Perjalanan Umrah: Rasa Syukur (Bagian Satu)
OpiniAllah SWT itu sungguh sangat menyayangi umatnya. Rasa sayang itulah yang saya rasakan pagi ini, Kamis, 30/01/2025, kala saya berangkat ke Jakarta untuk selanjutnya menuju Jeddah. Sebuah perjalanan yang panjang tetapi penuh makna. Saya sungguh merasakan bahwa perjalanan panjang ke Jeddah ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada saya dan istri saya. Melalui Kiai Zainul Ibad pimpinan Pondok Pesantren Uluwiyah Mojosari Mojokerto, saya bisa berangkat umrah.
Allah SWT bisa saja memberikan kasih dan sayangnya kepada hambanya melalui tangan-tangan hambanya yang lain, yang memberikan uluran tangan untuk melakukan tindakan yang terkait dengan amal ibadah atau kebaikan. Saya nyaris tidak percaya bahwa Allah SWT melalui Kiai Ibad memberikan peluang saya untuk pergi umrah ke tanah Suci, Makkah Al Mukarramah, di kala sudah lama sekali saya tidak melakukannya. Selama 6 tahun, pasca saya kembali dari penugasan di Kementerian Agama, saya tidak lagi melaksanakan ibadah yang dirindukan banyak orang Islam yang high level kaffah tersebut.
Kiai Ibad membawa rombongan Umrah yang terdiri dari dua kloter. Satu kloter harus berangkat dengan pesawat Lion dari Surabaya langsung Jeddah dan satunya lagi dengan pesawat Garuda dari Jakarta. Saya termasuk kloter yang harus transit di Jakarta. Menunggu pesawat take off dari Jakarta ke Jeddah selama kurang lebih empat jam. Konon sangat susah menemukan pesawat dari Jakarta pada hari itu yang langsung ke Madinah. jadi harus ke Jeddah dulu dan kemudian dengan kendaraan darat ke Mekkah atau ke Madinah. rombongan jamaah Umrah akhirnya memilih ke Mekkah dulu untuk menjalani umrah dan baru kemudian ke Madinah. Ziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW, dan shalat jamaah di Masjid Nabawi.
Flight penerbangan ke Jeddah atau ke Madinah memang penuh dengan penumpang jamaah umrah. Pesawat Garuda Boeing 777-300, GA 982, yang berkapasitas 550 orang penuh dengan penumpang. Mereka sangat variative dalam usianya. Ada yang sudah usia 80-an tahun dan juga ada yang berusia anak-anak. Begitu bersemangatnya umat Islam berkeinginan untuk umrah. Sebuah perjalanan ibadah yang mahal tetapi tidak pernah sepi peminat. Bayangkan ada sebuah keluarga yang membawa 10 orang anggota keluarganya untuk pergi umrah bersama-sama. Orang rela untuk merogoh koceknya untuk menuntaskan kerinduan kepada Baitullah, pusat energi dunia, dalam kerangka beribadah kepada Allah.
Saya di masa lalu sering berpikir bahwa dana untuk pergi umrah atau haji yang berulang kali tentu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam lainnya, akan tetapi kenyataannya kita tidak bisa menolak hasrat untuk beribadah melalui kedekatan khusus kepada Allah SWT di Baitullah, yang merupakan tempat paling suci dari bumi ini. Ada alasan spiritual yang tidak bisa ditolak atas kepergian seseorang menuju Ka’baitullah. Di dalam dunia psikhologi, maka manusia memiliki kebutuhan yang berhubungan dengan kehadiran dirinya dalam dunia spiritual, dan hal tersebut dapat dipenuhi dengan beribadah di tempat yang paling suci dimaksud.
Semakin ramainya ibadah umrah bisa jadi karena factor lamanya masa tunggu untuk ibadah haji. Di Indonesia orang bisa mengantri sampai 40 tahun, bahkan ada yang melebihinya. Di Malaysia konon katanya melebihi 90 tahun untuk bisa beribadah haji. Datuk Othman, Ketua Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) dalam Senior of Meeting (SOM) Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) tahun 2018 pernah menceritakan bahwa orang Malaysia yang ingin haji harus daftar mulai lahir, dan terkadang tidak sempat pergi haji karena sudah wafat”. Sebuah joke yang masuk akal.
Saya membayangkan betapa mujarabnya doa Nabi Ibrahim AS yang berdoa untuk kemakmuran Makkah Al Mukarramah. Tanah yang di masa lalu gersang dengan bebatuan padang pasir yang membentang sepanjang mata memandang, tidak ada tumbuhan yang hidup kecuali tanaman perdu dan kurma yang memang menjadi khas tumbuhan padang pasir, akan tetapi sekarang sangat makmur. Seluruh buah-buahan yang tumbuh di dunia, kita dapatkan di tempat ini. Penduduknya memiliki tingkat kesejahteraan yang melebihi masyarakat lainnya dengan gas dan minyak bumi serta kehadiran para jamaah haji dan umrah. Hotel-hotel berdiri dengan megah untuk menyambut kehadiran para tamu Allah. Semua tersedia.
Kota Makkah Al Mukarramah, yang di masa lalu hanya merupakan daerah bagi kabilah atau suku-suku dalam jumlah yang terbatas, maka sekarang sudah menjadi kota metropolitan. Semua produk dari barat atau timur ada di sini. Ada empat atau lima kota besar yang sudah menjadi supra metropolitan di Arab Saudi, yaitu: Mekkah, Madinah, Jeddah dan Riyadl bahkan Thaif. Di Kota Mekah berdiri dengan gagahnya hotel-hotel berbintang: Pullman Zamzam Hotel, Hotel Fairmont Makkah, Hotel Anjum Makkah, Hotel Shofwah Royal Orchid, dan lain-lain.
Saya merasakan betapa aura untuk beribadah ini sungguh luar biasa. Saya tidak tahu apakah karena rasa senang atau kegalauan kala saya akan berangkat umrah kali ini. Tetapi yang jelas, saya menjadi agak sulit tidur. Jam tidur saya sungguh sangat berkurang. Hanya empat jam saja sehari semalam. Makanya, doa yang saya lantunkan adalah: “Ya Allah berikan kami kekuatan untuk dapat melaksanakan ibadah Umrah kali ini.” Saya lantunkan doa yang diajarkan oleh Guru saya, “Ya Muhawwilah ahwal hawwil ahwalana ila ahsanil hal, hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir. La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil ‘adzim.”
Wallahu a’lam bi al shawab.