(Sumber : Dokumentasi Penulis )

Launching MUNAS VII IKA PMII: Strategi Menjadi Bangsa Unggul

Opini

Tulisan ini tidak akan digunakan untuk mengevaluasi atas keberhasilan dan kekurangan kepemimpinan PB IKA PMII, akan tetapi sebatas sebagai renungan tentang bagaimana PMII sebagai organisasi kader akan memainkan peran signifikan di dalam menggerakkan anggotanya dalam wadah pengabdian yang semakin terbuka aksesibilitasnya untuk diraih dengan upaya optimal.

  

Artikel ini hadir pasca tayangan acara Launching Munas VII IKA PMII melalui siaran langsung TVRI. Makanya, pantas sebagai aktivis PMII lalu saya berterima kasih kepada TVRI yang menyiarkan acara hebat tersebut sehingga bisa dinikmati oleh para aktivis dan mahasiswa PTU dan PTKI yang memang menjadi keluarga besar PMII. Acara dipandu oleh Kang Sastro dan Swarahma Diena, dan dimeriahkan oleh Penyanyi Dangdut terkenal Gita KDI dan lain-lain. 

    

Acara ini dihadiri oleh sejumlah sahabat senior PMII yang sekarang sudah melang melintang dalam dunia politik, seperti DPR RI, DPRD, Menteri dan wakil Menteri, dan juga para birokrat, baik dari Kementerian Agama maupun kementerian lain. Di antara yang hadir adalah Ketua IKA PMII Ahmad Muqawwam, Sekjen IKA PMII A. Hanief Dakhiri, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA Menteri Agama, A. Muhaimin Iskandar atau disebut Gus Imin, Menko Pemberdayaan Masyarakat, A. Kadir Karding Menteri Perlindungan Tenaga Migran Indonesia, Arifatul Khoiri Fauzi Menteri PPPA, Aminuddin Ma’ruf Wamen BUMN, Amin Said Husni Wakil Ketua Umum PBNU, lalu dari kalangan birokrasi Prof. Dr. Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Islam dan Ketua PP ISNU dan lain-lain.  Ketua IKA PMII menyatakan bahwa ada tiga isu penting yang akan dibahas ialah Sarasehan Nasional sebagai forum strategis membedah genetika unggul bangsa Indonesia,  penataan ulang SDA dan penataan industri strategis di Sumatera, Kalimantan dan Jawa Timur. Selain juaga ada acaran-acara lain yang dianggap strategis bagi kemajuan IKA PMII di masa datang. Acara Launching Munas VII IKA PMII dilaksanakan pada hari Sabtu, 18/01/2024.

  

Sesuai dengan namanya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang disingkat PMII, maka yang terpikir di dalamnya merupakan area untuk menggerakkan para mahasiswa dalam  berperan serta pada pembangunan nasional melalui berbagai jalur yang sesungguhnya terbuka bagi mereka yang disebut aktivis. Apa yang membedakan aktivis dan bukan aktivis adalah daya kelenturannya dalam menghadapi tantangan kompleks dan daya bertahan dan attackingnya dalam menghadapi realitas ambiguitas dan volatilitas yang sering terjadi di era perubahan cepat yang terjadi dewasa ini.

  

Saya ingin memetakan tantangan generasi muda, terutama generasi  Z atau disebut GenZ, yang begitu transparan di hadapan kita. Saya tidak pernah bosan menyuarakan hal mendasar ini, sebab tantangan ini sedemikian transparan di depan mata. Tantangan  pertama adalah semakin menguatnya variasi dakwah yang dilakukan oleh kalangan fundamentalis, yang sudah memasuki kawasan GenY dan GenZ, dengan strategi dakwah yang sangat relevan dengan tuntutan GenY dan GenZ. Komunitas-komunitas mereka tersebar dengan sangat cepat baik di media social maupun di acara gathering yang dilakukan di kota-kota besar.  Kemasan acara yang dilakukannya dengan mengambil segmen psikhologis GenZ yang sedang mencari jati diri. Di dalam proses pencarian ini, maka mereka menemukan pedoman-pedoman berperilaku yang diajarkan secara unik dan menarik oleh da’i-da’i yang tergabung dalam  gerakan fundamentalis.  Ada banyak komunitas di Surabaya, misalnya yang dapat diidentitikasi memiliki jejaring dengan Islam Sunnah tersebut. 

