(Sumber : Tempo.co)

Kala Jilbab Tidak Menghalangi Perempuan Bermain Bola Voli

Opini

Di masa lalu, jilbab identik dengan perilaku konservatif. Jilbab hanya digunakan oleh kelompok khusus, yaitu perempuan yang memiliki kesadaran tinggi untuk mengekspresikan keagamaannya. Bahkan tidak jarang orang yang berjilbab itu dianggap kelompok yang berekspresi keagamaan dalam garis keras. Tentu saja jilbab yang menutup seluruh muka atau disebut sebagai burqa. Perempuan negara Timur Tengah kebanyakan menggunakan jenis jilbab seperti itu. Makanya, jilbab juga disebut sebagai Hijab atau penghalang orang untuk memandang langsung wajah perempuan. Akhir-akhir ini, jilbab juga digunakan oleh para pemain bola voli. 

  

Saya termasuk salah satu dari sejumlah orang yang menyukai bola, apakah sepak bola atau bola voli. Bahkan sewaktu di Jakarta, saya pernah nonton bola voli di lapangan indoor di Senayan. Saya lupa tapi yang jelas tim Samator yang berlaga. Saya waktu itu kontak Pak Arif Harsono (alm) selaku pemilik klub Samator untuk hadir menyaksikan laga nasional dalam event proliga. Melalui tangan beliau maka saya bisa masuk tanpa ribet. Saat itu, pemain internasionalnya adalah Toiran, yang kini telah beralih menjadi pelatih. 

  

Akhir-akhir ini saya senang nonton permainan bola voli, baik dalam laga Proliga maupun event internasional. Meski jarang sampai selesai, tentu karena faktor waktu, akan tetapi setiap ada laga bola voli hampir pasti saya nikmati. Tentu saja hanya dari layar TV, khususnya MOJI. Memang TV MOJI banyak menyiarkan even bola voli. Liga Turki atau laga internasional lainnya. 

  

Beberapa hari terakhir saya menikmati pertandingan tim nasional Indonesia yang berlaga di ajang internasional, AVC Challenge 2023. Pertandingan ketepatan dilaksanakan di Indonesia, di Lapangan Indoor di Gresik. Ada beberapa negara yang terilbat yaitu Australia, Cina Taipei, Vietnam, Iran, Uzbekistan, India dan Filipina. Sebagai salah satu orang yang senang nonton bola, maka saya nonton waktu india berlaga melawan Filipina, Australia maupun India, semi final melawan Taipei dan yang terakhir di final melawan Vietnam. Tim puteri Indonesia berhasil menjatuhkan lawan-lawannya. Dan hanya kalah set melawan Taipei. Tim Taipei memang merupakan tim yang kuat dan pantas bisa masuk semi final. Meski bersusah payah, akhirnya tim voli puteri Indonesia berhasil mengalahkannya. Hanya sayangnya di final melawan Vietnam, Indonesia harus menelan kekalahan. Menyakitkan dengan skor tipis pada set ke lima. Vietnam 15 dan Indonesia 13. 

  

Melalui kemenangan atas tim puteri Taiwan, maka menunjukkan bahwa tim voli Indonesia sudah sejajar dengan tim putri di negara-negara Asia. Meskipun kalah di set pertama, tetapi menang di set kedua, kalah lagi di set ketiga dan menang di set keempat dan kelima sehingga memastikan tim voli puteri masuk ke babak final. Luar biasa perjuangan para pemain, sehingga pasca menang melawan Taiwan, maka beberapa pemain langsung sujud syukur untuk mengekspresikan rasa syukurnya atas kemenangan yang dicapai pada even tersebut.

  

Tidak hanya pemain Indonesia yang menggunakan hijab akan tetapi juga beberapa pemain putri Iran dan Uzbekistan. Para pemain bola voli ini tetap nyaman meski memakai jilbab. Tidak ada beban atau kesulitan dalam permainannya. Sungguh merupakan hal yang baru bagi jagad bola voli yang selama ini tidak menggunakan pakaian Muslimah. Di masa lalu, hampir semua olahraga tidak menggunakan pakaian islami, terutama kaum perempuan. Akan tetapi perkembangan akhir-akhir ini sungguh berbeda. 

  

Memperhatikan permainan para pemain bola voli putri yang menggunakan jilbab, maka kelihatannya betapa sungguh ekspresinya hal itu telah merambah pada semua segmen kehidupan. Tidak hanya jika akan pergi ke masjid, akan tetapi juga kala ke mall atau pusat perdagangan dan bahkan berolahraga secara resmi. Ekspresi keberagamaan tersebut menandakan bahwa dunia pakaian muslimah telah melazimi para perempuan di dunia.

  

Beberapa pemain perempuan di Indonesia yang memakai hijab juga menjadi pemain andalan. Dari pemain bola voli puteri di Indonesia terdapat sebanyak delapan orang. Di antaranya adalah Megawati Hangestri Pertiwi. Perempuan kelahiran Jember Jawa Timur ini menjadi andalan timnas Bola voli putri. Megawati adalah penyerang yang andal selain juga pemblokir yang hebat. Jika sudah melakukan smash, maka pemain lawan sering kedodoran. 

  

Kemudian Wilda Siti Nurfadhilah Sugandi, perempuan asal kota kembang ini sangat terkenal karena smash bola pendek. Jika melakukan penyerangan, maka pukulannya sangat keras dan berada di garis serang. Lalu Tisya Amalia Putri yang menjadi andalan Timnas Bola Voli Ptutri Indonesia. Tidak kalah mentereng juga prestasi Arsela Nuari Purnama sebagai outer hitter Timnas bola voli putri. Selain itu juga ada Agustin Wulandari, yang telah malang melintang di Timnas. Dan kemudian Hany Budiarti dan Nandita Ayu Salsabila.

  

Mereka ini merupakan pemain bola voli yang dapat memberikan bukti bahwa pakaian islami seperti berjilbab dan pakaian yang menutup aurat ternyata tidak menghalanginya untuk berprestasi. Perjuangan mereka untuk bermain secara optimal dalam klub di mana pemain ini tergabung dan juga di dalam kiprahnya di Timnas telah memberikan bukti bahwa pakaian Islami merupakan ekspresi yang benar. Mereka melakukannya atas kesadarannya untuk menjadi pemain bola voli yang andal dengan tidak mengurangi cara berislam yang benar.

  

Saya kira yang dilakukan oleh para pemain bola voli putri ini dapat memberikan simbolisasi bahwa Islam tidak mengekang atas praktik kehidupan seseorang di ruang publik dalam bentuk menjadi figur bola yang menonjol. Jika dibandingkan dengan pemain bola voli putri Turki, maka ekspresi keberagamaan di Indonesia sungguh sudah luar biasa. 

  

Dengan pemain yang berjilbab ini Indonesia memang tidak memenangkan laga final melawan Vietnam dalam even AVC Challenge 2023. Namun demikian, pemain bola voli Indonesia sudah menunjukkan prestasi yang baik. Jilbab tidak menghalangi para pemain perempuan untuk berprestasi di ruang publik, bola voli. 

  

Wallahu a\'lam bi al shawab.