(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Hari Raya Idul Fitri Sebagai Milik Bangsa

Opini

Secara konseptual, bahwa Hari Raya Idul Fitri adalah milik umat Islam. Hari raya ini tentu terkait dengan upacara keagamaan untuk menjalani bulan puasa. Hari Raya Idul Fitri adalah hari raya khas umat Islam di seluruh dunia dengan ekspresi masing-masing sesuai dengan tradisi yang berkembang pada masyarakat tersebut. Hari Raya Idul Fitri secara konseptual merupakan hari-hari penting dalam tradisi keagamaan Islam untuk hari kemenangan melawan hawa nafsu setelah satu bulan menjalankan puasa Ramadhan. 

  

Puasa kali ini (2022) dilakukan dengan awal bulan yang berbeda. Organisasi Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab dengan konsepsi wujudul hilal, maka sudah menetapkan jatuhnya awal puasa Ramadhan adalah hari Sabtu, 2 April 2022, sementara itu NU dan pemerintah menentukan awal puasa terjadi pada hari Ahad, 3 April 2022. NU menggunakan metode rukyatul hilal dengan konsepsi imkanur rukyah. Jika pada saat melakukan rukyah kemudian terhalang oleh situasi cuaca yang tidak memungkinkan, maka selama sudah didapati ketinggian hilal 2 derajat, maka puasa ditunda pada hari berikutnya. Sementara Muhammadiyah dengan wujudul hilal, maka selama hilal sudah wujud dengan ketinggi 0,1 derajatpun sudah dinyatakan terjadi perubahan hari. Tetapi untuk mengakhiri puasa atau awal syawal tahun 2022 terjadi kesamaan, sebab hilal sudah memungkinkan untuk dirukyah. Makanya, pemerintah menetapkan awal syawal adalah hari Senin, 2 Mei 2022. Pemerintah berketetapan puasa selama 29 hari, sementara itu Muhammadiyah selama 30 hari. Tidak ada masalah sebab keduanya tentu memiliki basis tafsir yang dianggap benar sesuai dengan keyakinannya.

  

Hari raya kali ini ditandai dengan nuansa yang berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Tentu terkait dengan Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Tahun lalu, 2021 masih diterapkan kebijakan agar semua masyarakat menerapkan physical distancing dan social distancing atau menerapkan aturan yang ketat terkait dengan mudik lebaran. Berkat kesadaran masyarakat, maka pulang kampung atau mudik lebaran bisa terjaga dengan baik, sehingga pelonjakan kenaikan terpapar Covid-19 juga tidak terjadi. Semuanya dilakukan oleh masyarakat dalam kerangka menjaga agar penularan Covid-19 tidak meningkat jumlahnya. Pulang kampung atau pulkam atau mudik diganti dengan mudik virtual atau pulkam virtual. Pada era teknologi informasi seperti sekarang, maka media sosial bisa bermanfaat dalam kerangka mengobati rasa rindu atas kampung halaman.

  

Tahun 2022 sungguh terjadi perubahan drastis. Beberapa kali saya Buka Bersama (bukber), maka rumah makan sudah penuh sesak. Demikian pula hotel. Restorannya juga penuh sesak. Jika tidak melakukan reservasi, maka dipastikan tidak akan mendapatkan seat atau tempat duduk. Saya pernah memesan untuk bukber di salah satu rumah makan di wilayah Ketintang Surabaya ternyata sudah full book, padahal pesannya waktu pagi hari. Reservasi harus dilakukan sehari sebelumnya atau lebih. Suatu pemandangan yang kontras dengan dua tahun belakangan, di mana aktivitas rumah makan atau hotel nihil pengunjung.

  

Di Indonesia, peristiwa hari raya adalah peristiwa spesial. Bagi masyarakat Indonesia, bahwa hari raya idul fithri bukan sekedar sebagai milik umat Islam saja tetapi adalah milik bangsa. Keunikan Indonesia adalah sekat-sekat agama tidak dijadikan sebagai sarana untuk memisahkan satu entitas umat beragama dengan umat beragama lainnya. Sebagai bangsa yang multi ras, suku bangsa dan agama tentu terdapat varian-varian dalam hal tersebut. Tetapi keuntungannya bahwa variasi tersebut tidak menjadikan halangan bagi umat beragama untuk merajut kebersamaan. Bahkan umat beragama lainnya juga memanfaatkan mudik lebaran untuk pulkam, dan saling berkunjung. Nyaris tidak terdapat sekat-sekat yang menyebabkan terjadi  religion distancing dalam menghadapi peristiwa keberagamaan tersebut.

  

Ketika Hari Raya Idul Fitri berlangsung, maka dari WhatApps Group (WAG) akan dengan mudah dijumpai ucapan selamat hari raya. Saya terbiasa mendapatkan ucapan selamat dari umat beragama lain. Sahabat saya tentu adalah orang-orang yang lintas agama. Ada yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Pada hari raya ini maka mereka mengucapkan selamat berhari raya Idul Fitri. Bahkan tidak hanya sekedar pernyataan bahkan juga menggunakan flyer yang tertata rapi dan indah. Di dalam flyer tersebut ada pelaku yang memakai songkok hitam, ada yang memakai pakaian adat dan juga ucapan hari raya di dalam Bahasa Arab, misalnya minal aidin wal faizin, maaf lahir dan batin. Flyer tersebut juga lengkap dengan simbol ketupat lebaran, masjid atau bulan dan bintang. Bahkan saya yang terkadang menjawab dengan kata-kata yang pendek sebagai ucapan terima kasih.

  

Inilah indahnya Indonesia, sebuah negeri yang dikaruniai 17.000 pulau, 1.340 suku bangsa, 1158 bahasa dan enam agama dan ratusan aliran kepercayaan. Namun demikian semuanya merupakan satu kesatuan berbangsa dan bernegara. Kita berbeda dengan perbedaan yang nyata tetapi tetap merupakan satu kesatuan. Bhineka tunggal ika. 

  

Masyarakat Indonesia benar-benar masyarakat yang sangat dewasa dan cerdas dalam menghadapi perbedaan. Perbedaan bukan dijadikan sebagai alasan untuk saling merusak dan menghancurkan, akan tetapi dapat dijadikan sebagai perekat untuk saling menyatu di dalam perbedaan. Situasi seperti ini terjadi karena kita memiliki common platform yang mempersatukannya ialah Pancasila sebagai dasar negara.

  

Dengan demikian, hari raya bukan hanya menjadi simbol upacara keagamaan Islam saja, tetapi telah menjadi milik bangsa ini.  Hari  Raya Idul Fitri telah menjadi instrument untuk merajut saling kebersamaan. Hari raya sudah menjadi milik kita semua.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.