Erick Thohir, PSSI dan Sepak Bola Indonesia
OpiniKala kesebelasan Indonesia U23 kalah dari Irak dengan cukup meyakinkan 2:0, maka sebenarnya saya relative pesimis, bahwa Tim Sepak Bola Indonesia akan bisa melaju lebih jauh. Saya tentu berprasangka bahwa tim kesebelasan Irak memang berada sedikit di atas timnas Indonesia. Apalagi sebelumnya dalam Piala AFC, timnas Indonesia juga kalah dalam score 3:1. Apalagi kekalahannya itu cukup menyakitkan. Demikian pula dalam play off dengan Guinea, Indonesia juga kalah dengan score 1:0 juga dengan penalty.
Tetapi dalam perebutan satu kursi pada piala dunia 2026, tim sepak bola Indonesia U23 berhadapan dengan tim sepak bola Filipina, yang juga di dalam squadnya ada pemain naturalisasi. Sebelumnya tim sepak bola Filipina memang kalah dari Tim sepak bola Vietnam dengan angka tipis 2:3. Artinya, bahwa tim sepak bola Filipina bukan tim kaleng-kaleng. Dengan bisa memasukkan 2 gol ke gawang Vietnam tentu suatu prestasi tersendiri. Tim sepakbola Vietnam juga tim yang bagus untuk ukuran Asia Tenggara. Untuk Asia, tim Vietnam dan Thailand merupakan tim yang kuat. Keduanya pernah masuk ke babak ketiga Piala Dunia. Thailand pada tahun 2018 dan Vietnam pada tahun 2022. Pada piala dunia 2026, kedua tim kuat ini tidak bisa masuk ke babak ketiga. Jadi, Indonesia mewakili Asia Tenggara di dalam babak ketiga pada Piala Dunia 2026.
Saya tentu tidak melewatkan momen penting di dalam perhelatan sepakbola ini. Saya harus nongkrong di depan televisi, SCTV, untuk menonton secara tuntas atas pertandingan fenomenal yang mengantarkan Indonesia masuk dalam babak ketiga piala dunia. Ini sejarah baru bagi sepakbola Indonesia. Meskipun saya tidak paham betul mengenai sepak bola, tetapi saya menikmati jalannya pertandingan dan tentu membuat bangga bahwa tim Indonesia bisa bermain bagus dengan penguasaan bola, tendangan ke gawang , serangan dan pertahanan yang sedemikian bagus. Jika dibaca di dalam statistic pertandingan, maka dapat diketahui bahwa dari tendangan Indonesia dan Filipina berbanding 20:7, tembakan ke gawang 7:1, Penguasaan bola 54%:46% dan operan 411:354. Data ini memberikan indikasi timnas Indonesia memang menguasai pertandingan. Gol pertama yang dibuat oleh Thom Haye juga sangat berkelas. Tembakan jarak jauhnya merobek gawang Filipina pada menit ke 32. Skore 1:0 bertahan sampai turun minum. Kemudian tendangan bebas Nathan Tjoe On berhasil disambar dengan jitu oleh Rizky Ridho menit ke 56, sehingga skore berubah menjadi 2:0. Akhirnya Indonesia memenangkan pertandingan. Luar biasa. Saya kira pecinta bola Indonesia pasti bersujud syukur dengan caranya masing-masing atas kemenangan ini. Prestasi yang membanggakan sepak bola Indonesia, yang sudah bertahun-tahun menginginkan nuansa sepakbola Indonesia yang maju.
Pemain Indonesia dari hasil naturalisasi ternyata memberikan efek yang luar biasa. Pemain Indonesia tersebut adalah Ernando Ari, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Thom Haye, Marcelino Ferdinan, Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, Justin Hubner, Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho, dan Nathan Tjoe A On. Ada beberapa penggantian pemain pada babak kedua. Memang harus diakui bahwa para pemain timnas didominasi oleh pemain naturalisasi. Suatu yang sangat hebat, bahwa pemain local dan naturalisasi dapat menjalin kesepadupadanan yang luar biasa. Mereka berhasil dijadikan sebuah tim yang saling mendukung dan saling memahami filosofi sepak bola yang sudah didesain oleh Shin Tae Yong (STY) sebagai pelatih kepala timnas Indonesia.
