(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Puasa untuk Meneguhkan Kebinekaan

Khazanah

(Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1442 H di Masjid Jami’ Gresik)

٩x الله أكبر   

الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ  لِلهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَه ، صَدَقَ

وَعْدَه ، وَنَصَرَ عَبْدَه ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَه ، لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيهاهُ

مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِهيْنَ ، وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ ، وَلَوْكَرِه الكافِرُوْنَ ، وَلَوْكَرِهَ المُنافِقُوْنَ. اْلحَمْدُ للهِ

عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا

عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَل وَسَلِهمْ وَبارِكْ عَلىَ سَيدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحابِهِ وَمَنْ

تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِيْنَ. أَما بَعْدُ

فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ

الكريم، اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .

أَعُوْذ بِاللهِ ِمنَ الشَّيطَانِ الرَّ جِيمِ ،

بِسْمِ اللَهِّ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ، يَٰايَّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَٰكُمْ منْ ذَكَرٍ وَّاُنْثَٰى وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَإِۤىلَ

لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ اَتْقَٰىكُمْ اِنَّ اللَّهِ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. صَدَقَ اللهُ الْعظِيْمِ.

٣x الله أكبر  

وَ لِلهِ الْحَمْد


Baca Juga : Dakwah Islam Menyongsong Indonesia Emas

  

Jamaah shalat Id rahimakumullah.

  

Marilah kita bersama-sama bersyukur kehadirat Allah SWT, yang telah mentakdirkan kita semua dapat melakukan puasa selama satu bulan penuh dan hari ini diakhiri dengan shalat ‘id berjamaah di Masjid Agung Gresik yang kita cintai ini. Marilah kita sadari bahwa kita dapat melakukan puasa ramadlan dan diakhiri dengan shalat ‘id secara berjamaah tidak lain dan tidak bukan semata-mata karena takdir Allah swt kepada kita dan kecintaan Allah swt kepada kita semua. Seandainya bukan karena kita ditakdirkan menjadi umat Islam, menjadi bagian dari umat Rasulullah Muhammad saw, maka dapat dipastikan bahwa kita tidak akan berada di tempat ibadah ini dan melaksanakan amalan ibadah yang sudah diwajibkan dan disunnahkan kepada kita untuk melakukannya.

  

Berbahagialah kita semua, melebihi semua kebahagiaan karena harta, tahta dan kebahagiaan duniawi lainnya, sebab dengan menjadi umat Islam maka inilah sesungguhnya kebahagiaan yang tiada taranya. Melalui kita menjadi umat Islam maka peluang untuk menjadi orang yang bisa memasuki Jannah atau surga tentu akan terbuka lebar. Menjadi umat Islam adalah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah swt kepada kita semua. Ada orang yang sangat ahli agama Islam, hafal Al Qur’an 30 juz, hafal kitab-kitab yang masyhur dalam Islam, dan sangat pandai berbahasa Arab, namun jika Allah swt tidak mentakdirkannya menjadi muslim, maka semua itu hanya berhenti menjadi pengetahuan dan tidak menjadi keyakinan. Contohnya adalah Annemarie Schimmel, seorang ahli ilmu keislaman yang sangat masyhur tetapi tidak menjadikannya sebagai muslimah. Namun demikian ada juga orang yang mempelajari ilmu keislaman dan kemudian berterusan menjadi muslim. Dia adalah Leopold von Weiss, yang kemudian mengubah namanya menjadi Mohammad As’ad dan dia menulis buku “the Road to Mecca” yang merupakan buku untuk menginformasikan keberislamannya. Itulah sebabnya kita harus bersyukur karena Islam sendiri yang datang kepada kita, lantaran orang tua kita atau sanak saudara kita. Kita tidak mencari Islam tetapi Islam yang menghampiri kita dan menjadi hidayah bagi kita, sehingga kita bisa menjadi umat Islam yang taat dan patuh, yang disiplin dan teruji di dalam mengamalkan ajaran Allah SWT, yang berupa dienul Islam. Kita bersyukur bisa menjadi bagian dari 2,2 milyar umat Islam di dunia atau sebesar 18 persen dari penduduk dunia sebanyak 7,7 milyar tahun 2020.

  

٣x الله أكبر  

وَ لِلهِ الْحَمْد

     

Jamaah shalat id rahimakumullah.

