(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Masyarakat Indonesia Makin Religius?

Opini

Data yang dirilis oleh Alvara Research Center tentang Indonesia Moslem Report 2019 tentu sangat menarik. Bukan hanya karena yang menyelenggarakan riset atau survey adalah Alvara Research Center yang akhir-akhir ini terkenal dalam melakukan survey, baik agama maupun politik, akan tetapi tentu juga terkait dengan content riset yang menarik untuk dicermati. 

  

Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Indonesia semenjak dahulu dikenal sebagai masyarakat yang religius, artinya bahwa kita semua telah mengidentifikasi diri bahwa kita adalah orang yang religius. Bagi bangsa Indonesia, agama adalah pedoman di dalam melakukan tindakan, makanya, tidak berlebihan jika Alvara menyatakan bahwa terdapat sebanyak 80,2 persen menyatakan bahwa agama sangat penting. Dan dari survey ini juga diketahui bahwa seirama dengan pertambahan usia, maka semakin besar peluang untuk beragama.

  

Berdasarkan riset ini juga disampaikan bahwa umat Islam menunaikan salat dengan baik. Yang melakukan salat sebanyak 99,6 persen, sementara itu yang tidak salat sebanyak 0,4 persen. Selain itu juga dinyatakan bahwa yang melalukan salat secara rutin ialah 4 dari 10 orang Indonesia. sedangkan sisanya melakukan salat juga tetapi belum rutin 5 kali sehari. Hal lain yang ditemukan bahwa generasi milenial yang lebih tua cenderung mengamalkan salat 5 waktu secara aktif dibandingkan dengan generasi milenial yang lebih muda, generasi Z atau younger millenials

  

Lebih jauh, data ini juga menggambarkan tentang kecenderungan melaksanakan salat berjamaah, kadang-kadang  berjamaah atau yang melakukan salat sendiri dan bahkan tidak melaksanakan salat sama sekali. Generasi X yang lebih tua (40,6%) menyatakan sering melalukan salat, dibandingkan dengan generasi X yang lebih muda dengan persentase sebesar 35%, 34% dan 33,9%, yang sering melakukan salat 5 waktu. Dan yang menyatakan selalu salat 5 waktu dan kadang-kadang berjamaah dari  generasi X muda sebesar (32,6%), generasi milenial muda (30,5%), generasi milenial tua (30,8%). 

  

Data yang dilaporkan oleh Alvara ini tentu menarik dilihat dari semakin berkembangnya keberagamaan masyarakat Indonesia terutama dalam melaksanakan salat wajib. Namun demikian tentu ada pertanyaan yang tetap menggelitik untuk dikemukakan? Apakah hasil riset ini merupakan fenomena perkotaan dan anak muda perkotaan, ataukah mencakup juga generasi milenial yang lebih senior di pedesaan atau di daerah pinggiran perkotaan, atau lebih jauh apakah ini fenomena anak  muda yang melek teknologi ataukah juga mencakup mereka yang selama ini belum terjangkau oleh teknologi informasi khususnya media sosial atau smartphone

  

Jika data ini dibandingkan dengan data tentang perilaku para milenial dalam menghadapi era media sosial, maka juga diketahui bahwa para milenial merupakan generasi gadget yang luar biasa. Misalnya hasil survey yang menyatakan bahwa 1 (satu) menit setelah terbangun dari tidurnya, maka yang dicari pertama kali adalah smartphone. Artinya, bahwa HP menjadi ingatan pertama bagi generasi milenial dalam kehidupan sosialnya. Selain itu juga data yang menyatakan bahwa para milenial tersebut ternyata menyukai belanja, traveling, kuliner, yang bisa saja dalam sebulan menghabiskan uang yang cukup besar. Survey menyatakan sekitar 11-13 juta rupiah. Selain itu juga para milenial menyukai kehidupan yang bebas, baik dalam memilih persahabatan bahkan dalam bekerja. Semua ini tentu memberikan gambaran tentang bagaimana para milenial tersebut berperilaku dan bereksistensi diri di tengah pergaulan sosial terutama melalui media sosial. 

  

Harus diakui bahwa memang sedang terjadi peningkatan pemahaman dan pengamalan beragama pada masyarakat Indonesia. jika kita baca di media sosial betapa banyaknya konten media sosial yang berseliweran dengan pembahasan mengenai hal ihwal keagamaan. Semua ini memberikan gambaran bahwa media sosial sebenarnya tidak hanya menjadi wadah interaksi di antara sesama netizen, tetapi juga bisa menjadi wadah untuk berdakwah.

  

Data yang diungkap oleh alvara 2019 tersebut juga memberi makna bahwa kehidupan keagamaan kita semakin menuju kepada pemahaman agama yang lebih mendalam, misalnya bahwa semakin banyak orang Indonesia yang ingin melakukan salat jamaah, semakin banyak yang ingin mengaktualkan kehidupan keberagamaannya secara lebih mendasar dan juga kenyataan bahwa semakin banyak perempuan dan lelaki yang berlalu lalang dengan pakaian Islami dan sebagainya. 

  

Kita tentu merasa gembira dengan hasil survey ini, hanya saja yang diharapkan adalah jangan sampai peningkatan pemahaman dan pengamalan beragama ini lalu mereduksi tentang makna bernegara dan berbangsa, misalnya dengan keinginan untuk menjadi Islam kaffah tetapi harus berbarengan dengan keinginan untuk mendirikan negara Islam atau mengganti Pancasila dengan dasar negara yang lain.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.