Mas Munajad, semenjak masih sama-sama menjadi dosen. Saya di IAIN Sunan Ampel dan Mas Munajad di IAIN Surakarta.  Lalu, kami sama-sama di Jakarta. Saya di Kemenag Pusat dan Mas Munajad di Kantor Staf Presiden (KSP), zamannya Pak Luhut sebagai pimpinannya. Persabahatan terus berlangsung hingga saya kembali ke Surabaya dan Mas Munajad kembali ke Surakarta. Akhirnya, Mas Munajad ditunjuk untuk menjadi Ketua Takmir Masjid MBZ. Akhirnya sayapun mendapatkan privileged untuk masuk ke masjid bersamanya. 

  

Kami pun diterima di ruang dalam yang biasanya dipakai untuk menerima tamu-tamu kehormatan, Ruang VIP.  Bahkan Pak Jokowi jika ke Masjid ini juga berada di ruang itu. Sambil berdiri Mas Munajad menyatakan: “ini tempat duduknya Pak Jokowi jika Beliau ke sini. Mau duduk di mana? Saya tentu duduk sekenanya saja diikuti oleh jamaah KNB. Maka, kopi, teh dan kurma yang sudah dikemas juga hadir menemani pertemuan ini. Sungguh luar biasa rasa terima kasih para jamaah KNB yang bisa hadir di masjid monumental dengan pelayanan yang sungguh luar biasa. Andaikan tidak ada kehormatan dari Takmir Masjid, kiranya kita juga hanya akan berputar-putar di masjid ini. 

  

Saya selaku ketua rombongan menyampaikan ucapan terima kasih atas segala pelayanan yang diberikan oleh tim Takmir Masjid MBZ. Sungguh di luar dugaan. Kita dapat diterima di ruang istimewa. Kita diberi hidangan yang memadai. Semoga Mas Munajad selalu berada di dalam rahmatnya Allah SWT. Saya tidak membayangkan bisa menjadi takmir Masjid yang monumental ini. Ini bukan masjid nasional tetapi masjid internasional. Masjid yang dibangun oleh Syekh Muhammad bin Zayed dengan jejaring internasional. Semoga Mas Munajad dan semua anggota takmir masjid mendapatkan keberkahan, dan yang menginisiasi masjid ini, Pak Jokowi, Presiden RI, dan Syekh Muhammad bin Zayed mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. 

  

Sebagai sambutan balasan, Mas Munajad menyatakan bahwa masjid ini dibangun dengan dana total 400 milyard dari Uni Emirat Arab, Pangeran Muhammad bin Zayed An Nahyan, sekarang Presiden  UEA, menempati area seluas lima hektar dengan luas masjid satu hektar yang dapat menampung jamaah 10.000 orang. Masjid ini telah menjadi destinasi wisata. Jika hari Sabtu dan Ahad,  maka full jamaah yang datang ke masjid ini. Biaya operasional masjid MBZ setiap bulan mencapai angka satu milyard rupiah. Bulan puasa kemarin setiap hari menyajikan takjil sebanyak 15.000 yang diperuntukkan bagi warga sekitar yang hadir di masjid. Masjid ini juga memiliki kegiatan yang padat. Ngaji off line dan on line. Ngaji off line diasuh oleh para kyai di sekitar Solo dengan berbagai macam kitab kuning. Semua kegiatan ngaji berbasis pada kitab Kuning. Takmir masjid tidak hanya orang Indonesia tetapi juga dari UEA. Tetapi semua kegiatan didesain sesuai dengan Islam ahlu sunnah wal jamaah. 

  

Sebagai masjid monumental, maka semua bahan bangunannya berstandart kelas istimewa. Masjid dengan lantai serba putih tersebut juga terdiri dari 82 kubah yang dihiasi batu pualam putih. Kemudian dilengkapi dengan satu menara utama dan empat Menara lainnya. Masjid ini didominasi warna putih, dan  warna keemasan  lain. Masjid ini merupakan replica Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi. Memang masjid ini berkhas bangunan masjid di Timur Tengah, akan tetapi karpet di dalamnya justru berkhas Jawa, yaitu karpet yang bermotif Batik Kawung. 

  

Selepas dari kunjungan di Masjid MBZ, lalu berkunjung  ke Pasar Grosir Solo (PGS). Ke Solo jika tidak membeli batik khasnya,  maka terasa kurang. Sama halnya dengan ke Solo dan tidak makan Sate, Tengkleng dan Tongseng. Tidak lupa juga Serabi Solo. Untunglah Pak Hardi yang asli Karanganyar sudah menyiapkan semuanya. Jamaah KNB berkunjung ke Rumah Pak Hardi untuk menikmati makanan khas Solo dimaksud. Termasuk juga kunjungan ke rumah Pak Mul yang memang berdekatan. Pulangnya melewati Solo Baru dan mampir di Pusat Perbelanjaan di Solo. Ada oleh-oleh yang memang harus dibeli di sana. Jam 16.00 WIB kita kembali ke Surabaya. 

  

Masjid ini sebagai symbol persahabatan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Shaeikh Muhmmad bin Zayed. Symbol kerja sama antara Indonesia dan UEA. Masjid ini memang dibangun sebagai bagian dari produk kerja sama bilateral antara Indonesia dan UAE. Masjid dapat menjadi symbol atas kerja sama religiositas yang mendasar. Masjid tidak hanya menjadi pusat ibadah tetapi juga pusat peradaban. Oleh karena itu masjid MBZ yang memiliki kesamaan dengan Zayed Grand Mosque di UAE adalah symbol peradaban dua negara yang menjadikan agama sebagai basis bagi pembangunan kedua bangsa.

  

Indonesia dan UAE memiliki paham keagamaan yang sama. Yaitu Islam yang wasathiyah. Kedua negara ini memiliki kesamaan dalam mengembangkan kehidupan beragama yang berbasis pada Islam rahmatan lil alamin. Islam yang mengajarkan toleransi, kerukunan,  harmoni dan anti kekerasan. Ke depan, saya kira harus semakin banyak kerja sama yang dibangun secara bersama terkait dengan agama, pendidikan, ekonomi, social dan budaya.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.