  

Kita juga harus bersyukur sebab menjadi umat Islam Indonesia. Umat Islam yang bertumpah darah Indonesia. Umat Islam yang hidup di negeri surga. Negeri yang sangat indah, yang tidak ada bandingannya di dunia ini. Makanya Syekh Al Azhar, Mahmud Syaltut yang menulis buku yang sangat terkenal “Al Islam Aqidah wa syari’ah” ketika beliau datang ke Indonesia menyatakan bahwa “Indonesia adalah potongan surga di dunia”. Kita bersyukur kepada Allah karena dilahirkan di Nusantara ini. Kita ini lahir bukan karena keinginan kita, tetapi semata-mata karena takdir Allah SWT. Beruntunglah kita tidak lahir di Afghanistan, atau di Iraq dan Syria, sebab negeri-negeri ini hingga hari ini terus bergolak dalam peperangan dan tidak diketahui kapan akan usai. Kita hidup di Indonesia dengan kedamaian, ketenangan dan ketentraman yang semua itu tentu merupakan takdir Allah SWT.

  


Baca Juga : Hiruk Pikuk MUI

Kita hidup di sebuah negeri dengan keanekaragaman yang tiada taranya di dunia. Sebuah negeri dengan sebanyak 17.503 pulau, sebanyak 748 bahasa, 1340 suku, dan agama-agama yang beraneka ragam. Dan salah satu kenikmatan Allah swt yang terbesar bagi kita adalah dibekalinya negeri ini dengan manusia-manusia yang menjunjung tinggi kerukunan, keharmonisan dan keselamatan. Apapun dan bagaimanapun manusia itu pada ujung akhirnya adalah menginginkan keselamatan fiddini, waddunya wal akhirah.

  

٣ x الله أكبر

وَ لِلهِ الْحَمْد

     

Hadirin dan hadirat jamaah shalat id rahimakumullah

  

Di dalam Al Qur’an, surat Al Hujurat, ayat 13 yang tadi sudah saya bacakan:

يَٰايَّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَٰكُمْ منْ ذَكَرٍ وَّاُنْثَٰى وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَإِۤىلَ لِتَعَارَفُوْ ا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ

 اللَّهِ اَتْقَٰىكُمْ اِنَّ  اللَّه عَلِيْمٌ خَبِيْ

  

Yang artinya kurang lebih: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari golongan lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kaum saling mengerti, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa di antara kamu”.

  

Ayat ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa menjadi berabeka ragam adalah sunnatullah. Ada lelaki ada perempuan, ada suku-suku dan bangsa-bangsa beraneka ragam, tidak hanya ada orang Jawa tetapi ada orang Madura, Sunda, Batak, Banjar, Ambon, Papua dan sebagainya. Di Jawa saja dikenal dari Timur didapati orang Osing, ke barat sedikit ada orang madura di Jawa, ke utara ada orang Madura, ke barat ada orang Jawa tengah, ke barat lagi ada orang Sunda, yang masing-masing memiliki budaya dan Bahasa yang berbeda-beda. Tetapi secara mendasar Islam mengajarkan agar di antara yang berbeda-beda itu agar saling mengenal, mengerti dan memahami. Mereka bisa bertegur sapa, mereka bisa saling mengerti apa perbedaan dan persamaannya dan mereka saling memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya.


Baca Juga : PTKIN: Pendidikan Bermutu dengan Pelayanan Optimal

  

Hadirin kita hidup di negeri besar yang bernama Indonesia. Yang sangat bereneka ragam suku, Bahasa dan ras dan agamanya. Inilah rahmat Allah kepada negeri yang kita tempati ini, sebab meskipun berbeda-beda dalam banyak hal tetapi kita tetap hidup rukun dalam kedamaian dan damai dalam perbedaan. Bayangkan di Afghanistan hanya terdiri dari tujub suku bangsa, tetapi konflik dan perang tidak ada akhirnya, sebab suku terbesarnya Suku Fasthun ingin menguasai semuanya sehingga yang melasa dipinggirkan dan akhirnya menolak terlibat dan menjadi musuh secara permanen. Inilah keuntungan kita dilahirkan di negeri nan elok dan memesona. Yang airnya mengalir sepanjang tahun, masa hujan dan kemarau yang berjalan secara seimbang, yang dedaunan menghijau sepanjang tahun, nyiur melambai sepanjang tahun, buah-buahan melimpah sepanjang masa dan yang paling penting kita bisa berpuasa dalam waktu yang sangat manusiawi, selama 12 jam, sahur di pagi hari dan berbuka di sore hari, berpuasa di Indonesia merupakan puasa yang paling ideal di seluruh dunia. Di Amerika orang bisa berpuasa selama 18 jam, di Afrika puasa 16 jam, di Eropa utara matahari hanya bersinar selama empat jam. Dan di Indonesia panas di siang hari pada saat bekerja dan dingin di malam hari saat kita tidur dan istirahat. Allah menyatakan di dalam Surat al Rahman:

