(Sumber : CNBC Indonesia)

Orang Indonesia Paling Agamis

Opini

Ada yang menarik dari kehidupan orang Indonesia, yang bisa saya konsepsikan sebagai paradoks Tuhan. Konsep ini mengacu kepada dunia keyakinan atas Tuhan dengan realitas empiris prilaku yang diekspresikan yang berupa Tindakan penyelewengan. Saya nyatakan sebagai orang dan bukan masyarakat Indonesia sebab di dalam kenyataannya bahwa paradog tersebut hanya terjadi pada sejumlah orang yang melakukan tindakan menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh Tuhan.  

  

Berdasarkan survey, ternyata masyarakat Indonesia adalah yang paling religious. Hal itu dibuktikan dengan jumlah masyarakat Indonesia yang percaya tentang keberadaan Tuhan dengan prosentase yang sangat tinggi. Negara Indonesia adalah negara yang masyarakatnya paling religious. Peringkat satu. Berikut adalah data yang terkait dengan survey yang dilakukan oleh situs statista, bahwa Negara Indonesia adalah negara dengan tingkat kepercayaan kepada Tuhan tertinggi atau nomor satu di dunia. Berdasarkan data  dari akun World Statistics, dari sebanyak 18.531 responden berusia  16-64 tahun dan dilakukan pada 23 negara ternyata Indonesia menempati prosentasi kepercayaan kepada Tuhan sebesar 93 persen (Detikedu, 26 Juli 2023). 

  

Dari 23 negara tersebut dijerlaskan bahwa peringkatnya adalah:  Indonesia 93 persen, Turkey 91%, Brazil 84%, Afrika Selatan 83%,  Mexico 75%, Amerika Serikat 70%, Agentina 62%, Rusia 56%, India 56%, Polandia 51%, Italia 50%, Canada 46%, Australia  29%, Spanyol 28% Jerman 27%, Inggris 25%, Belgia 20%, Perancis 19%, Swedia 18%,  Korea Selatan 18%, China 9%,  Jepang 4 % (Detikedu, 26 Juli 2023). 

  

Dari survey ini juga didapati data tentang negara dengan tingkat kepercayaan kepada Tuhan rendah. Meskipun tidak bisa dinyatakan sebagai negara atheis, tetapi sungguh menggambarkan bahwa penduduk negara tersebut tidak ambil perduli tentang Tuhan. Baginya yang penting adalah hidup dalam prinsip humanisme. Mereka bisa melakukan perbuatan baik yang didasari oleh norma social yang dipercayainya. Tidak penting apakah norma social tersebut berasal dari agama atau masyarakat sendiri. Yang penting berbuat baik.

  

Masyarakat Indonesia memang sedari semula dikenal sebagai masyarakat yang religious. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi tentang Tuhan. Di dalam semua agama yang hidup di Indonesia, Tuhan yang dikonsepsikan sebagai pencipta alam semesta, yang mengatur alam semesta, yang Maha gaib dengan kemahakuasanya atau omnipotent dan segenap pengetahuannya atau omniscience, maka Tuhan itu digambarkan sebagai yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. 

  

Semenjak zaman Kerajaan Sriwijaya dengan agama Buddha, lalu kerajaan Kahuripan, Daha dengan agama Hindu dan Kerajaan Majapahit dengan agama Hindu dan Buddha, serta Kerajaan Demak, Pajang, Mataram dengan agama Islam, maka Tuhan menjadi pusat dari segala kehidupan. Tuhan adalah sumber kehidupan, Tuhan yang awal tidak ada awalnya dan akhir tiada akhirnya. Di dalam konsepsi Islam disebut sebagai huwal awwalu wal akhiru.

  

Perubahan demi perubahan pemelukan agama di Nusantara dan kemudian di Indonesia tidaklah dilakukan dengan peperangan yang hebat atau proses penggantian beragama yang berdarah-darah. Jika terdapat peperangan, maka sesungguhnya yang terjadi adalah perebutan kekuasaan. Misalnya kala perubahan dari kerajaan Majapahit ke dalam kerajaan Demak, maka bukanlah perang agama akan tetapi peperangan antara wangsa yang berebut kekuasaan. Raden Fatah merupakan bagian dari wangsa Majapahit. 

  

Orang banyak salah menganggap bahwa peperangan dalam pergelaran kekuasaan adalah perang agama. Akan tetapi sesungguhnya bukan. Raden Fatah yang didukung oleh para walisanga, yaitu Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunungjati, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Drajad dan lain-lain, bertempur untuk mendirikan negara yang didirikannya. Sementara itu, Majapahit dengan para prajuritnya, misalnya Bariwijaya VII dan didukung oleh Adipati Terung dan segenap bala tentaranya untuk mempertahankan kerajaannya.

  

Majapahit berakhir tahun 1478 M, dan kemudian Demak berdiri menjadi kerajaan dan terus sampai Kerajaan Mataram hingga Kerajaan Kartasura dan Ngayogyakarta, hingga menjadi Republik semenjak tahun 1945, maka Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas manusia Indonesia. Islam menjadi agama mayoritas hingga sekarang. Meskipun prosentasenya terus merosot secara  tidak signifikan penurunannya tetapi hingga  sekarang masih  dalam dalam kisaran 87%. 

  

Jika mengamati atas prosentase orang Indonesia yang percaya Tuhan tersebut, maka bisa digambarkan bahwa masyarakat Indonesia memang religious. Masyarakat Indonesia secara keseluruhan merupakan masyarakat yang beragama, baik yang pemeluk agama sesuai dengan agama “resmi” atau agama sesuai dengan regulasi kependudukan, atau yang beragama sesuai dengan kepercayaannya, maka angka 93% merupakan angka prosentase yang sangat wajar. 

  

Hal ini menggambarkan bahwa di Indonesia potensi yang tidak meyakini Tuhan hanya sebesar 7% dan yang potensial meyakini keberadaan Tuhan sebesar 93%. Bandingkan dengan Turki, negara Erdogan yang Islamis, maka prosentasenya relative jauh, yaitu terpaut sebesar 6%. Turki sebagai negara dengan prosentase keyakinan atas Tuhan sebesar 91% atau peringkat kedua.

  

Namun demikian, di dalam kehidupan masyarakat selalu ada paradoks. Di Indonesia yang masih memprihatinkan adalah dicatat sebagai negara paling religious, akan tetapi praktik penyelewengan sosialnya juga sangat tinggi. Misalnya korupsi.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.