(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gerakan Ittiba' Kebaikan (GIK) Untuk Indonesia

Opini

Di dalam kehidupan ini,  tidak ada yang lebih indah dibandingkan dengan dijaga oleh Allah untuk selalu melaksanakan kebaikan dan menjauhi kejelekan. Kalimat ini yang saya sampaikan kepada para jamaah Masjid Al Ihsan dalam ceramah rutin Selasa ba’da shalat subuh, 28/02/2023. Sebagaimana biasa ceramah ini dilaksanakan dan diikuti oleh para jamaah Masjid Al Ihsan, yang selalu hadir pada setiap pagi untuk mengikuti shalat shubuh berjamaah, wiridan, membaca surat Waqi’ah, ceramah agama atau tahsinan al-Qur’an. 

  

Ceramah agama ini dilaksanakan dengan two way traffic communications. Jadi tidak hanya penceramahnya yang aktif akan tetapi jemaahnya juga bisa terlibat di dalam perbincangan yang menyenangkan. Pagi itu, sesuai dengan nama Jamaah Ngaji Bahagia, maka selalu dibumbui dengan guyonan tentang hal-hal yang menyenangkan. Selasa pagi kemarin saya menjelaskan tentang bagaimana seharusnya kita berkomunikasi sesuai dengan pandangan Islam. Beberapa saat yang lalu, Pak Suyuti Rasyad, Lc memberikan ceramah dengan penjelasan bahwa pembicaraan atau diskusi atau berkomunikasi itu harus memenuhi dua prinsip, yaitu qalla wa dalla. Pembicaraan itu tidak berpanjang-panjang, bertele-tele  dan harus menggunakan prinsip argumentatif.

   

Menindaklanjuti ceramah tersebut, maka saya jelaskan tentang prinsip komunikasi di dalam Islam yang selanjutnya saya sebut sebagai prinsip etika di dalam Islam. Saya menjelaskan tentang prinsip qoulan sadidan atau pernyataan yang sopan dan santun penuh dengan kelembutan. Lalu qaulan layyinan atau pernyataan yang lemah lembut penuh dengan kasih saying dan qoulan balighan. Tiga hal ini saya tekankan. Di era media social yang luar biasa ini, maka sering kita dengar di youtube atau pernyataan di media social lain seperti Facebook, Twitter, dan lainnya yang tidak menggunakan prinsip Islam yang agung ini. 

  

Ada banyak unggahan yang justru bertentangan dengan prinsip Islam, misalnya dengan mengungkapkan kemarahan, kebencian, memberikan justifikasi yang keliru dalam konteks relasi social yang baik. Bahkan ceramah agama yang seharusnya merupakan upaya untuk mengajak kepada kebaikan juga disampaikan  dengan bahasa dan pilihan diksi yang tidak mendidik. Betapa mudahnya seorang ustadz menyatakan, misalnya: “orang yang hampir mati masih mau ditawari menjadi wakil presiden.\" Meskipun tidak disebut namanya, tentu semua orang tahu siapa yang dimaksudkan. 

  

Apa yang menjadi masalah juga pernyataan yang tidak tegas argumentasinya atau pernyataan yang salah argumentasinya. Saya sampaikan misalnya tentang  pernyataan public figure,  Bu Mega, tentang pengajian. Apapun logika yang digunakan adalah sebuah jumping conclusion ketika menyatakan bahwa Ibu-Ibu harus mengatur rumah tangganya jangan hanya pergi pengajian melulu. Andaikan Bu Mega menyatakan jangan pergi ke Mall melulu, ayo kita mengatur waktu antara mengasuh anak dengan pergi-pergi ke luar rumah, mungkin masih bisa ditoleransi. Tetapi yang dijadikan contoh adalah pengajian yang merupakan upaya untuk memenuhi “sunnah” agama. Maka gambaran masyarakat dipastikan bahwa Bu Mega itu anti agama. Ini yang sungguh dikhawatirkan, apalagi kalau orang itu tidak memahami konteks pembicaraannya. Inilah pentingnya prinsip qaulan balighan selain qaulan layyinan dan qoulan sadidan. 

  

Seperti biasa, maka ada pertanyaan yang menarik yang disampaikan oleh Pak Mulyanta terkait dengan situasi akhir-akhir Ini misalnya apakah memang Tuhan sudah membuka semua kebobrokan yang dilakukan di negeri ini. Tuhan sudah menunjukkan bahwa inilah perilaku para pimpinan di Indonesia. Sudah ditunjukkan kepada kita tentang berbagai drama di dalam kehidupan ini.  Ada ketidakcocokan antara apa yang dibicarakan dengan apa yang dilakukannya.

  

Pertanyaan ini sungguh pertanyaan berat, karena kita harus memahami gambaran tentang  apa yang dilakukannya itu sebagai takdir atau bukan. Tetapi sesungguhnya Allah itu maha kasih, dan Allah itu selalu memberikan perlindungan kepada manusia tentang perilaku yang ditampilkannya. Bahkan Allah juga tidak membuka aib yang dilakukan oleh hambanya terkecuali hambanya sendiri yang membukanya. 

  

Namun demikian di dalam kehidupan ini juga terdapat lambang-lambang. Dan manusia diberi kemampuan untuk membaca lambang-lambang tersebut. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk merancang sesuatu, design untuk kebaikan atau keburukan. Jika design kebaikan maka pastilah Allah akan memberikan supportnya dan menjanjikan pahala atas design dan tindakan kebaikan yang dilakukannya. Sementara itu,  atas design keburukan maka Allah itu maha pembuat rekayasa. Dan rekayasa Allah itu di atas rekayasa semua manusia. Di dalam kasus Sambo, bukankah sudah dirancang oleh ahlinya, yang memiliki kekuasaan, uang dan tipu daya yang hebat. Tetapi jika Allah membuka sedikit saja, maka segalanya akan menjadi terbuka sejelas-jelasnya. Kita yakin bahwa rancangan pembunuhan itu sudah sangat rapi, tetapi bau busuk tetap tidak bisa ditutupi dengan apapun. Akhirnya tercium juga. Ada banyak hal yang dirancang secara sangat teliti ternyata hasil dan ujung akhirnya justru terkuak kedok kejelekannya.

  

Oleh karena itu, ada sebuah doa yang kiranya bisa dijadikan sebagai Gerakan sosial agar kita tidak terlibat di dalam rekayasa yang tidak Islami. Doa itu adalah: “Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnaj tinabah”. Bisalah kita namai Gerakan Ittiba’ Kebaikan (GIK) yaitu sebuah upaya yang dilakukan secara bersama-sama untuk terus berdoa kepada Allah agar kita bisa mengikuti kebaikan yang ditunjukkan Allah kepada kita dan menjauhi kejelekan yang ditunjukkan kepada kita. 

  

Gerakan ini bisa dimulai dengan doa-doa di masjid dan diikuti dengan pengamalannya dan terus disebarkan kepada jamaah lainnya secara berantai. Semoga kita berada di dalam lindungan Allah SWT. Amin.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.