  

Tantangan kedua adalah era digital yang tidak akan bisa ditolak oleh siapapun. Berdasarkan Survey yang dilakukan oleh Alvara Research Center, 2022, bahwa GenZ memiliki ciri-ciri yang unik dibandingkan dengan GenY atau Generasi Milenial. Dari survey tersebut diperoleh gambaran bahwa GenZ memiliki ciri antara lain adalah: internetholic, Curiosity and Tech-Savvy, peduli dengan issu global, more visual than narration, more emotional than functional, more trend than Discount. (Alvara, Desember 2024).

  

Berdasarkan paparan Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa generasi Z adalah mereka yang dilahirkan pada tahun 1997-2012 dan pada tahun 2024 usianya berkisar antara 12-27 tahun. Jumlah mereka yang dilabel dengan GenZ adalah 27,94%, sedangkan jumlah Generasi Milenial sebanyak 25,87% dan Generasi X sebesar 21,88%. GenZ merupakan generasi terbesar di antara generasi lainnya. (Alvara, Desember 2024). Dengan demikian, melihat usianya, maka yang terbesar sekarang adalah dari para mahasiswa adalah termasuk GenZ. Para mahasiswa usianya berkisar pada 18-25 tahun. Jadi mayoritas mahasiswa dewasa ini tergolong GenZ. Secara spesifik, anggota PMII berada di usia GenZ. 

  

Di sinilah posisi strategis yang harus dimainkan oleh PMII sebagai institusi yang  penting dalam pengembangan GenZ dalam menata kehidupannya untuk tetap berada di dalam khazanah Keislaman, Keindonesiaan dan Kemoderenan. Meskipun SDM PMII kebanyakan berasal dari para santri dan masyarakat pedesaan, akan tetapi mereka harus menjadi orang Islam Indonesia yang modern, dengan kemampuan dan kapasitas unggul untuk Indonesia. Dari PMII untuk bangsa. PMII harus menjadi daya perekat tetapi berkembang bagi GenZ dalam religiositas, pengembangan potensi dan kapasitas dalam menghadapi perubahan social yang sedemikian cepat. Mereka harus dicetak menjadi kader yang memiliki daya aksesibilitas dalam berbagai varian kehidupan tetapi berbasis pada pemahaman agama yang berada dalam kawasan Islam ahlu Sunnah wal Jamaah. 

  

 Anggota PMII harus menata kapasitasnya dalam menghadapi perubahan cepat yang diakibatkan oleh Teknologi Informasi, seperti Artificial Inteliigent (AI), Augmented Reality (AR) dan Big Data (BD). Pengetahuan tentang IT harus diselaraskan dengan strategi nasional dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang ke depan harus dikuasai oleh anak bangsa sendiri. Di antara strategi tersebut adalah dengan penguasan hard skilled yang relevan dengan tuntutan zaman dan juga soft skilled yang akan menjadi factor pemicu atas kesuksesan di masa depan. 

  

PMII sesungguhnya sudah terbukti menjadi jembatan untuk mengantarkan kesuksesan sahabat-sahabat yang sekarang telah menenpati pos-pos penting di negeri ini. Di dalam kerangka menyiapkan dan menyongsong Tahun Emas Indonesia, 2045, maka pada GenZ yang sekaranglah tumpuan itu diharapkan. Aktivis PMII harus menjadi bagian dari kader bangsa yang unggul. 

  

Jika PMII dapat merangkul para GenZ dalam mengaktualkan potensi diri, bukan tidak mungkin Indonesia ke depan adalah milik keluarga besar PMII. Munas VII IKA PMII dapat menjadi sarana introspeksi untuk menata Indonesia ke depan, khususnya bagi keluarga besar PMII. 

  

Wallahu a’lam bi al shawab.