(Sumber : Dokumentasi Penulis)

Dari Bedah Buku Islam Itu Indah: Upper Kaffah, Medium Kaffah dan Lower Kaffah (Bagian Pertama)

Opini

Pada acara Bedah Buku “Islam itu Indah”  dan sekaligus “Menyongsong Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada hari Senin, 27 Januari 2025, di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, maka ada beberapa pertanyaan menarik dari audience baik dari dalam jaringan (daring) atau luar jaringan (luring). Buku “Islam itu Indah” dibahas oleh Prof. Masdar Hilmy, MA., PhD., Direktur PPs UIN Sunan Ampel Surabaya dengan doa oleh Ustadz Dr. Cholil Umam (dosen FDK UINSA). Diskusi ini dihadiri oleh para kandidat doctor dari UNKAFA, UNISMA, UIN Sunan Ampel, Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) dan masyarakat umum. Acara diselenggarakan pada pukul 06.00 WIB-08.00 WIB.

  

Ada beberapa pertanyaan yang belum diungkap secara mendasar karena keterbatasan waktu. Meskipun diskusi terselenggara selama dua jam. Di antara pertanyaan tersebut datang dari Bu Andri Subandriyah, PNS Kemenag, yang di masa lalu banyak membantu atas kesuksesan Loan IDB, tahun 2010-2012, untuk IAIN Sunan Ampel. Jika ada orang yang menulis sejarah kontemporer tentang UINSA, maka nama ini tidak boleh dilupakan.  

  

Beliau menanyakan tentang konten dari buku bahwa Islam itu indah, happy, simple dan friendly apakah sudah dilaksanakan secara mendasar. Kemudian pertanyaan Mas Dicky terkait dengan Islam itu rahmatan lil alamin, tetapi kenapa wilayah yang di masa lalu menjadi sumber Islam justru menjadi wilayah yang konfliknya sangat tinggi. Lalu pertanyaan Pak Mulyanta tentang paradoks di dalam kehidupan, bagaimana harus menyikapinya. Saya akan membahas di dalam tulisan ini, yang rasanya kemarin belum terjawab dengan tuntas.

  

Pertama, upper kaffah. Di dalam menjalankan ajaran Islam itu, ada konsep yang disebut sebagai kaffah atau Bahasa Indonesianya itu sempurna, secara menyeluruh. Jadi disebut sebagai Islam kaffah, Islam yang dilakukan secara sempurna. Tetapi di dalam tataran realitas empiris, maka yang kaffah dalam kesempurnaan itu sungguh sangat sulit. Di masa Sahabat Nabi Muhammad SAW bisa jadi terdapat orang yang sudah melakukan Islam kaffah karena bimbingan langsung dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW, bahkan mungkin di era Tabiin atau bahkan Tabiit tabiin. Propotipnya adalah Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah dan para Sahabat Nabi terkasih atau para tabiin dan tabiit tabiin yang benar-benar saleh. 

  

Keduamedium kaffah atau orang yang sudah menjadi bagian penting dalam umat Islam, tetapi secara kategorikal belum bisa disebut sebagai upper kaffah. Umat Islam kebanyakan berada di dalam ruang ini. Terdiri dari orang-orang yang sudah menjalankan ajaran Islam. Mereka meyakini akan keberadaan Allah dengan segala konsekuensi yang mengikutinya. Tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya, akan tetapi belum dapat menjadi orang yang berkategori full kaffah. Belum semua amalan sunnah dilakukan. Bisa jadi masih bolong-bolong. Terkadang naik dari konteks medium kaffah ke upper kaffah, tetapi belum bisa konsisten di dalam konteks ini. 

   

Ketiga, kategori lower kaffah atau orang yang sesungguhnya meyakini akan keberadaan Allah dan juga meyakini segala konsekuensinya. Namun demikian, belum melaksanakan ajaran Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Imannya masih terhenti di keyakinan dan belum mengimbas pada pengamalan keyakinannya. Orang yang sudah mengucapkan shahadat tetapi belum shalat, zakat, puasa dan lain-lain amalan kebaikan. Orang yang belum menjadikan Islam sebagai pedoman di dalam kehidupannya. Bisa jadi mereka adalah orang yang masih lalai di dalam mengamalkan ajaran agamanya. 

  

Bahkan ada sesungguhnya orang yang sama sekali tidak memiliki kekafahan di dalam beragama. Mereka adalah orang-orang musyrik, orang kafir dan orang munafik. Mereka adalah orang yang menyekutukan Tuhan, mengingkari keberadaan Allah, mengingkari kebenaran ajaran Islam, mengingkari keberadaan Nabi Muhammad SAW dan orang yang tidak mengakui ajaran  Islam sebagai pedoman keselamatan. 

  

Kita semua, yang hari ini hadir di dalam pengajian di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency, Selasa 28/01/2025,  adalah orang yang sudah menjadi bagian dari Islam kaffah dengan tingkatannya yang bergerak antara medium kaffah dan upper kafah.  Yaitu orang yang sudah  melaksanakan Islam secara benar sesuai dengan keyakinan masing-masing. Saya tegaskan sebagai keyakinan masing-masing, sebab di dalam beragama itu ada dimensi tafsir yang dilakukan oleh para ulama. Ada sebagian umat Islam yang tidak mampu untuk memahami sumber-sumber ajaran Islam, maka dewasa ini yang harus dilakukan adalah dengan mengikuti tafsir para ulama yang ahli tentang Islam. Menjalankan ajaran Islam yang harus diyakini sebagai benar yang bersumber dari para ahli yang benar.

  

Kita sudah memenuhi standart untuk disebut sebagai orang yang sudah menjalankan perintah Allah dengan memasuki Islam secara sempurna. Islam mengajarkan: udkhulu fis silmi kaffah atau masuklah ke dalam Islam secara sempurna. Kita sudah meyakini keberadaan Allah dengan lesan, hati dan tindakan, kita sudah melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh dalam lesan, hati dan tindakan, dan kita juga menjalankan kehidupan dengan akhlak sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Insyallah kita sudah berada di dalam jalan yang benar.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.