  

فَبِأ هَ ي آلَاءِ رَبهِكُمَا تُكَذِهبَانِ

  

Yang artinya: “Nikmat mana lagi yang engkau dustakan”.

  

 ٣x الله أكبر 

وَ لِلهِ الْحَمْد 

      

Jamaah shalat Id rahimakumullah.

  

Hadirin, lalu di mana hubungan antara puasa dengan keinginan untuk meneguhkan kebinekaan. Puasa melatih kita semua untuk mengubah tradisi di dalam kehidupan. Mengubah waktu makan dan minum, sebagai kebutuhan fisik. Yang biasanya makan di siang hari diganti dengan makan di malam hari. Yang biasanya suka ngemil agar diganti dengan tidak ngemil, yang biasanya makan di siang hari secara berlebihan agar diganti dengan makan secukupnya. Dengan mengistirahatkan kerja pencernaan di siang hari maka secara otomatis maka akan mengubah tradisi pencernaan, sehingga banyak sisa-sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh atau toxin-toxin di dalam tubuh akan dapat diserap di dalam tubuh, maka akan menyebabkan seseorang menjadi sehat. Maka benarlah Rasulullah Muhammad SAW menyatakan:

  

صُوْمُوْ تَصِحُّ


Baca Juga : Mengkaji Islamic Studies Berbasis Pesantren

Yang artinya: “Berpuasalah agar kamu sehat”.

  

Puasa juga melatih kita agar memahami rasa lapar dan haus, sehingga akan menumbuhkan sikap empati atau paham terhadap orang lain. Rasa lapar dan haus yang menggerus fisik akan menjadi pengungkit tumbuhnya rasa solidaritas terhadap sesame manusia. Menjadikan seseorang merasakan penderitaan orang lain. Melalui puasa seseorang tidak akan merasakan dirinya paling kuat, sebab tidak makan dan minum sehari saja ternyata tubuhnya lemah dan lunglai. Orang tidak memiliki penyakit hati yang disebut penyakit ananiyah. Dalam Bahasa kita sehari-hari disebut “sopo siro sopo ingsung”. Siapa kamu dan siapa aku. Dari pelatihan puasa itu, maka akan lahir sikap menghargai dan memandang orang lain juga manusia yang sama. Memiliki kekuatan tetapi juga sekaligus kelemahan. Yang pejabat tidak meremehkan rakyat, yang pedagang tidak meremehkan pelanggan, yang ulama memandang yang lain sebagai manusia utama, yang guru merasa harus bisa digugu dan ditiru dan yang orang awam merasa selalu memperoleh perlindungan. Dan yang paling jauh akan dapat menumbuhkan sikap menghargai ciptaan Allah swt berupa manusia yang memiliki perbedaan dengan dirinya dengan segenap kemanusiaannya. Puasa akan dapat menyeimbangkan antara jasmani, jiwa dan roh. Jasmani memiliki watak seperti binatang membutuhkan kebutuhan fisik, roh memiliki sifat ketuhanan yang roh adalah tiupan Tuhan kepada manusia dan jiwa bisa menjadi penyeimbang antara kebutuhan fisik dan kebutuhan ketuhanan, sehingga puasa akan menjadikan manusia memiliki kesempurnaan. Jasmani membutuhkan asupan fisikal, roh membutuhkan asupan spiritualitas, dan jiwa menjadi penyeimbang agar manusia berada di dalam nafsu mutmainnah, nafsu yang telah paripurna karena bisa menyeimbangkan kebutuhan fisik dan roh. Yang lebih jauh lagi kemudian manusia akan menghargai manusia lain, karena disadari bahwa terdapat persaudaraan kemanusiaan atau ukhuwah insaniyah atau ukhuwah basyariyah yang memang sudah diberikan potensinya oleh Allah, bahwa manusia sebagai makhluk sosial memang tidak bisa hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Allah menyatakan dalam Qs. al Ma’idah ayat 2:

  

...وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبر وَالتَّقْوَىَٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الاْثْمِ وَالْعُدْوَانِ ...

