(Sumber : Media Mahasiswa Indonesia)

Identitas Kita Harus Bangsa Indonesia

Opini

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, maka identitas masyarakat Indonesia haruslah identitas bangsa yang dijadikan sebagai identitas utama, alih-alih identitas agama, kesukubangsaan, golongan social dan sebagainya. Bagi kita identitas sebagai bangsa Indonesia itu harga mati. Jangan sampai kita sebagai bangsa Indonesia tetapi justru berpaham bahwa identitas kita  berbasis kesukubangsaan, golongan social bahkan identitas agama tertentu. Inilah kata kunci yang saya sampaikan pada waktu perbincangan malam di Radio Suara Surabaya (Radio SS).

  

Saya dikontak oleh Mas Iwan dari Radio SS, tepat pada malam tanggal 17 Agustus 2023. Saya diundang untuk menjadi narasumber dalam Acara Lazuardi di Radio SS. Saya kira pada jam 20.00 WIB. Waktu itu membincang tentang Identitas Bangsa Indonesia. Dinyatakan oleh Mas Iwan sebagai pengantar di dalam Acara Lazuardi tersebut tentang bagaimana seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia harus beridentitas sebagai bangsa.

  

Perbincangan ini menarik karena kita sedang memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke 78. Sebuah usia kemerdekaan yang sudah dewasa dan seharusnya menjadi persiapan untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 sebagai tonggak abad pertama Indonesia atau Tahun Emas Indonesia. Di dalam kesempatan ini saya sampaikan tiga hal yang sangat mendasar, yaitu: 

  

Pertama, secara definitive, identitas bangsa adalah pemahaman tentang posisi diri dari masyarakat Indonesia sebagai bagian dari warga negara dan bangsa yang terpateri secara mendalam dan memiliki kekuatan mengikat bagi semua anak bangsa. Sebagai bangsa Indonesia maka kita memahami bahwa secara personal dan komunitas atau masyarakat bahwa kita adalah bangsa Indonesia. Bangsa itu sebuah ikatan bagi manusia-manusia yang berada dan hidup di Indonesia dalam satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

  

Sebagai bangsa Indonesia kita tidak boleh mengedepankan beridentitas dengan identitas yang lain, misalnya identitas berbasis kesukubangsaan, golongan social atau bahkan agama. Jadi kalau secara penyebutan maka yang bisa dinyatakan adalah saya adalah orang Indonesia. Baru setelah itu bisa dinyatakan sebagai orang beragama tertentu, bersukubangsa tertentu dan golongan social tertentu. Misalnya penyebutan  tersebut adalah “saya orang Indonesia, berasal dari suku Jawa, beragama Islam dan dari organisasi NU.” 

  

Kedua,  terdapat pemahaman bahwa identitas itu berbasis agama. Ada sebuah survey, tetapi saya lupa angka prosentasenya, kalau tidak salah tahun 2019 tentang identitas bangsa Indonesia. Ternyata bahwa yang dominan atau prosentasenya tertinggi adalah identitas keagamaan, lalu identitas kesukuan dan identitas bangsa, terus identitas organisasi social dan seterusnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa yang dominan dari masyarakat Indonesia di saat ditanya tentang siapa dirinya, maka yang muncul ke permukaan adalah identitas agama. Bisa Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha atau Konghucu. Yang terdepan adalah identitas agama, dan bukan identitas bangsa. 

  

Bagi saya hasil survey ini menggembirakan tetapi juga mengkhawatirkan. Menggembirakan karena masyarakat Indonesia semakin religious, akan tetapi mengkhawatirkan karena identitas kebangsaannya itu semakin melemah. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah jika identitas keberagamaan itu juga bernuansa politik, misalnya ketertarikan pada ideologi selain Pancasila. Jika ini yang terjadi,  maka inilah kekhawatiran kita yang sesungguhnya. Oleh karena itu, yang benar dilihat dari sisi identitas kebangsaan adalah Keindonesian, Keislaman dan Kemoderenan. Jadi kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam dan harus memasuki dunia modern. 

  

Ketiga, persoalan identitas kebangsaan ini penting bagi generasi muda. Kita akan memasuki tahun Indonesia Emas 2045 dan diberikan bekal bonus demografi yang hebat. Artinya usia produktifnya besar sementara yang tua dan anak-anak jumlahnya kecil. Ini tentu sangat menguntungkan bagi Indonesia ke depan. Tetapi dengan syarat bahwa bonus demografi itu harus bermanfaat bagi keindonesiaan kita. Jangan sampai bahwa bonus demografi itu justru mengoyak kesatuan dan persatuan bangsa karena masyarakat Indonesia memilih ideologi yang menceraiberaikan. 

  

Anak-anak muda harus dididik memahami sejarah bangsa. Jangan sampai anak-anak muda melupakan perjuangan para pendiri bangsa. Jangan sampai anak-anak muda justru tertarik dengan ideologi lain selain ideologi bangsa Indonesia sendiri. Di era global ini pergerakan manusia menjadi mendunia. Bisa karena pekerjaan, belajar atau yang lain. Maka anak-anak muda harus diajari sejarah bangsanya. Jangan sampai karena sekolah di luar negeri lalu tertarik dengan ideologi bangsa lain. Sekolah di Amerika atau Eropa lalu tertarik dengan ideologi kebebasan atau liberalisme. Sekolah di China lalu tertarik dengan ideologi komunis. Sekolah di Timur Tengah lalu tertarik dengan ideologi khilafah dan sebagainya. 

  

Generasi muda harus memahami betapa sulitnya memerdekanan bangsa yang besar ini. Warisan kemerdekaan dan titipan kemerdekaan itu harus dijaga dengan sepenuh hati dan tindakan, jangan pernah otak dan kaki kita melangkah untuk memilih ideologi bangsa yang lain karena dianggapnya baik. Generasi muda harus tetap berada di dalam garda depan barisan orang yang beridentitas keindonesiaan dengan berbagai varian latar belakang kehidupannya.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.