Tentara
OpiniPada hari Sabtu (14/6/2020), CNN memberitakan mengenai wisuda tentara AKMIL Amerika Serikat, West Point. Wisuda tersebut turut dihadiri oleh Presiden Amerika yang sedang menjabat saat ini, yakni Donald Trump. Di acara kelulusan 1.100 tentara AKMIL itu, Trump menyampaikan pidato yang cukup menggelitik. Ia menyampaikan bahwa “We are not pliceman of the world. The job of the American soldier is not to rebuild foreign nation, but defend, and defend strongly, our nation foreign enemy”. Trump menyatakan bahwa “Kita bukan polisi dunia”. Ucapan ini sesungguhnya memunculkan banyak spekulasi, bahkan pertanyaan baru. Apakah Presiden Amerika ke 45 tersebut lupa akan sejarah negara yang ia pimpin.
Siapa yang tidak tahu jika Amerika Serikat adalah negara super power, yakni negara pemenang perang. Jejak para pemimpin Amerika Serikat seperti, Presiden Woodrow Wilson, Franklin D. Roosevelt, Harry Truman, John Kennedy, Lyndon Johnson, Richard Nixon, Ronald Reagan, George H.W Bush, Bill Clinton, Barrack Obama dan Donald Trump adalah pemimpin yang jumawa akan kekuatan militer negara adidaya ini. Artinya, Amerika Serikat sering kali berlagak layaknya polisi dunia. Para pemimpin Amerika Serikat sering kali mengeluarkan kebijakan keamanan yang oportunis. Hal ini dibuktikan dengan Amerika Serikat yang sering kali menginvasi negara lain tanpa mempedulikan aturan PBB bahkan kecaman dunia mengenai tindakannya.
Beberapa pemimpin Amerika Serikat yang pernah melakukan invasi diantaranya adalah: John Kennedy yang melakukan invasi besar-besaran terhadap Vietnam, Georga H.W Bush hingga Barrack Obama yang melakukan genosida terhadap Taliban di Afghanistan, operasi penangkapan Osamah bin Ladin oleh 79 tentara NAVY SEAL (pasukan khusus Angkatan Laut AS, penyerangan terhadap Irak dan Libya serta mengikutsertakan PBB untuk melucuti Saddam Husein di Irak. Selain itu, Presiden Reagan mencoba menginvasi Grinada, mengirim mata-mata, menyuplai senjata dan ranjau untuk Nikaragua, mensubversi Republik Guatemala dengan mendongakkan kepala pada Mahmakah Internasional. Reagan juga memerintahkan Pesawat Tempur Tomcat untuk membajak Boeing 737 Mesir yang dianggap membawa teroris. Bayangkan, jika pesawat sipil Mesir itu acuh dan tidak turun, maka kehancuran pesawat itu sudah didepan mata. Dua pesawat tempur dengan senjata yang dibawa dengan mudah diluncurkan dan nasib penumpang pesawat sudah jelas, tewas. Pada tahun 1917, Presiden Woodrow Wilson melakukan penyerangan terhadap Jerman setelah Kapal Lusitania milik Inggris tenggelam di Torpedo, Jerman dengan 28 penumpang Amerika Serikat yang menjadi korban. Sejak saat itu, Amerika Serikat seolah menjadi polisi dunia yang mencoba mengatur tatanan dunia setelah menikmati kemenangan.
Secara sadar Donald Trump mengikuti jejak para pendahulunya. Pada pemerintahannya saat ini, Trump memerintahkan tiga kapal induk bertenaga nuklir USSN Nimitz, USS Ronald Reagan, dan USS Theodore Roosevelt untuk mengangkut ratusan pesawat tempur, pengebom siluman, dan pengebom B-52 untuk siaga di kawasan Laut China Selatan. Trump menyebutnya sebagai “Danau Amerika”. Namun, Amerika Serikat tidak berkutik jika dihadapkan dengan Korea Utara dan Republik Islam Iran dalam program nuklir yang dikembangkan. Amerika Serikat mencoba mengintimidasi kedua negara, namun kedua negara ini justru semakin mengembangkan dan gencar melakukan uji coba senjata nuklir. Pertanyaan yang menggelitik kemudian muncul, meninjau kembali fakta-fakta diatas, lalu bagaimana mungkin Donald Trump mengatakan pernyataan itu?. Saya tidak tau makna dibalik pernyataan Trump, “We are not policeman of the world”. Bisa jadi karena Trump mencoba berpikir “realistis”, gaya khas kemunafikan moralitas, atau bahkan mencoba bersikap “arif” melihat kenyataan bagaimana dunia bekerja saat ini, tapi mungkin juga ia menunjukkan sisi baik dirinya yakni kerendahan hati orang tua berumur 74 tahun. Humility. (Dr. Lukmono Hadi, UPN Yogyakarta)