(Sumber : Dokumentasi Penulis )

Ruhul Jihad Pesantren: Pesan Wakil Presiden Untuk Masa Depan Pesantren

Khazanah

Pesantren di masa lalu sudah menghasilkan para ahli yang memiliki ketangguhan spiritual dan juga ketangguhan nasionalisme. Pesantren berhasil memerankan dirinya untuk menjadi tempat bagi pengembangan santri dalam ijtihad diniyyah dan ijtidah wathaniyah. Yang diharapkan dari  para santri tidak hanya ahli dalam membaca kitab saja tetapi juga mampu untuk memecahkan masalah-masalah keagamaan, social, dan ekonomi. 

  

Di masa lalu pesantren telah menjadi garda depan dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan juga terlibat di dalam upaya untuk pembangunan sumber daya manusia yang andal. Resolusi Jihad yang menjadi cikal bakal dalam perang Surabaya yang dikenal sebagai Hari Pahlawan merupakan hasil pemikiran dan kesepakatan para Kiai yang dipimpin oleh Kyai Hasyim Asy’ari. Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 menjadi cikal bakal perlawanan rakyat terhadap kaum sekutu yang ingin kembali menjajah ke Indonesia. Jadi santri tidak hanya ahli membaca kitab tetapi juga terlibat di dalam perjalanan bangsa atau ijtihad wathaniyah.

  

Demikianlah yang disampaikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) tahun 2023. Acara ini diikuti oleh cabang-cabang IPI seluruh Indonesia mulai dari Aceh sampai Jayapura. Diikuti tidak kurang dari 500 orang. Seperti Wilayah IPI dari Ternate yang diikuti oleh 10 orang terdiri dari Cabang-Cabang di Maluku Utara. Di dalam sambutannya, Ketua IPI Pusat, KH. Abdul Muhaimin menyatakan bahwa tema raker ini adalah Madain atau Mandiri, Berdaya dan Inovatif. Tema yang sangat relevan dengan kebutuhan pesantren di dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 dan Era Disruptif. Acara ini diselenggarakan di Ruang Meeting Srijaya Surabaya, 11-13 Agustus 2023. 

  

Lebih lanjut Pak Wapres menyatakan bahwa ada tiga hal mendasar tugas pesantren ke depan, yaitu: Pertama, agar pesantren menghasilkan Rijalud din atau orang yang ahli di dalam ilmu agama. Akan tetapi jangan hanya menjadi ahli membaca kitab akan tetapi ahli agama yang bisa mengintegrasikan antara ilmu agama dengan kenyataan social. Kita sedang hidup di era yang terus berubah cepat. Agar santri bisa hidup di era yang berubah cepat tersebut maka santri harus belajar tentang kemajuan-kemajuan yang terjadi di sekitarnya. Santri harus bisa menyelesaikan problem keagamaan, tetapi juga problem social. Santri dituntut lebih cekatan dalam menghadapi perubahan social dengan tidak meninggalkan etika yang berbasis pada nilai agama. Kelebihan santri adalah memiliki kemampuan bermasyarakat yang didasari oleh nilai-nilai agama. Agama sedang menhadapi tantangan, misalnya semakin meningkatnya ketidakkepercayaan kepada Tuhan. Mereka banyak yang menjadi atheis. Contohnya Korea Selatan. Di masa lalu, Korea Selatan itu mayoritas penganut Buddha, akan tetapi sekarang yang dominan justru kaum atheis. Jadi kaum agamawan atau para da’i sedang ditantang agar tetapi mempertahankan Islam di sini. Di Indonesia.

  

Kedua, agar pesantren  mendidik santri menjadi  Rijalud dakwah. Pesantren telah memiliki modal social dan budaya yang terkait dengan mendakwahkan Islam yang moderat. Indonesia  yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung Islam di dunia. Islam moderat sedang menjadi keinginan umat Islam di seluruh dunia. Bahkan delegasi dari Pemimpin Islam dunia di bawah koordinasi Mufti Al Azhar, Prof. Thayeb datang ke Indonesia bersama timnya untuk belajar tentang Islam moderat. Indonesia merupakan contoh yang baik dalam kerukunan dan toleransi umat beragama. Bahkan Syekh Al Azhar itu menyatakan bahwa: “ke depan bukan lagi eranya buku berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, akan tetapi buku berbahasa Indonesia yang harus diterjemahkan di dalam Bahasa Arab.”

  

Bahkan juga ada seorang sutradara dari Eropa datang ke Indonesia untuk memahami Islam Nusantara. Ternyata di Banten, orang Suku Badui bisa hidup berdampingan di tengah-tengah umat Islam, di Jawa Tengah Candi Borobudur bisa aman tanpa gangguan untuk tempat pemujaan agama Buddha, di Jawa Timur di Gunung Semeru terdapat umat Hindu dan mereka aman dan damai di tengah umat Islam. Sang Sutradara itu menyatakan akan membuat film documenter tentang Islam Nusantara dan akan diputar di negara-negara Eropa, Amerika dan lainnya. 

  

Kita telah memiliki modal seperti itu, maka para da’i harus bisa memanfaatkan modal social dan budaya tersebut untuk menjadikan Indonesia sebagai contoh di dunia. Ada yang menyatakan the future of Islamic leader  is Indonesia. Memang  ada sebagian kecil da’i yang keras-keras yang suka untuk mencemooh dan menyalahkan pengamalan agama yang lain, kita sungguh harus mengajak  mereka dengan tetap mengedepankan dakwah yang berprinsip pada qaulan layyinan, qaulan sadidan, qaulan ma’rufan dan qaulan sadidan. Islam bisa seperti ini karena dakwah para wali dahulu yang mengedepankan moderasi beragama. Di dalam menghadapi era teknologi informasi, maka harus digagas tentang dakwah digital. Dakwah yang memanfaatkan media teknologi informasi. Dan kita yakin para da’i pasti bisa.

  

Ketiga, agar pesantren mendidik agar para santri menjadi rijalul iqtishadiyah atau agen-agen ekonomi. Era sekarang ini adalah era ekonomi syariah. Pemerintah mendorong dengan sungguh-sungguh tentang pengembangan keuangan syariah, perbankan syariah, usaha-usaha syariah dan philantrophi syariah. Pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang percepatan keuangan syariah, misalnya Komisi Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan juga regulasi-regulasi lain terkait dengan ekonomi syariah. Pesantren harus terlibat di dalam upaya pengembangan ekonomi syariah, pesantren harus menghasilkan rijalul iqtishadiyah. Sekarang sedang digerakkan untuk memperkuat produk halal, philantropi atau zakat, infaq dan sedekah dan perbankan serta usaha-usaha syariah. Pesantren harus menjadi agen ekonomi syariah tersebut.

  

Kita semua berharap bahwa pesantren dapat memainkan diri dalam pergulatan keislaman, kenusantaraan dan kebangsaan. Pesantren sudah teruji selama ini menjadi pilar penting di dalam membangun faham kebangsaan, keindonesiaan dan kemodernan. Selamat melaksanakan Rapat kerja Nasional, semoga menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.