Memang susunan pemain ini merupakan langkah yang sangat berani. Selama ini selalu terdapat pandangan bahwa timnas Indonesia harus diisi oleh skuad yang sudah bermain di liga-liga Indonesia. Tetapi dengan mendekonstruksi pandangan tersebut, maka STY melakukan lompatan yang sangat berani dengan melakukan naturalisasi secara besar-besaran atas pemain yang “berdarah” Indonesia untuk bermain pada level tinggi di Asia. Dan strategi ini cukup berhasil mengangkat timnas untuk sepadan dan bahkan lebih dibandingkan dengan timnas Vietnam dan Thailand yang selama ini menjadi raja-raja di Asia Tenggara di dalam sepak bola.
Untunglah STY bertemu dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Nama yang tidak asing di dalam sepak bola internasional. Erick Thohir juga telah malang melintang dalam dunia olah raga nasional maupun internasional, misalnya pernah menjadi ketua PERBASI, Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia, dan namanya juga tercatat di dalam International Olympic Committee hingga sekarang. Juga berpengalaman menjadi pemilik klub sepakbola Oxford United, DC United dan Persib Bandung. Juga jangan lupa, Erick Thohir juga menjadi orang yang sangat istimewa di jajaran Nahdlatul Ulama (NU) kala terjadi perhelatan yang sangat sukses pada peringatan satu Abad NU di Sidoarjo. Jumlah pengunjung tidak terhitung jumlahnya. Tumplek bleg warga NU dari seluruh Indonesia hadir di tempat ini.
Pengalaman Erick Thohir yang telah malang melintang di dalam dunia olah raga khususnya sepak bola, maka dapat mengantarkan timnas Indonesia pada level tinggi, masuk dalam babak ke tiga Piala Dunia 2026. Suatu prestasi bagi sepak bola Indonesia, yang sedang haus pengakuan internasional. Dengan bisa masuk pada babak ketiga Piala Dunia, maka telah menempatkan tim sepak bola Indonesia pada level yang sangat dikagumi. Ternyata timnas Indonesia bisa.
Saya tidak yakin bahwa pemikiran STY tersebut akan berhasil jika tidak didukung oleh orang visioner seperti Erick Thohir. Dialah yang berada dibalik proses naturalisasi pemain-pemain top dari berbagai klub di Eropa datang ke Indonesia untuk menjadi pemain timnas. Kemampuan negosiasi Erick Thohir sungguh mengagumkan. Berhasil meyakinkan para pemain naturalisasi untuk bergabung dengan timnas sepak bola Indonesia. Pada era keterbukaan seperti sekarang, maka kedatangan pemain naturalisasi bukanlah hal aneh. Beberapa negara juga melakukannya, misalnya Malaysia. Meskipun hasilnya belum optimal. Indonesia merupakan perkecualian.
Sebagai ketua PSSI tentu kerja Erick Thohir sangat terukur. Tentu tidak mudah untuk mendatangkan pemain-pemain dalam klas dunia yang bermain di timnas. Pasti melalui negosiasi yang rumit dan berliku. Apalagi jumlah pemain naturalisasi tersebut cukup banyak. Melalui polesan STY, maka pemain yang berlatar belakang klub masing-masing akhirnya bisa disatupadukan dalam tim yang bagus. Mereka telah mempersembahkan kebanggaan bagi sepak bola Indonesia.
Bravo sepak bola Indonesia. Ke depan memang diperlukan orang-orang yang visioner untuk pengembangan olah raga Indonesia. Dan apa yang dilakukan oleh duet Erick Thohir dan STY memang bisa dijadikan sebagai contoh keberhasilan karena kesamaan visi untuk kemajuan.
Wallahu a’lam bi al shawab.