Indonesia 2025: Ekonomi dan Politik Menuju Indonesia Emas (Bagian Pertama)
OpiniSaya tentu berterima kasih kepada Mas Hasanuddin Ali dari Alvara Research Center, yang memberikan kiriman atas hasil survey yang dilakukan terkait dengan Masa transisi, Digital dan Evaluasi Konsumen. Begitulah judul yang dibuat oleh Alvara Research Center di dalam laporannya kali ini. Survey dilakukan pada Desember 2024 dalam kerangka evaluasi atas pembangunan 2024 dan prediksi tahun 2025.
Indonesia telah berhasil menyelesaikan agenda politik penting pada tahun 2024, yaitu pilihan presiden (pilpres), pilihan legislative (pileg) dan pilihan kepada daerah (pilkada) serentak di seluruh Indonesia. Sungguh suatu pemandangan yang indah bahwa meskipun tahun 2024 merupakan tahun politik yang hingar bingar, akan tetapi semua berjalan lancar dan tidak terdapat kerusuhan atau konflik yang menyesakkan.
Setiap tahun politik tentu merupakan tahun bagi kelanjutan pembangunan di Indonesia. Tahun 2025 merupakan landasan bagi penyiapan tinggal landas dalam pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang sangat menentukan Indonesia pada tahun Emas Indonesia atau seabad Indonesia merdeka. Yang tentu diharapkan adalah menjadikan Indonesia lebih baik dibandingkan sekarang dalam segala aspeknya.
Berdasarkan Survey Alvara (2024) bahwa roda ekonomi nasional masih relative aman. Meskipun terjadi Pandemi Covid-19, akan tetapi kondisi ekonomi Indonesia masih relative stabil, artinya dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024, berdasarkan proyeksi pemerintah dan Bank Indonesia, bahwa pertumbuhan ekonomi sekitar 5-5,5 persen, akan tetapi pada tahun 2024 masih relative aman dengan pertumbuhan yang fluktuatif. Meningkat pada kuartal pertama tetapi mengalami stagnansi pada kuartal kedua dan ketiga. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh sector konstruksi dan industry pengolahan, lalu di sektor pengeluaran didorong oleh sector konsumsi domestic dan ekspor. Daya beli masyarakat relative baik dan juga dukungan sector pariwisata yang relative pulih.
Pengaruh global juga menentukan. Perlambatan ekonomi di China, inflasi tinggi dan berbagai konflik di negara-negara lain juga turut serta berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi nasional. Namun yang cukup menggembirakan bahwa dengan tekanan ekonomi global yang terjadi di berbagai belahan dunia justru meningkatkan program pengembangan ekonomi, misalnya hilirisasi industry dan transisi energi serta pengembangan pertanian, perikanan dan perkebunan. Dan selain juga mendorong investasi dalam bidang pengolahan mineral, seperti nikel dan tembaga.
Namun demikian dibandingkan dengan tahun 2023, maka terjadi penurunan daya beli masyarakat yang dapat memberikan indikasi terjadinya penurunan kelas menengah di Indonesia. Berdasarkan data statistic Badan Pusat Statistik (BPS) dinyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir memang terjadi pernurunan kelas menengah. Konsumsi domestic ditentukan oleh kelas menengah, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga tidak terjadi penurunan lebih lanjut kelas menengah pada tahun 2025. Berdasarkan Survey Alvara bahwa tahun 2024 ditandai dengan gejala “makan tabungan.”
Pada bidang politik, tahun 2024 juga menarik dicermati. Berdasarkan Survey Alvara bahwa keterpilihan Prabowo dan Gibran difasilitasi oleh pulau dengan jumlah penduduk besar, yaitu Jawa dan generasi muda yang cenderung memilihnya. Elektabilitasnya di kalangan Gen Z relative tinggi. Pemilu 2024 juga menyibak kenyataan bahwa politik identitas dan ekonomi kaum miskin tidak cukup berpengaruh dalam kontestasi politik 2024. Data yang juga menarik adalah tentang kontribusi dari 17 provinsi yang di masa lalu memilih Jokowi, 2019, dengan ekivalensi 50,24 persen. Sedangkan provinsi yang dimenangkan oleh Prabowo tahun 2019, sebanyak 10 provinsi menyumbang sebanyak 35,21 persen. Artinya bahwa kemenangan di dalam pilpres 2024 ditentukan oleh Jokowi factor selain juga kesetiaan masyarakat atas capres Prabowo. Berdasarkan Survey Alvara, maka meneguhkan pandangan bahwa Jokowi factor tersebut sungguh realitas politik di Indonesa. Siapapun yang digandeng Jokowi, maka dialah yang akan memenangkan kontestasi politik. Kemarahan Megawati dan eksponen PDI atas Jokowi tentu berbasis pada perubahan konstelasi politik dalam pilpres 2024 yang berakibat atas pemecatan Jokowi dan keluarganya dari gerbong politik PDIP.
Pilpres, pileg dan pilkada yang damai tentu menjadi salah satu factor yang akan menentukan masa depan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi, pengembangan SDM, dan keberkanjutan pembangunan. Keamanan nasional yang sangat memadai baik pra dan pasca Pilpres, Pileg dan pilkada tentu menjadi barometer atas keberlanjutan program pembangunan yang sudah direncanakan sebelumnya, termasuk perpindahan IKN yang telah disepakati oleh Presiden Prabowo. Dalam konteks SDGs maka persatuan, kesatuan, kedamaian dan keamanan negara tentu menjadi variable-variabel penting bagi pembangunan berkelanjutan bagi sebuah negara.
Berdasarkan teori pembangunan partisipatif atau participatory development (Laporan Komisi Brundtland, 1987) bahwa pembangunan berkelanjutan akan dapat berhasil jika masyarakat dilibatkan di dalam proses dan pemanfaatan produk pembangunan. Dengan kata lain, bahwa pembangunan harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat dalam analisis situasi social dan politik yang memungkinkan terjadi proses partisipasi masyarakat secara menyeluruh. Dengan demikian masyarakat dilibatkan di dalam perencanaan, dan aktivitas pembangunan sehingga akan memunculkan rasa kepemilikan atas produk pembangunan. Teori ini memang sudah lama, akan tetapi tetap memiliki relevansi dengan SDGs.
Teori ini juga dapat dikaitkan dengan Indonesia kekinian adalah teori ekonomi hijau atau green economic theory, sebagaimana yang dicetuskan oleh Badan Program Lingkungan PBB (UNEP), 2008. Pada prinsipnya adalah membangunan masyarakat secara berkelanjutan dengan memanfaatkan relasi antara ekonomi dan lingkungan, sehingga tidak terjadi eksploitasi sumber daya lingkungan secara tidak selaras melalui pelestarian lingkungan. Melalui partisipasi birokrasi, masyarakat dan dunia usaha yang melakukan keseimbangan pembangunan ekonomi dengan ekosistem lingkungan, maka ekonomi akan tumbuh dan tetap memberikan peluang pada generasi mendatang untuk mendapatkan keuntungan secara berkelanjutan.
Program hilirisasi, program digitalisasi ekonomi, program pemanfaatan ekosistem lingkungan akan dapat dirasakan manfaatnya jika program tersebut memiliki kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Jika bisa melakukannya melalui kebijakan yang memihak keduanya, masyarakat dan dunia usaha, maka diharapkan pada tahun 2025 akan dapat menjadi basis pengembangan ekonomi secara berkeseimbangan.
Wallahu a’lam bi al shawab.