Makna Multi Kecerdasan Bagi Sebuah Bangsa
OpiniBukan suatu kebetulan bahwa etnis yang memiliki kecerdasan rational atau rational intelligent atau Intelectual Quotion (IQ) adalah etnis Mongolid, yang sekarang menjadi berkembang di negara China, Jepang, Korea, Taiwan dan Hongkong. Beberapa negara ini berdasarkan Survey yang dilakukan oleh World Population Review 2022, menempatkan tiga negara dengan skor IQ tertinggi, yaitu Jepang 106, 48, Taiwan dengan skor 106,47 dan Singapura dengan skor 105, 89. Selebihnya adalah Hongkong rerata IQ 105,37, China rerata IQ 104,1, Korea Selatan rerata IQ 102,35, Belarusia rerata IQ 101, 6, Finlandia rerata IQ 101,2, Leichtenstein rerata IQ 101,07, Belanda dan Jerman dengan rerata IQ 100,74. Indonesia rerata IQ 78,49 dan menempati peringkat 130 dari 199 negara yang diuji. Kajian tentang IQ pertama kali dilakukan oleh Lynn bersama David Becker tahun 2019 dengan tajuk “The Intelligence of Nations”.
Memerhatikan terhadap data yang dirilis oleh World Population Review, maka menggambarkan bahwa terdapat Ras yang memiliki kapasitas IQ yang luar biasa, sementara itu juga terdapat ras yang biasa saja. Ras yang hebat tersebut ternyata adalah Ras Mongoloid yang kebanyakan berada di wilayah China, Korea, Jepang, Hongkong, Taiwan dan Singapura atau beberapa negara yang memiliki keterkaitan dengan ras tersebut. Berdasarkan data dimaksud, maka penghuni penduduk dunia terpintar secara rasional adalah Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan China. Ras Mongoloid dikaitkan dengan ras berkulit kuning, yang berbeda dengan ras berkulit putih, hitam dan campuran seperti Indonesia.
Studi seperti ini juga memberikan gambaran sebagaimana pandangan orang Barat, bahwa Ras Kaukasoid memang memiliki kecerdasan yang lebih baik dibandingkan orang Asia non China, Jepang dan Korea dan orang China lainnya di negara lain, meskipun juga secara tidak langsung juga mematahkan dominasi ras Kaukasoid dalam otoritas kecerdasan. Tetapi sebagaimana dipahami bahwa ras Kaukasoid memang lebih baik dibandingkan dengan ras Negroid dan ras campuran, seperti masyarakat di beberapa negara Asia.
Pertanyaannya adalah apakah kecerdasan secara populasional tersebut memiliki keterkaitan dengan penemuan dan inovasi dalam dunia ilmiah atau dunia ilmu pengetahuan? Jawabannya tentu relative. Bangsa Mesir, terutama pada masa Pharaoh ternyata memiliki kebudayaan yang luar biasa, terbukti dengan artefak dan peninggalan sejarah yang sangat tinggi. Misalnya temuan tentang mumi untuk pengawet mayat, ukiran, pahatan dan perhiasan yang sangat baik serta piramida Gizza yang adiluhung. Demikian pula China yang hebat pada masa perkembangan kebudayaan pada masa sebelum masehi. serta, bangsa Eropa yang memiliki ahli filsafat yang hebat. Jika China dan Eropa bisa dikaitkan dengan kemampuan rasionalitasnya yang hebat, maka bangsa Mesir yang hebat tentu tidak memiliki korelasi dengan dengan IQ-nya sekarang. Sama halnya dengan suku-suku di Amerika Latin yang juga memiliki budaya tinggi pada masa lalu, tetapi juga tidak dapat dikaitkan dengan IQ bangsanya sekarang.
Sesungguhnya setiap bangsa memiliki “kecerdasannya” sendiri dan memiliki keunikan yang tidak bisa disandingkan satu dengan lainnya. Setiap bangsa memiliki local wisdomnya masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Mengikuti cara berpikir kaum strukturalis, bahwa setiap bangsa memiliki kebudayaannya sendiri yang tidak dinyatakan sebagai tinggi atau rendah, sebab sebagai pengukurnya bukanlah budaya lain akan tetapi budaya mereka sendiri. Tetapi yang jelas bahwa terdapat pola umum yang berlaku secara mendasar selain juga terdapat pola khusus yang berlaku mendalam. Ada pola yang sama yang berlaku secara general bagi semua bangsa. Hanya masing-masing memiliki ciri khas yang membedakannya dengan kebudayaan lainnya.
IQ memang penting untuk menggambarkan relasi antara kemajuan sebuah bangsa dengan kemampuan intelektualitasnya. Namun menjadikan IQ sebagai satu-satunya ukuran atas kemajuan sebuah bangsa tentu juga tidak sepenuhnya relevan. Saya kira perlu diperhatikan juga kecerdasan lainnya yang memang diperuntukkan bagi manusia. Di antara kecerdasan tersebut adalah kecerdasan emosional atau emotional intelligent, yaitu kecerdasan yang terkait dengan hati dan perasaan atau emosi manusia, misalnya perasaan cinta dan kasih sayang. Kemudian juga kecerdasan sosial atau social intelligent adalah kecerdasan manusia untuk berempati pada orang lain, baik dalam kesenangan, kesusahan, kebaikan dan kesulitan. Serta, yang tidak kalah menarik adalah kecerdasan spiritual, di mana manusia merasa menjadi bagian dari makro kosmos yang berpusat pada dimensi ketuhanan.
Masyarakat Indonesia bisa saja dinyatakan sebagai bangsa dengan IQ yang sedang dan berada di dalam sejumlah negara yang tergolong negara berkembang, tetapi masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang memiliki religiositas yang tinggi dan bahkan juga bangsa dengan tingkat filantropi terbaik di dunia.
Semua ini menggambarkan bahwa ada sejumlah inteligensia yang bekerja pada masyarakat Indonesia, tidak hanya IQ akan tetapi adalah paduan antar berbagai kecerdasan yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi, kesopanan yang sangat unggul dan moralitas yang terpuji. Inilah modal dasar yang saya kira bisa menjadi kekuatan bangsa Indonesia ke depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.