  

...“Salinglah kalian bertolong menolong dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah saling bertolong menolong dalam dosa dan kejelekan”...

  

 ٣x الله أكبر 

وَ لِلهِ الْحَمْد 

   

Hadirin rahimakumullah.

 

Sekarang kita sedang dicoba oleh Allah SWT dengan cobaan yang cukup berat. Yaitu terjadinya pandemic Covid-19 dengan anak keturunannya. Ada wabah corona hasil mutase di Inggris, Afrika Selatan dan yang terakhir dari India. Marilah kita meyakini bahwa ini semua adalah cobaan Allah SWT dan bukan adzab. Marilah kita yakini bahwa pada suatu Ketika Allah SWT akan mencabut virus corona 19 ini. Dan kita semua berharap agar Allah SWT menyegerakan pencabutan dan penghilangan wabah ini dengan segera agar roda ekonomi akan Kembali bergairah, agar kehidupan keagamaan Kembali semarak dan kehidupan sosial tertata lagi sebagaiman di masa lalu. Kita berdoa kepada Allah SWT:


Baca Juga : Publikasi Kita Di-bully, Apa Yang Harus Diperbaiki? (Bagian 2)

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالشَّدَائِدَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا

بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرٍ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ .آمين

جَعلنَا الله وَ إِ يَّاكُمْ مِنَ العا ئِدِ ينْ وَ الفا ئِزِ ينَ وَ ا لمَقْبُوْ لينَ كِل عَامٍ وَ أَ نتُمْ بِخَير.

آمين

 بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبهِكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ

وَالْأرَضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِ اغْفِرْ وارْحَم وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ 

Khutbah ke II

  

 ٥x الله أكبر   

لا اله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد

الحَمْدلله الذِ ى وَ حْده صَد قَ وَ عْد ه وَ اَعَزَّ جُند ه وَ هَزَ مَ الأ حَزَابَ وَ حْد هْ ، وَ لَاحَوْ لَ

وَ لَا قوَّ ة إِلَّابِالله. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ فصَل وَ سَلهمْ

عَلَى سَيهِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحابَهِ وَ مَنْ وَ الَا ه، اما بعده، فيَا أَ يُّهَ ا الحَاضِرُوْن إِ تَّقوْا

الله، اِ تَّقوْ ا الله حَقَّ تُقا تِهِ وَ لَا تَمُوْ تُنَّ إِلَّا وَ أَ نتُمْ مُسْلمُوْنَ . قالَ الله تَعا لَى فى كِتَابِهِ ا لكَرِيمِ .

والعصْرِ إِنَّ الِانسَانَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّاالَّذِ ينَ آمَنُوْا وَعِمِلُوْاالصَّالحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالحَقِ

وَ تَوَاصَوْابِالصَّبرِ. اللهُمَّ اغْفِرْ للمُسْلمِينَ وَالُمُسْلمَاتْ وَالمُؤْمِنِينَ وَا لمُؤْمِ نَاتْ الأ حَيَاءِ مِنهُمْ

وَ الأ مَوَاتْ ، اللهُم أَعِزَّالْسْلامَ وَ ا لمُسْلمِينَ وَ أَهْلكِ ا لكَفرَة وَ الْمُشْرِكِيْنَ وَدَ ِمرْ أَعْدَا

أَكَأعَدِيْنْ . اللهُمَّ اجْعلْ بَلدتَنَا إِ ند وْ نِيسِيَّا بَلدة طَيبَة تَجْرِى فيهَا أَحْكَامُكَ وَسُنَّةَ رَ سُوْلكَ ،

بِرَ حْمَتِكَ يَا أَرْ حَمَ الرَّ احِمِينَ .

فيَا عِبَاد الله، إِنَّ الله يَأْمُ رُ بِالعدْ لِ وَ الْاحْسَانِ وَ إِيتَاءِ ذِى القرْ بَى وَ يَنهَى عَنِ

ا لفحْشَاءِ وَ ا لمُنكَرِ ، وَ لَذِكْرُ الله أَكْبَرْ .