(Sumber : CNN Indonesia)

Jokowi, Birokrasi dan Style Berpakaian

Opini

Tanpa kita sadari bahwa kita ini sudah mengikuti gaya Pak Joko Widodo di dalam style birokrasi. Jika di masa lalu, misalnya Orde Baru,  birokrasi itu seakan-akan dunia berbeda sebab semuanya serba diatur dengan ketentuan yang ketat, maka di era Jokowi semuanya berubah. Salah satu yang menonjol adalah menjadikan birokrasi sebagai ruang untuk mengekspresikan kehidupan yang apa adanya. Di antaranya yang menonjol adalah gaya berpakaian para birokrat yang cenderung lebih modis dengan berbagai indikatornya.

  

Tulisan ini tidak akan menyoroti birokrasi dari dimensi kerumitannya, akan tetapi  menyoroti bagaimana para birokrat sudah menjadikan  Pak Jokowi sebagai trendsetter dalam gaya berpakaian. Cobalah kita amati bagaimana gaya berpakaian para pejabat dan juga staf di kantor-kantor,  maka akan terkesan bahwa gaya berpakaiannya terkesan lebih modis, baik baju, celana maupun sepatu dan asesoris lainnya. 

  

Di era Orde Baru, kerapian itu menjadi tolok ukur yang membedakan antara birokrat dan bukan. Birokrat itu ditandai dengan gaya berpakaian yang rapi, misalnya jika memakai baju putih atau baju yang potensial untuk dirapikan dengan cara memasukkan baju bagian bawah di dalam celana. Cara berpakaian seperti  itu harus dilakukan. Bahkan juga harus menggunakan ikat pinggang dan sepatu pantofel yang mengkilat dan kaos kaki yang sewarna dengan celana. Kerapian menjadi tolok ukur gaya berpakaian para pejabat maupun staf. Pada era Pak Susilo Bambang Yudhoyono juga terkesan seperti itu. Kerapian menjadi barometer bagi gaya berpakaian para pejabat dan staf. Terutama pejabat, maka juga ditandai dengan tas jinjing yang berkelas. Tas kerja kantoran. Begitulah kira-kira. 

  

Pada era Pak Jokowi semuanya berubah. Pada waktu awal Pak Jokowi menjabat sebagai presiden, maka kita disuguhi dengan cara berpakaian baju putih yang tidak dimasukkan di dalam celana. Ada guyonan pada waktu itu, bahwa gaya berpakaian Pak Jokowi juga akan ditiru oleh para siswa. Selama itu terdapat aturan yang ketat, bahwa baju harus dimasukkan dengan ikat pinggang sehingga kelihatan rapi.  Di  kala Pak Jokowi tidak melakukannya,  para siswa akan berargumen bahwa  mereka mengikuti Pak Jokowi. Baju dinas putih ini yang kemudian menjadi trendsetter bagi para pejabat. Mulai dari Menteri, pejabat eselon I, II, III dan IV pada semua kementerian melakukannya. Tidak hanya pejabatnya tetapi juga stafnya. Sungguh perubahan yang sangat signifikan. Hanya pada pertemuan-pertemuan khusus saja, para birokrat akan menggunakan style berpakaian yang berbeda. Berpakaian yang rapi dan standar. 

  

Yang tidak kalah menarik adalah penggunaan sepatu. Pak Jokowi memang seorang presiden yang memiliki kecenderungan untuk melakukan kunjungan kerja ke daerah. Bukan disebut sebagai kunjungan kerja tetapi blusukan. Khazanah Bahasa Jawa yang digunakan Pak Jokowi untuk mengganti kata kunjungan kerja yang terkesan kaku. Kata blusukan itu terkesan istilah yang digunakan oleh rakyat. Jika kunjungan kerja itu sangat formal, maka blusukan itu terkesan tidak formal. Selama ini, blusukan menjadi idiom rakyat untuk menggambarkan tentang bepergian ke suatu tempat dengan tujuan untuk melihat suatu kejadian, atau melihat hal-hal yang baru. Karena blusukan itu dilakukan pada wilayah yang terkadang becek, berlumpur dan  tanahnya tidak, maka Pak Jokowi lalu menggunakan sepatu kets. Sejenis sepatu yang digunakan untuk kepentingan jalan-jalan baik di medan rata maupun bergelombang. 

  

Penggunaan sepatu kets merupakan bagian tidak terpisahkan dari perubahan gaya hidup di era modern yang ditandai dengan kemudahan atau fleksibilitas, dan juga manfaat. Bisa digunakan dalam berbagai moment. Berbeda dengan sepatu pantofel yang terkesan kaku dan susah digunakan untuk berjalan dalam jarak yang jauh. 

  

Selain kets, jenis sepatu yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, maka juga terdapat sepatu yang disebut sebagai sneakers. Yaitu jenis sepatu yang digunakan agar terasa ringan dan simple. Antara kets dan sneakers sebenarnya sama sebagai sepatu yang digunakan untuk menandai modernitas. Sepatu kets sebenarnya merupakan varian dari sneakers. Jika kita ingin disebut sebagai orang modern, maka sepatunya harus sepatu kets. Saya menjadi teringat di masa lalu, kala Pak Dahlan Iskan memimpin Jawa Pos, maka beliau sering menggunakan sepatu kets di dalam berbagai forum. Saya rasa jarang Pak Dahlan menggunakan sepatu pantofel yang kaku dan tetapi berwibawa. 

  

Di masa lalu, banyak orang mengidolakan sepatu pantofel dengan merk Belly, yang harganya mencapai jutaan rupiah. Sepatu inilah yang kebanyakan digunakan oleh para birokrat yang berkeinginan untuk menunjukkan kelasnya. Para pejabat akan merasa nyaman jika menggunakan sepatu pantofel untuk berbagai acara resmi maupun tidak resmi. Sepatu pantofel juga sangat cocok untuk tradisi menggunakan pakaian batik yang elegan.

  

Namun sekarang semuanya berubah. Para pejabat pusat dan daerah, rector, guru besar, dan staf nyaris semuanya menggunakan sepatu kets. Acara resmi atau tidak kelihatannya serempak menggunakan gaya berpakaian yang unofficial. Tidak resmi. Jadi, tanpa kita desain ternyata kita sudah mengikuti gaya berpakaian orang nomor satu di Indonesia, Jokowi. Gaya berpakaian kekinian meskipun itu di ruang birokrasi.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.